“Hahaha sekarang pekerjaannya ganti ibu rumah tangga” seru Rafi saat mengintipku mengisi formulir lomba kepenulisan.
Hahaha jadi ikut ketawa, kemarin kemarin kalau ngisi formulir kuis dan lomba-lomba yang dicontreng Karyawan Swasta.
Jadi mikir Ibu Rumah Tangga ternyata diakui sebagai profesi, pekerjaan, baik di formulir pendaftaran lomba, pembukaan rekening Bank, hingga KTP. Padahal namanya pekerjaan, profesi harusnya mendapatkan gaji tetapi Ibu Rumah Tangga nggak digaji lo ada yang nerima gaji penuh suami tak jarang banyak yang sepertiku "hanya" mendapat jatah bulanan uang belanja itu pun bukan untuk keperluan pribadi tapi belanja kebutuhan sehari-hari alias urusan dapur. Namun yang paling membahagiakan menjadi Ibu mendapat keistimewaan dari Allah, jika ibu meninggal saat melahirkan bayi maka perjuangannya dihitung jihad dan insyaallah masuk surga, berulangkali ayat Al Quran menyuruh untuk berbuat baik kepada ibu-bapak (ehem kata ibu lebih didahulukan). Jadi Ibu rumah tangga itu profesi atau salah satu bentuk manifestasi pengabdian kepada Illahi ?
Saat mengungkapkan niat untuk mengundurkan diri beberapa kawan wanitaku sempat bertanya "Ntar aktivitasmu apa ?", "Apa nggak bosan tinggal di rumah ? lha udah terbiasa bekerja?", "Trus uang bulanannya gimana ?".
Wah njawabnya satu-satu hihihi, aktivitas jangan diartikan sekedar kesibukan kerja ngantor, aktivitas di rumah hampir ngga ada habisnya. Salah satu aktivitas yang super nikmat aku bisa sholat subuh berjamaah di masjid setelah sholat malam di rumah. Sekalian jalan pagi, ah padahal jarak rumah ke masjid cuma 200-an meter tapi selama ini ngga sempat sholat di sana gara-gara harus selalu diburu waktu setiap pagi. Pulang sholat tilawah terpatah-patah, lanjut nyiapin sarapan dan memasak menu hari itu, trus wirid Al Matsurat, trus mandiin Radit, nyuapin, bebenah rumah, nyuci atau nyetrika masih ada waktu bisa ngintip dunia kuis atau nulis, dan aktivitas paling MEWAH adalah TIDUR SIANGGGG. Kalau Rafi udah masuk sekolah sore dan malam si Mama harus siap jadi guru privat. Dan dunia jadi tampak lebih indah menyaksikan Raditya lancar menamatkan Iqra 1, bisa membaca tulisan di sampul buku bacaan untuk anak-anak di usia 4 tahun.
Weh tahukah anda selama masih jadi pekerja yang setahun terakhir tanpa ART kelelahan amat sangat mendera, pulang kerja sudah hampir Maghrib masih kudu bebenah rumah atau nyetrika, pagi-pagi diburu waktu ngejar bus kota biar gak telat nyampe kantor yang puluhan KM jauhnya.
Pertanyaan kedua - Bosan. Bukan cuma jadi Ibu RumahTangga yang bisa bosan, lha salah satu alasanku berhenti kerja juga karena Bosan, bosan kelelahan, bosan dengan keadaan dimana aku harus sering tekor karena kerjaan, bosan dengan situasi kerja yang tak nyaman.
Mengantisipasi bosan ya kudu pinter-pinter mencari aktivitas di luar rutinitas. Melongok dunia maya itu perlu karena sekarang disini sumber rezekiku, dapat info kuis dan lomba atau sekedar bertegur sapa. Duluu aku juga pernah break jadi pekerja, kegiatan di rumah cuma itu-itu memang membosankan karena tak ada aktivitas lain selain dapur dan kasur #eh. Sekarang alhamdulillah ada internet murah meriah, ngisi modem 50rb/bulan meski resikonya si modem angot-angotan kan udah lumayan, eits meski sekedar ngisi 50rb/bulan pun aku harus sudah mulai mengatur strategi bagaimana dapat uang, pulsa dari hadiah kuis dunia maya agar tak membebani suami (sekarang sih masih pakai paket data dari sisa-sisa pulsa yang kemarin tiap bulan kuisi 50rb untuk dapat gratisan).
Nah strategi ini sekaligus menjawab Bagaimana Uang Bulanan (jadi ingat uang bulanan yang tanggal lima tapi udah sisa cuman 300rb sampai akhir bulan itupun de facto cuma 100ribu di dompet karena sisanya masih dipinjem suami :D). Alhamdulillah berapapun uang bulanan yang diberikan suami aku ngga pernah ngutang kanan kiri, saat masih punya anak Rafi uang belanjaku cuma tigaratus ribu sebulan aku masih bisa nabung limapuluh ribu, udah terbiasa hidup susah sih, pas masih anak kost uang sakuku cuma 75rb masih kepotong biaya kost 20rb belum uang fotokopi bahan kuliah dari dosen biarpun makan sehari cuma 2x itupun makan paginya hanya mie atau nasi bungkus minim lauk seharga empat ratus rupiah sebungkus...nyatanya masih bisa nabung lima sampai sepuluh ribu tiap bulan :D.
Hanya saja aku masih terus mikir gimana ya biar tetep bisa bayarin infak atas nama Mama dan para ahli kubur, sekedar memberi nafkah Mama dan bayar listriknya, nyediain uang beli susu anak-anakku...mudah-mudahan Allah memberikan jalan yang terbaik bagi kami sehingga tak ada yang dirugikan atas keputusanku mengundurkan diri :).
Jumat barokah saat doa-doa terijabah yakinkan diri kesulitan akan teratasi sebab Allah telah menjamin makhlukNya dengan masing-masing jatah rezeki seperti pesanNya lewat tanaman perdu di depan mushola mantan kantorku yang tetap hidup sehat meski tak ada yang merawat ^_^
Seperti yang kubisikkan pada Radit saat tak kuizinkan lagi beli roti.."harus hemat dik" dan sekarang Radit sedikit sedikit nanya "Ma, nggak boleh beli ini ya atau beli itu ya...karena harus hemat" hehehhe
No comments:
Post a Comment