catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Transkrip pembicaraan negosiasi liburan ala santri

Lelah belajar dan bekerja obatnya apa teman-teman?....ya betul : liburan.
Anak sekolah butuh libur untuk rehat, apalagi santri yang hidupnya diatur dengan jadwal ketat. Jadi ingin menyimpan transkrip pembicaraan, negosiasi liburan ala santri di blog ini sebagai kenang-kenangan. 


Santri (telepon) : "Assalamualaikum...apa kabar Pa...(basa basi blablabla)"
Papa : "Alhamdulillah baik, bagaimana ujiannya bisa?"
Santri: "Bisa lah pa. Eh ya Ini aku telpon mau minta izin boleh ya ikut rombongan teman ke Bali setelah dari Malang nanti"
Papa : "Lo kan masih ujian Mas, mikir ujian dulu baru mikir liburan"
Santri: "Duh tiap hari aku belajar sampai jam 2 dini hari Pa..aman amaan insyaAllah"
Papa : "wis gampang itu apa kata Mamamu nanti"


Lain hari ganti Hp Mama yang bunyi
*
Santri: "Assalamualaikum, Ma aku boleh ya ke Bali"
Mama: "Waduh Mas, ujian belum selesai, yang dipikir kok liburan melulu. Apalagi pengumuman kenaikan kelasmu masih nanti 5 Ramadhan"
Santri: "Lo Ma aku tiap hari itu belajar sampai jam 2 dini hari, InsyaAllah naik kelas laah,kan aku bosen belajar terus. Ingin refreshing gitu lihat pantai Ma, boleh ya? masa liburan gak kemana-mana"
Mama : "lah kan sudah ke Malang bareng teman-temanmu"
Santri: "wah ya libur panjang sekalian main agak jauh Ma"
Mama : "Ok wis, uang sakumu dari hasil penjualan Hpmu ya. Kan bentar lagi butuh duit banyak buat daftar ulang dan isi tabungan santri"
Santri : "Lo kok Hpku yang dijual? yang lain aja Ma,Tivi gitu"
Mama: "Lo kan yang liburan kamu Mas,jadi ya Hapemu yang dijual buat uang saku"
Santri : "Lah aku liburan foto-foto pakai apa dong?"
Mama : "Pinjam Hp temanmu aja nanti kirim ke WA Mama"
Santri: "Waduh ga asik, udah nanti uang saku liburanku aku ganti dari uang saku lebaran dari sanak kerabat"
Mama : "Lo kok kamu Pede ada yang ngasih angpau lebaran sih Mas?"
Santri : "Wis aku nanti kerja apa gitu biar dapat uang. Tolong aku mau bicara sama Papa"


Hp pindah tangan ke papa
*
Santri: "Pa, Mama kok kelihatannya gak ikhlas gitu sih aku liburan"
Papa : "Ya kan Mama mikir biayanya Le"
Santri: "Sudahlah biayanya dari uang saku ke Malang itu saja yang aku pakai beli tiket, nanti pulangnya dibayarin ayahnya temenku itu, kaya, pengacara, rumahnya tingkat 3.
Papa: "Wis lah Mas mikir ujianmu dulu"
Santri: (mulai berdiplomasi) "Padahal aku dulu gak ikhlas lo masuk pondok pesantren, aku belajar giat dan nilau UNku bisa lolos masuk SMP terbaik dekat rumah. Laa kok dimasukkan pondok. Tapi ya ikhlas ndak ikhlas aku jalani"
Papa: "Tapi kan sekarang kamu seneng to,temanmu banyak dari Sabang sampai Merauke, bahkan dari luar negeri segala"
Santri: "La ya itu aku seneng temanku banyak, dari berbagai penjuru Indonesia. Makanya aku ingin bersilaturahim ke rumah mereka"
Papa: "yo yo yo wis Mas,nanti tak kasih uang saku"(tutup pembicaraan biar gak ribet)


Lain waktu, ujian sebulan sudah usai, Hp Papa berdering lagi
*
Santri: "Pa,bagaimana Mama sudah OK aku ke Bali?"
Papa:  "Beres wis Mas,ga usah ruwet mikir. Tapi yakin naik kelas kan?"
Santri : "InsyaAllah lah Pa, kan kata Mama yang penting naik kelas toh. Eh ini aku sudah punya tambahan uang saku 100 ribu hasil kerjaku sebagai kurir makanan"
Papa:  "kurir makanan bagaimana?"
Santri: "Ya itu kalau temanku malas antri ke dapur santri, engganpergi ke kantin trus aku yang jadi kurir, bantu beliin dan dikasih uang lelah sama mereka"
Papa: (tertawa) : "wah hebat Mas"

Btw Papa sudah beliin tiket bus ke Bali belum haha...lagian kenapa ga dijanjikan ke Pantai Kenjeran Surabaya saja yang ongkosnya lebih murah hihihi.


Duh ya, sekarang saya tidak meragukan bahwa dari pendidikan pondok ini lahir diplomat-diplomat ulung. Dan yang terpenting dia berdiplomasi demi mendapat restu ayah dan ibu. Tidak slonong boy pergi tanpa izin meski bisa saja melakukannya dengan mudah.
Jujur, lebih senang "diteror" telpon karena minta izin (dan uang saku) untuk berlibur, dibandingkan teror telepon tempo hari yang minta pulang karena sakit. Transkrip pembicaraan negosiasi pun jadi panjang, tiga puluh menitan hahaha.
Semoga Allah melindungi anak-anakku selalu, menuntun mereka di jalan cahaya hingga akhir waktu.
Share:

Renungan Pemilu 2019

Sebelum Pemilu saya sempat rasan-rasan dengan seorang teman "duh, sampai kapan ini ribut-ribut selama kampanye, mbok ndhang 17 April"
"Iya yaaa ndang Pemilu ndang wis"
"Eh tapi apa yakin setelah Pemilu keadaan jadi lebih nyaman?"
Dan kekhawatiran itu pun terbukti. Pemilu sudah berlalu dengan segala kekurangannya namun keributan masih membersamai.

Mengapa saya hanya menyebut kekurangan tanpa kelebihan? sebab hanya gara-gara Pemilu 2019 ini para ulama direndahkan, putus tali persaudaraan dan memakan korban jiwa hingga ratusan dari petugas maupun relawan yang kelelahan.
Tengok-tengoklah Instagram Ustadz Yusuf Mansur yang penuh caci maki dan ujaran kebencian. Tengoklah beranda FB yang menghujat ulama-ulama yang menyatakan dukungan di satu pihak lainnya. Bahkan saya mensnooze satu akun FB yang menulis"haha mana itu ulama yang punya bashiroh, kalah toh dengan dukun nusantara" Kalimat ini membuat saya bergidik. Apalagi sebelumnya dia, sosok yang hobi bersemedi di tempat-tempat yang"begitulah" sempat mengeluarkan statement sedang berada di lokasi yang terkenal "wingit dan digunakan untuk mencari pesugihan" dan menulis"ayo kita satukan kekuatan supranatural untuk coblosan besok"
Astaghfirullah...ini apa-apaan. Saya tidak paham benar maksudnya kekuatan supranatural itu apa, dan apa kaitannya dengan bashiroh ulama serta pemilu. Tapi mengaitkannya dengan praduga saya sendiri jadi merinding bulu roma.

Tak cukup sedih melihat umat menghina para ulama, menyusul kemudian jatuh korban jiwa dari petugas dan relawan pemilu yang kelelahan. Bahkan menurut berita ada yang sampai taruhan harta kekayaan demi kebanggaan jika paslon yang didukungnya menang, bertarung dengan tetangga atau teman karena beda pilihan.

Setelah quick count muncul keributan. Yang biasa diam tiba-tiba menepuk dada dan mengolok kubu yang berseberangan. Yang akun sudah lama non aktif lalu aktif hanya untuk mengumbar kebencian. Maunya apa coba...(lalu saya jadi ikutan berdosa kan menyimpan rusuh dalam hati ini)

Astaghfirullah ..

Sebelum Pemilu saya sempat menulis di laman FB

Jangan karena benci dan marah
Di dalam pertarungan satu lawan satu di sebuah perang , Amr bin Abd Wad al-Awiri berhasil dikalahkan Ali Bin Abi Thalib. Dalam keadaan terdesak ia meludahi wajah sahabat Nabi ini. Sebenarnya dalam satu sabetan pedang Ali bisa membunuhnya. Tetapi Ali memilih menyingkir hingga kemarahannya reda "Aku tunggu hingga kemarahanku reda sehingga jika aku harus membunuhnya itu semata karena Allah"
Jangan terlalu cinta
.
Seorang mujahid, Abdah bin ‘Abdurrahiim tak ada yang tak mengenalnya sebagai orang shalih, hafidz quran, rajin berpuasa sunnah. Namun dalam suatu kesempatan ia jatuh cinta, tergila-gila pada wanita romawi dan meninggalkan agama Allah demi menikahinya. Peringatan Allah datang ditandai dengan lenyapnya seluruh hafalan dan hanya dua ayat yang tersisa yaitu QS Al Hijr 2-3.
Maka jangan memilih melakukan sesuatu karena kemarahan atau karena terlalu cinta. Termasuk memilih presiden.
Lakukan karena Allah semata, memohon ridho'nya agar Allah membimbing pemimpin yang kita pilih dan terpilih nanti mampu mengemban amanah, sebaik-baik khalifah. Agar kita tidak kufur, takut kehilangan nikmat dunia atau berharap berlebihan pada sosok yang kita percaya. Ingatlah, semua karena Allah bukan 01 atau 02.

Mungkin kekacauan yang terjadi ini karena masih banyak yang memilih karena terlalu benci atau terlalu cinta. Mendahulukan jagoan daripada Tuhan, mendahulukan ego daripada persatuan. Mungkin tidak banyak yang mau merenung seperti yang saya tuliskan:
Melalui korban-korban jiwa petugas dan relawan itu, bisa jadi Tuhan menitipkan pesan:
Ketika waktumu tiba, yang mengurus jenazahmu adalah kerabat dan tetangga yang bisa jadi berbeda pilihan saat pencoblosan.
Bukan capres atau timses.
Jadi mengapa masih terus berbantah-bantahan?
Hingga memutus tali persaudaraan dan pertemanan?
Saling mengunggul-unggulkan berlebihan
Menepuk dada pertanda kemenangan?
Menang atas apa?
Bukankah kemenangan sejati itu tatkala mampu mengendalikan amarah?
Kemenangan sebenarnya adalah ketika kembali kepada Rabb-mu dengan husnul khotimah?
Share:

#MoneySmartMenginspirasi Saya Memilih Reksa Dana Sebagai Instrumen Investasi



Tahun ajaran baru sudah di depan mata. Terbayang hitungan berapa besar harus menyiapkan dana dan biaya. Pernah berada dalam kondisi finansial tertekan, membuat saya semakin berhati-hati dalam mengelola keuangan. Deg-degan juga saya saat itu, ketika sudah tidak lagi bekerja kantoran dan menerima gaji tetap, disusul suami ter-PHK dan jobless beberapa lama, kondisi finansial keluarga pun semakin goyah. Dahulu, sebelum saya memutuskan berhenti bekerja kami memang tidak memiliki simpanan dana darurat yang bisa digunakan untuk membiayai hidup selama belum ada pendapatan.

Beruntung kami masih memiliki beberapa barang berharga yang bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan. Menyesal tidak memaksakan diri untuk memiliki tabungan dana darurat untuk keperluan yang tak bisa diprediksi seperti kehilangan penghasilan. Sebenarnya penghasilan kami berdua saat masih bekerja kantoran tidak terlalu besar dan nyaris selalu habis untuk biaya hidup dan pendidikan. Tetapi seharusnya ada pos-pos pengeluaran yang ditekan sehingga bisa berinvestasi atau menyimpan dana darurat. 
Siapkan dana darurat sebelum keuangan sekarat
Belajar dari pengalaman tersebut saya mulai menyisihkan sebagian penghasilan saya sebagai pekerja lepas. Namun saat-saat butuh biaya pendidikan seperti sekarang, saya kembali tergoda untuk membelanjakan simpanan uang tersebut untuk menutup biaya-biaya. Apalagi tempo hari saya menerima fee kehadiran dan komisi menulis mengenai kelas investasi berupa unit reksa dana, Makin tergoda saja untuk segera mencairkan ke rekening bank saya. Meski rajin mengikuti kelas investasi hingga empat sesi, keinginan untuk segera mencairkan fee tetap menggebu dalam hati. Beberapa tulisan saya mengenai materi dan informasi tentang reksa dana bisa dibaca di folder Finance di blog ini.

Namun setelah membaca artikel di Moneysmart saya jadi lebih mantap memilih reksa dana sebagai simpanan dana darurat. 

Saya baca artikel mengenai investasi reksa dana dan saya endapkan berhari-hari. Menimbang keuntungan dan kelemahan berinvestasi dalam bentuk unit reksa dana sebelum memutuskan, akankah investasi ini saya lanjutkan atau cairkan. Saya benar-benar menerapkan tips dalam artikel tersebut: kenali produk, menentukan jangka waktu dan memahami umur produk. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, saya putuskan untuk mempertahankan simpanan saya berupa unit reksa dana, bahkan ada rencana untuk rutin menambah besaran unitnya. 

Alasan utama mengapa memutuskan mempertahankan investasi reksa dana adalah: saya sudah mempelajari kinerja manajer investasi reksa dana sebagaimana tips dari Moneysmart. Saya percaya perusahaan tersebut bisa dipercaya untuk mengelola reksa dana dalam jangka waktu lama, sebab sudah beroperasi selama 20 tahun. Sedangkan hasil dari reksa dana lebih optimal jika dipanen dalam waktu 3-4 tahun. Bahkan saya terinspirasi melakukan switch sebagian unit reksa dana Pasar Uang menjadi reksa dana Pendapatan Tetap. Langkah ini saya ambil karena menimbang tips "pahami umur produk" yang dipaparkan oleh Moneysmart. 

Sebagai investor pemula saya belum berani memilih reksa dana campuran atau reksa dana saham. Pernah trauma juga sih, sekitar sepuluh tahun lalu saya pernah nekad berinvestasi reksa dana campuran dan hasilnya dalam tiga bulan nilai unitnya jatuh bebas. Lalu saya panik dan menarik semua dana. Bukannya untung malah buntung. Sebab saat itu pengetahuan saya masih sangat minim. Kalau saja saat itu sudah ada situs Moneysmart, saya bisa mempelajari artikel-artikelnya sehingga punya bisa mempertimbangkan berbagai pilihan investasi, menimbang untung rugi, mengetahui risiko dan tips menekan risiko yang mungkin timbul sehingga tidak kecewa di belakang hari.

Mengingat kembali kegagalan masa lalu membuat saya rajin memantau pergerakan unit reksa dana. Ternyata menurut artikel Moneysmart, langkah yang saya ambil sudah tepat. Sebab mendapatkan laporan hasil investasi adalah salah satu hak saya juga sebagai investor. Hal ini sesuai poin kelima dalam tips berinvestasi reksa dana yang ditulis Moneysmart. Bersyukur, unit reksa dana yang saya miliki menunjukkan pergerakan positif. Semakin yakin reksa dana adalah pilihan tepat sebagai simpanan dana darurat.

Catatan Perkembangan Unit Reksa Dana

Sebagai catatan hasil memntau perkembangan unit reksa dana, saya membandingkannya setiap bulan. Ini dia awal investasi unit reksa dana saya di bulan Januari - Februari 2019. 

Kemudian ini pergerakan investasi unit reksa dana saya di bulan Maret 2019. 
Dan yang ini laporan pergerakan investasi unit reksa dana saya setelah melakukan switch sebagian unit reksa dana Pasar Uang ke Pendapatan Tetap

Wah, ada trend positif nih, jadi makin bersemangat untuk menambah unit reksa dana sedikit demi sedikit. Berinvestasi reksa dana memiliki banyak keuntungan antara lain:
1. Mudah, karena kini bisa dilakukan secara online tanpa harus datang ke kantor manajer investasi
2. Likuid. Seperti tabungan, reksa dana bisa ditarik sewaktu-waktu. Tinggal pilih "jual" maka hasil penjualan akan masuk ke dalam rekening bank yang kita daftarkan
3. Terjangkau. Sebab harga unit reksa dana bisa dibeli dengan harga mulai dari sepuluh ribu rupiah
4. Efisien. Dibandingkan menabung di bank konvensional, lebih menguntungkan menyimpan uang di reksa dana sebab tidak ada biaya administrasi setiap bulan. Simpanan di reksa dana juga bebas pajak, berbeda dengan simpanan di rekening bank.
5. Fleksibel. Reksa dana bisa diandalkan untung investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Investor juga bisa memilih jenis-jenis reksa dana sesuai keinginan yaitu: Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Saham. Apalagi kini sudah tersedia reksa dana yang dikelola secara hukum syariah sehingga membuat hati saya lebih tenang.
6. Aman. Menyimpan uang dalam bentuk unit reksa dana aman, sebab manajer investasi yang kredibel terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kinerjanya benar-benar diawasi.

(calon) investor perlu memperdalam dasar-dasar ilmu mengenai investasi agar paham benar apa seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan ketika memilih reksadana sebagai instrumen investasi. Jika dalam artikel investasi reksa dana Moneysmart berbagi tips tentang Do's dalam berinvestasi reksa dana, simak pula tips "Don't "agar investor reksa dana bisa mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi: https://www.moneysmart.id/investasi-reksa-dana-bisa-sukses-dengan-hindari-kesalahan-ini/



Lega rasanya mengambil keputusan ini. #MoneySmartMenginspirasi saya memilih reksa dana sebagai instrumen investasi. Nah, jika saya sudah mantap menentukan reksa dana sebagai simpanan dana darurat dan batal saya cairkan untuk biaya pendidikan anak-anak, solusinya bagaimana nih untuk menutup anggaran? Solusinya kian rajin mengais rezeki melalui berbagai pintu halal dan memperbesar sedekah. Harapan saya dengan doa-usaha-doa Tuhan akan mencukupkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan.








Share:

Rajin Berbagi Tak Akan Merugi

Ketika saya menulis artikel ini, Ramadhan tinggal menghitung hari. Teringat kembali petuah ulama untuk menyiapkan ilmu, fisik, mental dan materi agar bisa beribadah lebih baik di bulan mulia nanti. Sudah sepatutnya menyisihkan sebagian penghasilan agar lebih optimal dalam berbagi. Meski berbagi tidak melulu berupa materi, tetapi ilmu, pengetahuan, perbuatan baik bahkan senyuman adalah cara berbagi yang tak kalah indah dengan memberikan uang atau makanan.

Ajaran Islam senantiasa mengingatkan umatNya untuk berbagi kepada sesama. Sudah pernah menghitung berapa kali disebutkan dalam Al Quran penggalan ayat yang berbunyi "Wa aqimusholata wa yu' tu zakata" dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat? Penggalan ayat ini menjadi sarana memotivasi untuk menjaga kualitas hablum minallah - hubungan dengan Allah  dengan  cara mendirikan sholat dan hablum minannas (interaksi dengan manusia) dengan menunaikan zakat. Zakat adalah salah satu cara berbagi. Selain zakat ada sedekah, infaq dan wakaf untuk menunjukkan empati. Agar terbiasa berbagi, ajarkan nikmat bersedekah kepada anak-anak sejak dini.
Dokpri: mengajarkan berbagi sejak dini

Berbagai Cara Berbagi

Jika zakat, baik zakat fitrah dan zakat maal hukumnya wajib. Maka sedekah, infaq dan wakaf hukumnya sunnah. Apa sih beda sedekah, infaq dan wakaf? Penjelasan Dompet Dhuafa dalam situs http://jateng.dompetdhuafa.org adalah sebagai berikut:

"Sedekah adalah segala kebaikan yang kita lakukan. Senyum itu sedekah, membantu kesulitan orang lain juga sedekah, menyingkirkan batu di jalan juga sedekah, ibu menyusui anaknya juga sedekah, istri melayani suaminya juga sedekah, suami menafkahi keluarganya juga sedekah, memberikan harta kepada orang lain yang membutuhkan juga sedekah, shalat dhuha juga sedekah, dan segala jenis kebaikan yang lainnya"


Infaq adalah sedekah yang diberikan dalam bentuk harta benda. Misalkan kita memberikan uang kepada orang yang membutuhkan, memberikan barang bermanfaat untuk orang atau lembaga yang membutuhkan, dan lain sebagainya, kapan saja, dalam kondisi lapang maupun sempit.

Wakaf adalah sedekah dalam bentuk aset. Wakaf bisa berupa uang, tanah, rumah, gedung, rumah sakit, hotel, masjid, dan bangunan produktif lainnya.

Aset wakaf tak boleh berkurang nilainya, melainkan harus dikembangkan secara syariah sehingga bisa menghasilkan keuntungan. Hasil dari pengembangan wakaf tersebut digunakan untuk kepentingan umat melalui berbagai program sosial.

Keutamaan Sedekah

Jika direnungkan lebih dalam, sedekah membawa manfaat bagi kedua belah pihak, penerima maupun pemberinya. Keutamaan yang paling terasa adalah merekatkan ukhuwwah islamiyah di antara sang pemberi dan penerima. Andai penerima sedekahnya bukan orang muslim sekalipun, nilai kemanusiaan yang timbul dari jalinan silaturahim karena pemberian ini bisa menjembatani jurang sosial antara si kaya dan si miskin.

Indahnya Islam, mengajarkan bahwa berbagi, bersedekah bukan sekadar "memberikan sesuatu untuk menolong orang lain" sehingga menganggap yang memberikan bantuan sebagai pahlawan. Namun Islam memotivasi umatnya untuk bersedekah karena manfaat sedekah akan kembali kepada si pemberi sedekah. 

Beberapa keutamaan berbagi yang menjadi penyemangat umat agar tidak ragu melakukannya setiap hari antara lain:

1. Janji Allah melipatgandakan pahala bagi orang yang bersedekah
Allah menjanjikan pahala, kebaikan bagi orang yang berbagi sebagian hartanya kepada orang lain tujuh ratus kali lipat. Hal ini tercantum dalam firman Allah, Surat Al Baqarah ayat 261:

Meski seringkali terbukti bahwa kebaikan berbagi ini kembali kepada si pemberi berlipat kali sebagai materi, sebaiknya kita tidak terlalu berhitung dan menimbang-nimbang besaran materi yang diharapkan sebagai timbal balik sebagaimana yang Allah janjikan. Memang tidak ada larangan untuk berharap Allah akan mengembalikan sedekah berlipat ganda, namun jika sedekah tersebut diberikan ikhlas dan berharap kebaikan di akhirat insyaAllah kebaikan dunia akan mengikuti dengan sendirinya.

2. Sedekah adalah penolak bala
Takdir baik dan buruk kepada manusia telah ditulis dalam lauhul mahfudz. Namun Islam juga mengajarkan bahwa ada hal yang bisa mengubah ketentuan Allah yang bersifat bukan ketentuan mutlak (seperti mati, jodoh, takaran rezeki) Hal yang bisa mengubah ketentuan tersebut adalah doa dan sedekah. Rasulullah berwasiat dalam salah satu hadits yang mengingatkan pentingnya bersedekah:
Hmm, mari mengingat-ingat mungkin jika terjadi musibah pada diri kita hari ini, entah kehilangan benda atau kecelakaan bisa jadi musibah tersebut adalah sentilan Allah karena kita lupa bersedekah.

3. Sedekah tidak akan mengurangi harta
Matematika manusia berbeda dengan perhitungan Allah. Jika manusia berhitung: uang di dompet sisa lima puluh ribu rupiah, kalau aku sedekahkan dua puluh ribu sisa tiga puluh ribu rupiah saja, padahal harus beli beras seharga lima puluh lima ribu, malah tekor nih. Pertimbangan semacam ini seringkali membatalkan niat bersedekah. Padahal Allah  telah menjanjikan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Rasulullah telah mengingatkan agar tidak perlu khawatir jatuh miskin karena bersedekah.


   Sebagai penyemangat dan pengingat berbagi, ada baiknya mengenang kisah sahabat Nabi yang bernama Abdurahman Bin Auf. Sahabat Rasulullah ini pernah bersedekah dengan menjual seluruh hartanya dan membeli semua kurma busuk milik seorang sahabat lain yang harganya jatuh setelah Perang Tabuk dengan harga bagus. Harapannya dengan demikian ia tak lagi memiliki harta berlimpah sehingga kelak hisabnya di akhirat bisa lebih cepat. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Tak selang beberapa lama kemudian, utusan Raja Yaman datang mengabarkan bahwa Raja Yaman sedang mencari obat untuk mengatasi wabah penyakit di negaranya. Dan wabah penyakit tersebut hanya bisa diobati dengan kurma busuk. Maka kurma-kurma busuk Abdurahman Bin Auf dibeli dengan harga 10 kali lipat dari harga semula. Bukannya jatuh miskin setelah menyedekahkan seluruh hartanya, Abdurahman Bin Auf malah lebih kaya dari sebelumnya.

4. Salah satu wasilah menghapus dosa
Manusia bukan malaikat, yang dijamin selalu taat. Manusia dikaruniai akal, pikiran dan hawa nafsu. Atas pemberian karunia tersebut manusia diberikan berbagai ujian. Adakala tak mampu mengekang hawa nafsu, terlena bujuk rayu dunia maka melakukan maksiat dan dosa.  Salah satu wasilah atau sarana menghapuskan dosa adalah bersedekah. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda, 


5. Janji Allah memberikan naungan di hari akhir bagi yang rajin bersedekah.
Sering membayangkan bagaimana keadaan kita saat dibangkitkan di hari perhitungan? Saat jiwa-jiwa sibuk memikirkan bagaimana agar selamat dari api neraka. Sedangkan saat itu tak ada lagi yang menolong selain amal sholih di dunia. Di tengah hiruk pikuk dan kekhawatiran, ada segolongan insan yang telah dijanjikan mendapat naungan dari Allah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:
  “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya
1. imam yang adil 
2. pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh 
3. orang yang hatinya bergantung ke masjid. 
4. orang-orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya
5. seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Aku benar-benar takut kepada Allâh" 
6. seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.
7. seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya
(HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)



Dari hadits tersebut jelaslah bahwa Allah telah menjanjikan naungan di hari akhir bagi seseorang yang bersedekah dengan ikhlas tanpa berharap pujian.



Keajaiban Sedekah

Keutamaan sedekah bukan sekadar teori belaka. Setidaknya di dunia saya sudah berkali-kali merasakan keajaibannya. Jika dijanjikan bahwa sedekah melancarkan rezeki, maka pengalaman menakjubkan, sudah tak terhitung saya rasakan. Tetapi yang paling berkesan adalah ketika sedekah saya dibayar tunai oleh Allah di saat paling sempit. Ketika suami saya ter-PHK ketujuh kalinya, di usia yang tidak bisa dibilang muda untuk mencari kerja. Rasanya habis harapan kami untuk keluar dari kesulitan finansial. Satu persatu barang di rumah dijual untuk biaya hidup. Hingga suatu hari hati saya terketuk mengeluarkan infaq untuk anak-anak yatim di panti asuhan di dekat rumah. Sesulit apapun kondisi keuangan saya memang tidak berhenti menjadi donatur di sebuah lembaga yang fokus membantu anak-anak yatim. Sebab melalui lembaga tersebut saya meniatkan sebagian infaq atas nama almarhum ayah, almarhumah ibu mertua dan almarhumah adik serta atas nama ibu selama bertahun-tahun.

 Sempat terpikir jangan-jangan kesulitan hidup yang kami alami, karena meski tercatat sebagai donatur tetap di sebuah lazis, namun kami lalai tidak membantu anak-anak yatim yang terdekat di lingkaran kehidupan ini.

AllahuAkbar, tidak lama berselang setelah kami menginfaqkan uang hasil penjualan barang berharga yang awalnya dianggarkan untuk membeli beras, suami saya mendapat penawaran untuk segera bekerja di sebuah perusahaan. Padahal berbulan-bulan sudah ia lontang-lantung tanpa pekerjaan. Interview dan test beberapa kali tanpa ada kepastian. Allah telah menepati janji pada hambaNya yang beriman. 

Dan kesekian kali Allah menepati janjiNya. Ketika perusahaan tempatnya bekerja mulai colaps (lagi) dan ia harus dimutasi ke luar kota menunggu dipensiunkan menanti kontrak kerjanya berakhir, bantuan Allah kembali datang setelah kami memperbesar sedekah. Sedekah yang disertai harapan agar diberikan kemudahan keluar dari segala getir. Alhamdulillah, segala urusan dimudahkan. Kami masih bisa menyambung hidup dengan keuangan keluarga yang terpecah belah karena suami harus pindah. Kondisi tersebut pun hanya kami lalui tiga bulan saja hingga suami kembali meniti karir di tempat kerja baru di kota tempat kami tinggal.
Kotak amal, sumber pixabay

Sedekah adalah penolak bala, saya menjadi saksi janji Allah tak pernah membuat insanNya kecewa. Masa-masa kelam ketika suami jatuh sakit sangat parah hingga perlu transfusi darah tak akan pernah saya lupakan. Saat itu seperti tak ada harapan bisa hidup lebih lama. Ia menunjukkan tanda-tanda seperti mendiang adik saya menjelang meninggal dunia. Pikiran saya saat itu sangat kacau, merawat suami yang keluar masuk rumah sakit tanpa asuransi kesehatan. Anak bungsu saya titipkan di rumah tetangga selama suami dirawat inap. Anak sulung saya beberapa kali menelepon karena saatnya membayar biaya-biaya di pondok pesantren. Saya harus membagi waktu, tenaga, pikiran, biaya hidup dan menjalani masa-masa sulit ini seorang diri. Hingga Allah lagi-lagi mengetuk hati saya untuk memperbesar sedekah dan bertawakal. Alhamdulillah setelah mendapatkan transfusi darah hingga 6 kantong kondisi suami berangsur membaik. Hampir dua bulan ia tidak bisa bekerja tetapi kantor memberikannya dispensasi dan tetap menerima gaji. 

Allah kembali menguji keikhlasan saya menjalani ujian hidup di dunia. Di tahun ketiga si sulung belajar di pondok, ia terserang penyakit gatal-gatal yang sangat mengerikan. Hampir setahun menderita, berobat hingga berganti tiga dokter spesialis kulit tidak mampu mengatasi penyakitnya. Anakkku sudah mulai putus asa dan minta berhenti mondhoknya. Bagaimana hati seorang Ibu tercabik-cabik tak karuan, antara kasihan melihatnya menderita dan tidak mungkin mengizinkannya berhenti menuntut ilmu di tengah jalan. Di saat paling krusial, saya kembali ke panti asuhan di dekat rumah. Membawakan mereka makanan dan sejumlah infaq yang tidak seberapa. Saya meminta tolong agar anak-anak yatim ini mendoakan kesembuhan bagi si sulung dan agar ia bisa menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut hingga tuntas, lulus dengan sempurna. 
Kami mengajukan izin berobat yang demikian ketat prosedurnya dan hanya diberikan waktu lima hari saja. Saya hanya bisa pasrah. Mungkinkah penyakit kulit kronis hingga penderitanya kesulitan berdiri dan berjalan bisa sembuh dalam lima hari? Setelah berikhtiar ke pemandian belerang dan berganti dokter spesialis kulit untuk keempat kalinya, saya menyaksikan keajaiban. Kondisi si sulung semakin membaik. Luka-luka bernanah di sekujur tubuhnya mengering, ia tak lagi mengeluh kesakitan padahal sebelumnya untuk tidur pun kesulitan. Hingga di hari keempat tak ada lagi bekas luka basah di sekujur tubuhnya. Allah kembali menunjukkan keutamaan sedekah sebagai penolong dari musibah.

Dari pengalaman-pengalaman pribadi tersebut saya kian menyadari bahwa sebenarnya yang lebih banyak mendapatkan manfaat dari bersedekah adalah si pemberi. Maka saya bertekad dalam hati untuk menjadikan berbagi sebagai bagian dari aktivitas setiap hari.


Tips Konsisten Berbagi
Mengingat keutamaan sedekah begitu besarnya dan keajaiban bersedekah, seyogyanya kita upayakan untuk istiqomah. Berikut adalah tips B-E-R-B-A-G-I yang saya upayakan agar tak lalai berbagi:

1. Berniat
Segala amalan akan ditimbang berdasarkan niat. Niatkan segala sesuatu yang kita lakukan demi mendapat ridho Allah. Jangan pernah berniat agar mendapatkan sorotan publik, pujian dari sedekah yang kita lakukan
2. Empati terasah
Sering-seringlah mengasah empati. Keinginan, tekad dan kemauan berbagi timbul karena empati dan nurani yang terasah. Adakala hidup terasa menyedihkan ketika ditimpa berbagai masalah dan persoalan. Namun yakinkan diri ada yang lebih menderita dari kita. Berkunjunglah ke panti asuhan, baca berita tentang anak-anak terlantar karena musibah perang atau bencana. Maka nurani akan tergelitik untuk meringankan beban mereka, meski mungkin baru bisa menyumbang beberapa rupiah saja. 
3. Rutinitas secara berkala
Saya teringat pesan Rasulullah bahwa hal paling sulit adalah istiqomah. Maka salah satu kiat untuk menjaga istiqomah dalam berbagi dan bersedekah adalah dengan melakukannya sebagai rutinitas secara berkala. Setiap subuh sebelum sholat berjamaah saya sempatkan menitipkan infaq saya di kotak amal masjid. Sambil memasukkan infaq saya iringi dengan doa "ya Allah semoga infaq yang sedikit ini menyembuhkan kami dari segala sakit dan mengangkat kami dari semua sempit" Saya percaya pada janji Allah bahwa malaikat akan mendoakan seseorang yang bersedekah di awal hari. Di hari Jumat saya menitipkan infaq melalui si bungsu yang berangkat sholat Jumat. Dan InsyaAllah saya juga istiqomah menjadi donatur tetap setiap bulan di sebuah lembaga amal yang mengkhususkan untuk memandirikan anak-anak yatim piatu. Dengan demikian saya bisa menjaga konsistensi bersedekah harian, setiap pekan dan bulan. Jangan berpikir infaq saya itu besar nominalnya. Sungguh sebenarnya saya malu kepada Allah karena tak kunjung mampu memperbesar kisarannya. Semoga saja nilai yang tak seberapa ini bisa menjadi penolong agar kelak terhindar dari api neraka. Bukankah Allah menyukai amalan yang sedikit namun istiqomah?

4. Baiknya disegerakan
Menunda sedekah adalah rayuan setan. Sebelum hati berubah, pikiran gundah padahal sudah ada niat berbagi baiknya segerakan bersedekah. Sebab bisa jadi dengan bersedekah terhindar dari musibah.

5. Awasi pos pengeluaran
Islam menganjurkan untuk bijak mengelola keuangan. Hindari bergaya hidup berlebihan sebab berlebih-lebihan adalah godaan setan. Mengejar gaya hidup membuat keuangan meredup. Penghasilan dihamburkan tetapi hati jadi berantakan. Awasi pos pengeluaran yang tidak penting. Jika biaya komunikasi bisa ditekan dengan paket hemat, mengapa bersedekah masih harus terasa berat? Jika berlibur bukan suatu kewajiban, rasanya tak perlu memaksa rekreasi setiap pekan yang menyebabkan bengkaknya pengeluaran sehingga untuk berbagi pun merasa keberatan.

6. Gemar menabung
Bersikap hemat adalah salah satu cara agar lapang bersedekah. Bulan-bulan Rajab. Sya'ban, Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah adalah bulan yang paling saya perhatikan untuk menabung lebih giat. Rajab dan Sya'ban adalah persiapan Ramadhan sehingga bersedekah pun perlu dilipatgandakan. Di Ramadhan amalan diganjar Allah pahala berlipat ganda, bersedekah pun bagai berlomba. Syawal bukan bulan untuk kendor berbagi, justru tetap harus dijaga agar istiqomah hingga nanti. Dzulhijjah adalah bulan berqurban, maka berbagi paling utama adalah menyembelih hewan qurban untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Maka jauh hari sebelum Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah tiba, saya mulai mengumpulkan sejumlah uang untuk infaq khusus Ramadhan, dan perkiraan uang untuk berqurban.

7. Iman yang perlu dijaga
Sudah menjadi kodrat manusia tergesa-gesa dan sering lupa. Kadar iman pun bisa naik turun derajatnya. Hingga berbagi pun bisa menjadi masalah jika tak lapang dada dan kuat imannya. Terkadang karena berharap ganjaran sedekah berupa materi berlipat ganda yang dipandang tak sesuai harapan, muncul rasa enggan bersedekah. Inilah pentingnya menjaga iman dan meniatkan segala ibadah untuk akhirat agar tidak terlalu silau oleh dunia.

Bersedekah Jadi Lebih Mudah

Rutin bersedekah membuat hidup saya lebih tenang. Tetapi adakala sesuatu hal menyebabkan niat bersedekah terhalang. Seperti pada suatu siang saya meringis. Keinginan untuk bersedekah tertahan karena isi rekening yang kembang kempis. Kondisi keuangan saat itu tidak bisa dibilang manis, tetapi bagi saya bersedekah adalah suatu keharusan. Sebab di dalam infaq dan sedekah tersimpan berbagai keajaiban. 

Waktu itu saldo rekening saya mencapai batas minimum. Kebetulan uang yang harus dikeluarkan harus ditransfer melalui rekening bank konvensional tersebut. Namun dana di rekening yang ini seringkali terkuras untuk modal Payment Poin Online Bank. Baru terisi jika teman atau tetangga melunasi tagihan listrik, PDAM mereka yang sudah saya bayar dengan dana talangan terlebih dahulu. Saldo saya seringkali tersisa hingga batas minimal yang ditetapkan bank dan tidak bisa ditarik maupun ditransfer ke rekening lain. Maka sedekah saya pun tertunda.

Belajar dari pengalaman sedekah yang tertunda, saya mengalokasikan sisa uang di rekening bank syariah untuk berinvestasi obligasi SUKUK pemerintah Indonesia SR-003. Bagi hasilnya ditransfer setiap bulan pada tanggal 10 di rekening saya. Dalam pemikiran saya, andai kelak harus menghadapi kondisi finansial atau kondisi kesehatan yang tak terduga, masih ada hasil investasi yang secara rutin masuk dalam rekening bank syariah dan bisa ditransfer ke rekening yayasan yang terpercaya untuk disalurkan kepada kaum dhuafa tanpa biaya administrasi. Salah satunya adalah Dompet Dhuafa. 

Mengapa memilih Dompet Dhuafa sebagai penyalur donasi baik berupa infaq, sedekah maupun zakat? Lima alasan utamanya adalah: 
1. Lembaga terpercaya
Ditinjau dari sejarahnya, Dompet Dhuafa lahir dari kepedulian Koran Republika, Dai Zainuddin MZ dan segenap pihak-pihak  serta masyarakat yang menaruh kepedulian terhadap dakwah dan mengentaskan kaum dhuafa. Bermula dari membuka penggalangan dana internal Dompet Dhuafa di halaman depan Koran Republika, gerakan ini kemudian berkembang menjadi Yayasan Dompet Dhuafa Republika pada tanggal 4 September 1994. Pada tanggal 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan pemerintah melalui Departemen Agama RI sebagai Lembaga  Zakat Nasional. 
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. 
Pengakuan pemerintah terhadap kredibilitas Dompet Dhuafa sebagai Lembaga Amil Akat Nasional ini dilindungi payung hukum Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.

2. Sasaran penerima donasi terprogram jelas. 
Dana yang terkumpul insyaAllah tepat sasaran, untuk kaum dhuafa dan perkembangan dakwah.
Berbagi melalui Dompet Dhuafa insyaAllah tidak akan kecewa, seperti ketika merasa tertipu pengemis jalanan yang di kemudian hari diketahui memiliki kekayaaan ratusan juta, rumah megah dan mobil mewah dari hasil mengemisnya.
Dompet Dhuafa memiliki program mengembangkan dakwah dan membantu mengentaskan kemiskinan yang terbagi dalam program: 
a.  Kesehatan (layanan kesehatan dan RS Rumah Sehat Terpadu), 
Layanan kesehatan Dompet Dhuafa sumber IG Dompet Dhuafa

b.  Pendidikan (program Smart Ekselensia Indonesia, Sekolah Guru Indonesia, Beastudi Indonesia, Makmal Pendidikan, Kampus Umar Usman)
c. Ekonomi (Pertanian Sehat Indonesia, Kampoeng Ternak Nusantara, Tebar Hewan Kurban, Karya Masyarakat Mandiri, Tabung Wakaf Indonesia,Kampus Kemandirian)
Sumbangsih Dompet Dhuafa di bidang ekonomi sumber IG Dompet Dhuafa

d. Pengembangan Sosial (Lembaga Pelayanan Masyarakat, Semesta Hijau, Disaster Management Centre, Layanan Perawatan Jenazah gratis)

DisasterManagement Centre Dompet Dhuafa, sumber IG Dompet Dhuafa


e. Advokasi  (Pusat Bantuan Hukum, Pusat Pembelajaran Anti Korupsi)


3. Mengurangi kewajiban bayar pajak (mengurangi PKP)
Berbagi ternyata bisa mengurangi kewajiban bayar pajak. Salah satu manfaat berbagi dalam bentuk zakat melalui Dompet Dhuafa adalah bukti potongnya bisa dipakai untuk mengurangi PKP (Penghasilan Kena Pajak) yang wajib dibayar. Caranya bisa dilihat di infografis Dompet Dhuafa berikut ini:

Image may contain: textImage may contain: text
Image may contain: textImage may contain: text
Image may contain: textImage may contain: text


4. Meminimalisir rasa ujub dan riya'
Bersedekah tanpa bertemu langsung penerima sedekah bisa jadi membantu kita terhindar dari sifat ujub dan riya'. Penerima sedekah juga tidak sungkan karena tidak harus bertemu muka sang pemberi sedekah. Sedekah secara online adalah salah satu bentuk sedekah "sembunyi-sembunyi" tidak ada yang tahu kecuali Allah, diri sendiri dan malaikat. Pihak Dompet Dhuafa hanya sebagai perantara sehingga pemberi sedekah tidak berkewajiban memperkenalkan diri. InsyaAllah kita bisa terhindar dari rasa bangga karena sudah berbagi. Tetapi bukan berarti kita mengabaikan kaum dhuafa yang berada di sekitar kita dan tidak memberikan sedekah kepada mereka. Sedekah sembunyi-sembunyi dan menjaga niat adalah tujuan utamanya.

5. Menawarkan langkah mudah untuk bersedekah
Sesibuk apapun atau andaikan kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk keluar rumah, Dompet Dhuafa membantu niat kita untuk bersedekah. Bersedekah bisa dilakukan dengan tiga langkah mudah: buka website Dompet Dhuafa atau aplikasi perbankan online yang terkoneksi dengan program berbagi Dompet Dhuafa, Isi nominal infaq, zakat, sedekah sesuai niat, selesaikan proses pembayaran.

Salah satu kiat saya agar konsisten berbagi adalah menyisihkan sebagian dari hadiah kontes dan lomba yang saya ikuti. Alhamdulillah hadiah dari salah satu quiz berupa uang tunai sudah saya terima di rekening bank konvensional sehingga rekeningnya tidak lagi merana. Saya mencoba berinfaq melalui online banking bank tanpa khawatir tertolak lagi karena nominal tidak mencukupi. Caranya mudah, tekan "bayar" lalu tekan "lain-lain" dan pilih penyedia jasa "Dompet Dhuafa" Kemudian pilih Dompet Dhuafa Infaq atau Dompet Dhuafa Zakat. Namun ternyata harus mengisikan nomor rekening Dompet Dhuafa terlebih dahulu.



Kemudian saya membuka situs Dompet Dhuafa dan menuju ke pilihan donasi untuk mencari informasi. Lengkapi formulir data diri termasuk nama dan alamat email. Tidak perlu terburu-buru berpikir: wah harus punya banyak uang jika harus bersedekah melalui transfer di Dompet Dhuafa. Sesuai panduan yang tertera, saya mencoba nominal minimal infaq yaitu sepuluh ribu rupiah. 



Dan ternyata benar kita bisa bersedekah dengan sepuluh ribu rupiah saja. Dompet Dhuafa juga mengajukan pilihan apakah sedekah tersebut ditujukan untuk Program Pendidikan, Program Kesehatan, Program Ekonomi, Program Sosial atau Program Lingkungan. Setelah mengisi data diri, kita akan menerima informasi mengenai nomor referensi transaksi infaq, nomor rekening Dompet Dhuafa dan nominal yang harus kita transfer. Setiap nominal sedekah disertai tiga kode unik yang turut menjadi bagian dari uang yang kita sedekahkan. Nomor rekening dan jumlah nominal ini  kemudian saya masukkan dalam kolom "referensi nomor pelanggan " di laman mobile banking yang sudah saya buka sebelumnya.

Langkah terakhir adalah memberikan konfirmasi mengenai proses transfer yang kita lakukan melalui link yang diberikan lewat email.

Sesuai niat semula, saya juga menyisihkan sebagian dari bagi hasil SUKUK yang ditransfer ke rekening bank syariah setiap bulan. Kepastian penghasilan dari bagi hasil investasi ini memudahkan untuk bersedekah setiap tanggal menerima pembayaran. Ternyata lebih mudah bersedekah melalui bank syariah sebab kolom Dompet Dhuafa sudah tersedia. Tanpa perlu mencari informasi nomor rekeningnya, insyaAllah niat berbagi akan dikelola oleh Dompet Dhuafa.



Kita juga bisa memilih layanan berbagi sesuai niat, apakah zakat, infaq,  shodaqoh, qurban atau wakaf. Kemudian masukkan nominal infaq yang diniatkan. 




Akan muncul pertanyaan mengenai konfirmasi apakah benar kita akan mentransfer sejumlah dana infaq tersebut ke rekening Dompet Dhuafa. Setelah kita mengkonfirmasi dengan mengisi PIN maka kita menerima pemberitahuan bahwa infaq kita telah diterima Dompet Dhuafa. Saldo rekening kita akan berkurang sesuai nominal yang diinfaqkan tanpa ada kode unik atau biaya administrasi sepeserpun. Jika menggunakan bank konvensional tersebut di atas, saya dikenai biaya administrasi sebesar seribu lima ratus rupiah. Nah silahkan pilih yang mana, asal niat infaq ikhlas lillahi ta'ala.


Bismillah, semoga Allah ridho' terhadap apa yang kita sedekahkan. 

Berbagi tidak pernah merugi. Saya telah berkali-kali mengalami. Justru dengan berbagi kita mampu mengasah nurani, melatih agar tidak mudah berkeluh kesah sebab masih banyak orang yang lebih menderita. Sedekah menahan diri agar tidak riya' dan jumawa sebab bisa saja sewaktu-waktu nikmat akan dicabutNya. Berbagi menumbuhkan perasaan empati dan rasa syukur yang tak terkira. Membagikan sebagian yang ada pada diri bukan berarti menyebabkan kehilangan sesuatu sebab manusia tidak pernah benar-benar memiliki. Bahkan nyawa yang melekat di raga bukanlah milik kita. 

Sesekali jika kita merenung dalam sunyi, hati ini akan berkata bahwa sesungguhnya yang membutuhkan sedekah adalah si pemberi sedekah, agar hidupnya lebih bermakna. Mereka yang tampaknya membutuhkan sedekah, tetapi memperkuat jiwa dengan iman, tak akan pernah khawatir terhadap masa depan sebab Allah sudah menetapkan pembagian rezeki. Namun si pemberi sedekah tidak bisa memastikan seperti apa kondisi di hari akhir nanti sehingga berharap ampunan atas dosa-dosa dan naungan dari Sang Maha Kuasa. 


Maka, #JanganTakutBerbagi sebab dengan berbagi hidup kita lebih berarti. Katakan pada diri dan dunia: #SayaBerbagiSayaBahagia


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Daftar pustaka:
1. http://jateng.dompetdhuafa.org
2. https://republika.co.id
3. https://rumaysho.com/

Share:

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.