catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Ketika si Kecil Beranjak Remaja

 

“Nak, jangan cepat besar yaah, Bunda masih ingin mencium aroma minyak telon dan bedak bayimu. Masih ingin menggendongmu dalam buaian” Begitu sering terdengar ungkapan para ibu yang seolah tak ingin kehilangan masa-masa menggemaskan buah hatinya. Maklum, seiring bertambahnya usia si anak, biasanya tak bisa diperlakukan sama seperti ketika ia masih bocah. Konon, jadi orang tua ABG itu gampang-gampang susah.

Ketika buah hati masih kecil, mengajarkan sesuatu hal dan mendidik terasa lebih mudah. Mayoritas anak-anak patuh dan taat kepada orang tuanya ketika dilarang melakukan sesuatu atau menurut ketika diajak beraktivitas yang menarik hatinya. Namun ketika si anak beranjak remaja, memasuki masa pubertas, si ABG tak lagi bertingkah laku layaknya anak kecil.

Dia yang dulu lengket seperti perangko dengan ayah bundanya, kini memilih menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Dia yang dulu patuh, kini sering membantah dan beradu argument jika tak sepakat tentang suatu hal.

Dia yang dulu tak pelit bercerita tentang keseruan hari-harinya, kini sering bungkam seribu bahasa.

Saya pun merasa demikian dengan si anak kedua. Dahulu dia sangat dekat dengan saya, bahkan tidur jika tidak ditemanin nggak bakalan bisa tidur. Pernah suatu malam saat dia yang waktu itu masih usia empat tahunan belajar tidur dengan si ayah, eh tengah malam membangunkan saya di kamar sebelah minta diantar ke kamar mandi. Sepulang sekolah ceritanya nyaris tiada henti. Kini boro-boro cerita pengalamannya di sekolah, ada tugas yang harus dikumpulkan keesokan hari aja dia baru ngomong malam harinya. Duh ya, ada apa dengan si ABG kami?

Suatu hari di Pantai Muaro Lasak, Dokpri


Saya merenung, bagaimana caranya agar komunikasi orang tua dengan si remaja tidak terputus begitu saja? Seiring berjalannya waktu, saya coba uraikan masalahnya dan berupaya menemukan solusinya. Begini cara kami menjalin komunikasi dengan si ABG:

1.       Daddy’s role

Mungkin, saat anak lelaki beranjak remaja peran ayah akan lebih besar. Sedekat apapun dengan sang ibu, anak lelaki butuh ayah sebagai role model. Akhir-akhir ini pak suami lebih sering ngobrol dengan anak kedua kami. It’s work!

2.       Cari penyebab kurang fokus

Kenapa sih kok sampai dia lupa ada tugas sekolah. Kemungkinan besar adalah karen keasyikan ngegame. Apalagi kalau udah ngegame Hp si kakak ikutan jadi sasaran. Baiklah, mau tak mau kami memutuskan untuk melarangnya ngegame sampai kecanduan. Eh udah nggak ngegame malah sibuk scroll medsos buat nonton konten satu ke konten lainnya. OK, resikonya meski kuota data dia habis, tak ada kuota tambahan. Jika ia tidak bijak mengelola kuota data maka harus bersiap numpang wifi di sekolah atau masjid perumahan. Saya katakan padanya bahwa mengelola kuota internet di handphone, mengelola uang jajan adalah pembelajaran bagi pengelolaan finansial ketika ia kelak telah mampu mencari nafkah sendiri. Apakah berhasil? Belum sepenuhnya, setidaknya dia sudah mulai merasakan resiko harus numpang wifi kesana kemari, semoga semakin bijak suatu hari nanti.

3.       Memperlakukannya sebagai teman

Ketika anak telah beranjak menjadi ABG sudah waktunya memperlakukannya sebagai teman. Kadang saya mentraktir minuman es cao kesukaannya dan bahkan pernah nonton film di bioskop bertiga bareng si ayah juga.

Foto bareng ABG, Dokpri

Semakin hari saya semakin menyadari bahwa berperan sebagai orang tua si ABG layaknya bermain layangan. Tarik ulur dan harus pandai mengukur arah angin, tidak bisa terlalu kencang atau terlalu lunak. Jika terlalu lunak dia tak akan bisa terbang. Jika terlalu kencang bisa jadi saat terbang tinggi, diadu dalam kompetisi dia malah menghilang.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa sebagai orang tua,, kami berdua jauh dari kata sempurna. Namun hidup layaknya bangku sekolah, belajar tiada pernah berakhir hingga menutup mata, meski saatnya anak-anak kita kelak menjadi orang tua.

Bagaimana kisah kalian dengan ABG  di rumah?

 

Share:

Tips Mengelola Keuangan Bagi Pekerja Lepas

Sejak memutuskan untuk mengundurkan diri dari kerja kantoran, saya memutar otak, mengatur strategi bagaimana caranya bisa mendapatkan penghasilan. Sebenarnya bukannya saya tidak bersiap sebelum resign, namun gerai waralaba teh yang diharapkan bisa menjadi pengganti gaji bulanan ternyata harus gulung tikar.

Maka satu-satunya jalan adalah mengoptimalkan kemampuan dan keahlian untuk mendapat penghasilan, sebab dari kedua hal tersebut tidak terlalu membutuhkan modal. Selama masih menjadi pekerja kantoran saya sering mengikuti quiz dan lomba menulis dan Alhamdulillah beberapa kali sempat menang atau meraih gelar juara. Jadilah kedua bidang ini semakin saya tekuni dan berharap menjadi pintu rezeki.

Sebagai pekerja lepas yang menekuni dunia konten kreator, saya berupaya mendapatkan penghasilan dari blog pribadi dengan menerima penawaran review produk atau sponsored post serta sesekali mengikuti lomba blog. Saya juga menjadi penulis konten artikel yang menerima upah sekian rupiah untuk setiap artikel pesanan klien. Terkadang juga menyelesaikan pekerjaan sebagai influencer untuk even atau produk tertentu di platform twitter, Instagram, facebook dan tiktok

Pos-pos pemasukan dan pengeluaran si pekerja lepas, Dokpri

Jika ditanya berapa penghasilan saya sebulan, tidak ada jawaban pasti. Pernah mencapai hingga dua juta rupiah tetapi pernah pula nyaris tak ada penghasilan sama sekali.

Jadi, apakah sebagai pekerja lepas berpengaruh pada finansial bebas? Alih-alih mencapai financial freedom (kebebasan finansial) malah penghasilan terjun bebas? Sebenarnya tidak semengerikan itu. Toh sebagai pekerja lepas saya juga mendapat banyak keuntungan. Waktu bersama anak lebih banyak, lebih punya banyak waktu senggang untuk menekuni agama (sebab sebelum berhenti bekerja saya tidak mampu membaca Al Quran dengan baik dan benar plus tidak pernah ikut pengajian) Kondisi kesehatan saya juga lebih baik, karena keluhan sakit kepala yang sering saya alami selama masih kerja kantoran kian berkurang.

Namun saya akui mengelola keuangan sebagai pekerja lepas harus lebih teliti dan bijak, dibandingkan saat masih menerima gaji tetap. Maka saya perlu menerapkan tips khusus agar keuangan pribadi saya tetap aman dan kebutuhan utama terpenuhi.


Tips mengelola keuangan ala saya sebagai pekerja lepas antara lain:

    1.  Diversifikasi pekerjaan

Sebagai pekerja lepas saya tidak membatasi diri dengan pekerjaan tertentu. Meski kegiatan utama saya adalah menulis, baik sebagai blogger maupun content writer, saya juga mendapat penghasilan dari jualan bawang goreng buatan sendiri. Pernah juga jualan baju dan mukena, lumayan laris manis tahun lalu.

Diversifikasi pekerjaan bagi saya adalah hal yang penting, sebab sebagai pekerja lepas tak bisa mengandalkan dari satu pintu pemasukan saja. Menurut pengalaman jika proyek menulis sepi, alhamdulillah hasil penjualan bawang goreng lumayan ramai.

Jualan Bawang Goreng Dokpri

Saya juga rajin menjadi panelis survey online di beberapa panel survey. Saya adalah anggota panel survey Toluna, Opinion World, Lifepoints, Nusaresearch, Rakuten, dan Surveyon. Dari kegiatan sebagai panelis survey ini saya bisa menerima sejumlah poin yang bisa ditukar menjadi saldo Paypal atau E-Wallet.

2. Menyusun skala prioritas

Saya terbiasa menyusun skala prioritas untuk pos pengeluaran. Sehingga ketika mendapat pemasukan, langsung disisihkan untuk keperluan bulanan sesuai kebutuhan. Misalnya kebutuhan utama yang mendesak dan harus diutamakan adalah: dana infaq sebagai donatur tetap untuk anak-anak yatim, sedekah subuh harian untuk masjid dan biaya komunikasi/kuota internet. Tiga hal itu saya upayakan dari pemasukan pribadi, biaya hidup lain-lain sehari-hari tentu ikut suami. Dan jika ada pemasukan berlebih barulah saya menabung atau memperhitungkan pos sandang, apakah ada pakaian yang waktunya beli baru karena stok di lemari sudah usang atau rusak dimakan usia.

Bagi pekerja lepas lainnya tentu pos prioritasnya berbeda, sesuaikan pemasukan dengan susunan prioritas secara berkala.

Skala prioritas,, Dokpri

3.    Pekerja lepas bisa menabung dan berinvestasi

Meski tidak menerima gaji bulanan lagi, saya tetap bisa berinvestasi. Unit reksadana yang saya miliki saat ini adalah laba hasil penjualan bawang goreng. Sesekali jika penghasilan sebagai pekerja lepas berlebih karena rezeki nomplok, seperti menang quiz atau lomba blog berhadiah uang tunai, maka tabungan saya pun bertambah dari hasil hadiah.

Dua keping logam mulia hasil menang lomba blog beberapa tahun lalu juga tetap saya simpan sebagai bagian instrumen investasi. Kapan dijual? Nantilah jika waktunya tiba.



Pekerja lepas bisa berinvetasi, Dokpri


4. Menyisihkan penghasilan untuk “dana darurat”

Selain investasi, saya juga berupaya memiliki dana darurat. Darurat di sini maknanya jika dari kegiatan menulis dan jualan bawang goreng tidak ada pemasukan sama sekali. Dana darurat ala saya adalah saldo Paypal hasil tukar poin survey online. Jangan dibayangkan saldo Paypal saya sangat besar, poin hasil survey butuh waktu beberapa bulan agar bisa dicairkan tanpa biaya tambahan. Tapi lumayan jika ditabung sebagai dana simpanan, dan baru dicairkan jika sepi orderan.

Tips mengelola keuangan pekerja lepas ala saya mungkin sederhana. Tetapi alhamdulillah tips tersebut sudah terbukti dapat diandalkan selama kurang lebih 10 tahun mempertahankan kestabilan keuangan pribadi saya sebagai pekerja lepas non kantoran.


Share:

Ramadan Vs Pengeluaran, Simak Tips Cermat Mengelola Anggaran


Puasa Ramadan wajib hukumnya bagi umat Islam. Lazimnya saat berpuasa frekuensi makan berkurang, namun anehnya rata-rata orang atau keluarga mengeluhkan bahwa saat Ramadan adalah saat bersiap tekor di anggaran. Banyaknya pengeluaran di bulan Ramadan pada dasarnya disebabkan dua hal. Pertama karena meroketnya harga bahan pokok. Kedua, karena saat berpuasa kecenderungan sikap konsumtif semakin meningkat, lebih sering belanja aneka makanan dengan alasan untuk menyenangkan diri usai berpuasa. 

Tips cermat mengelola anggaran di bulan Ramadan. Dokpri

Harus waspada nih, jika tidak cermat mengelola anggaran bisa-bisa besar pasak daripada tiang saat bulan Ramadan, atau karena anggaran belanja kurang akhirnya menggerus tabungan.

Bagaimana mengelola anggaran belanja agar Ramadan tak terkesan sebagai bulan untuk berhura-hura? Berikut adalah beberapa tips cermat mengelola anggaran keluarga:

1.       Berbelanja stok makanan dalam jumlah besar

Harga bahan pokok menjelang dan selama Ramadan hingga Idulfitri biasanya melonjak tajam. Menahan untuk tidak berbelanja tentu mustahil sebab kebutuhan pokok wajib hadir dalam list belanja. Salah satu cara menghemat anggaran di kala harga menjelang tajam adalah dengan berbelanja stok makanan dalam jumlah besar. Misalnya, harga beras kemasan 25 kilogram pasti lebih murah jika dibandingkan beras kemasan 5 x 5 kilogram. Tak perlu memaksakan menghabiskan anggaran belanja untuk menyimpan stok, bisa kok patungan berbelanja dengan teman atau tetangga demi mendapatkan bahan pokok dengan harga lebih murah. Atau untuk antisipasi kenaikan harga bahan pokok, pastikan berbelanja sebelum terjadi lonjakan harga misalnya daging ayam atau daging sapi untuk kemudian dibekukan dalam beberapa wadah agar bisa diolah secara bertahap.

2.       Lihai membandingkan harga dan cermat menyikapi diskon

Manfaatkan media sosial untuk membandingkan harga dari berbagai minimart, supermarket yang mengiklankan diskon untuk barang-barang kebutuhan pokok. Namun biasanya harga barang di swalayan lebih mahal daripada harga barang di pasar tradisional. Cermat memantau pergerakan harga membantu menghemat anggaran keluarga.

3.       Lebih banyak memasak daripada membeli masakan

Meski kadang hasil memasak saat berpuasa dikhawatirkan kurang sedap, tetaplah mengutamakan memasak daripada membeli masakan siap santap. Apalagi jika keluarga besar, menyiapkan masakan tentu lebih hemat daripada membeli masakan di luar. Untuk mengantisipasi rasa masakan yang kurang, sang koki bisa test rasa sebelum menyajikannya di meja makan, tinggal tambahkan gula atau garam atau penyedap rasa bagi yang suka.

4.       Boleh jajan, tetapi niatkan membantu penjual memperoleh penghasilan

Sesekali boleh dong jajan. Apalagi di bulan Ramadan, penjual makanan lebih banyak dibandingkan hari biasa. Tapi ada baiknya niatkan untuk membantu para penjaja makanan untuk mendapatkan penghasilan, apalagi jika menjelang berbuka puasa dagangan mereka masih berlimpah. Terutama jika penjualnya tetangga dan kaum dhuafa, insyaallah niat menolong mereka dengan membeli dagangannya berbalik menjadi catatan kebaikan bagi kita.

 

Ramadan, berlimpah berkah bagi penjual makanan. Dokpri

5.       Batasi menu takjil dan berbuka

Bulan Ramadan laksana surga bagi pecinta wisata kuliner. Berbagai jajanan dan aneka masakan dijajakan menjelang waktu berbuka. Eits, hati-hati jangan lapar mata lalu memborong semuanya. Ingat, puasa bukan menggeser jam makan, tetapi menahan agar tidak berlebihan. Boleh saja ingin mencicipi aneka menu untuk takjil atau makanan menu berbuka, tetapi alangkah baiknya jika tidak perlu berlebihan dalam menyediakannya. Buatlah variasi menu yang berbeda setiap hari, bukan menyediakan berbagai variasi dan pilihan menu dalam satu hari.

 

Anek menu takjil, Tetap cermat mengelola anggaran di bukan Ramadan Dokpri

6.       Mencari penghasilan tambahan

Bisnis khas Ramadan: mukena, takjil, kue kering, parcel, kurma bermunculan, mengapa tak ikut mencari penghasilan tambahan untuk turut berdagang? Meski mungkin belum bisa mencapai laba hingga puluhan juta rupiah, tetapi keuntungan hingga ratusan ribu atau jutaan rupiah yang diperoleh dari bisnis khas Ramadan cukup membantu menambah anggaran keluarga.

7. Safari Ramadan = buka bersama di masjid

Bagi yang senang safari Ramadan, menikmati suasana berbuka puasa dan tarawih dengan berpindah masjid bisa menjadi salah satu cara menekan anggaran untuk makanan berbuka, sebab selain bisa menikmati sajian yang disajikan pihak masjid, pasar kaget di sekitar masjid biasanya menawarkan harga kuliner yang terjangkau kantong tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Tapi jangan lupa andai kebagian makan gratis dari masjid yang menyediakan sajian berbuka, kotak infaq masjid juga perlu mendapatkan suntikan dana dari kita.

 

Nah itu beberapa tips cermat mengelola anggaran keluarga. Bisa dipraktekkan membantu meredam pengeluaran agar tidak boros saat bulan Ramadan.






Share:

Marhaban ya Ramadan 1444 H

 Alhamdulillah saat saya menulis artikel ini, masih dipertemukan dengan Ramadan 1444 Hijriyah. Seringkali kita lupa bersyukur atas nikmat "kecil yang tak terlihat" Seperti iman dan sehat. Bukankah terbangun dan masih memiliki keimanan serta tubuh yang sehat adalah nikmat luar biasa? Apalagi dikaruniai iman dan kesehatan agar bisa berpuasa di bulan mulia.

Seperti pesan Rasulullah, bulan Ramadan hendaknya disambut dengan penuh suka cita. Lebih baik lagi jika persiapan menyambut Ramadan dilakukan jauh hari sebelumnya. Saya pernah mendengar ceramah ustadz, bahwa jika kita menyiapkan menyambut Ramadan jauh hari kemudian usia kita tak sampai pada bulan Ramadan, setidaknya niat baik kita untuk berbuat kebaikan telah tercatat. (Duh ngomong tentang kematian sering membuat baper, semoga kita kelak meninggal dalam sebaik-baik keadaan)

Hidup adalah perjalanan, bersiaplah bekal agar selamat hingga akhir tujuan, Dokpri

Karena pesan Rasulullah dan teringat bahwa kematian bisa datang tiba-tiba itulah maka saya terpacu untuk senantiasa mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menyambut Ramadan. Persiapan saya meliputi:

1. Persiapan psikologis spiritual

Berpuasa Ramadan itu wajib hukumnya. Dan jika ibadah puasa dilakukan tanpa latihan pasti terasa berat. Oleh karena itu saya membiasakan diri berpuasa sunnah di luar bulan Ramadan. Puasa Senin-Kamis, puasa Arofah dan Asyura. Ingin bisa berpuasa rutin Ayamul Bidh tiap bulan tapi masih belum mampu (atau belum niat?hehehe) Tapi beneran, karena sudah terbiasa berpuasa sunnah maka secara psikologis menyambut Ramadan lebih tenang, nggak khawatir jika badan nggak kuat atau tiba-tiba sakit karena kondisi tubuh drop akibat berpuasa.

2. Persiapan ibadah khusus

Setiap Ramadan biasanya kita punya target ibadah khusus. Tilawah Al Qur'an khatam 30 juz minimal 1 x selama Ramadan misalnya. Atau infaq sedekah diperbesar. Dan yang tak ketinggalan adalah sholat malam, sebab setiap ibadah di bulan Ramadan dijanjikan Allah diganjar pahala berlipat ganda. Maka jauh hari sebelum bulan Ramadan saya membiasakan mencapai target tersebut. Setiap hari saya usahakan mencapai target tilawah 1 juz. Jika sekali duduk khatam 1 juz terasa berat, saya biasa tilawah dengan cara biar lambat asal selamat, alon-alon waton kelakon hehe. Setiap usai sholat sunnah dan sholat lima waktu membaca Al Qur'an minimal dua lembar bolak balik, sehari bisa tercapai 1-2 juz. 

Al Qur'an bukan pajangan, yuk semangat menelaahnya jangan biarkan ia berdebu di pojokan. Dokpri


3. Persiapan fisik

Saya bukan tipe orang yang rutin berolah raga. Tetapi saya membiasakan jalan kaki di sekitar perumahan setiap akhir pekan sambil menikmati view sunrise atau minimal jalan kaki dari masjid menuju rumah melalui jalan memutar, lumayan lah gerak tipis-tipis. Dengan cara begini membantu memperkuat kaki dan memperpanjang nafas agar tidak mudah ngos-ngosan. Kan pas Ramadan ada sholat tarawih yang butuh stamina sebab jumlah rokaatnya minimal 11 dengan witir.

4. Persiapan harta

Bagi freelancer seperti saya, penghasilan tak tentu setiap bulan, maka harus pandai mengelola. Setiap Ramadan saya punya keinginan untuk bisa berinfaq sedekah sekian rupiah (apalagi banyak proyek: menyumbang untuk takjil masjid, bakti sosial majelis taklim, bingkisan untuk ustadz, infaq harian dll) Maka jauh hari saya sisihkan penghasilan tak tentu itu diniatkan untuk infaq selama Ramadan.

5. Persiapan domestik rumah tangga

Saya nggak pernah mempersiapkan dekorasi khusus menyambut Ramadan. Tapi biasanya bersih-bersih lebih rajin, agar tak terlalu mengeluarkan tenaga extra saat berpuasa hehehe. Saya juga nggak menyiapkan menu khusus untuk berbuka dan sahur. Tetapi frozen food untuk persiapan sahur, telur biasanya sudah harus tersedia di freezer sekalian nglarisin dagangan tetangga.

Lima persiapan dasar itu membuat saya bersemangat setiap menyambut Ramadan. Ada harapan di bulan mulia bisa membasuh dosa-dosa yang mungkin jika ditumpuk melebihi gunung Himalaya. Teriring doa semoga Allah memudahkan niat untuk menjadi hambaNya yang lebih baik hingga berpulang husnul khotimah.


Share:

Semangat Isra Mi'raj, Semangat Memakmurkan Masjid

Ahad 5 Maret 2023, Masjid Al Ukhuwwah menyelenggarakan peringatan Isra Miraj 1444 H bada sholat Maghrib berjamaah. Hadir sebegai penceramah adalah Ustadz Hadi Sucipto S.Ag dari Sidoarjo.

Ustadz Hadi memaparkan tentang sejarah momentum Isra Mi'raj. Kita mengenalnya sebagai momentum turunnya perintah menunaikan sholat lima waktu. Di balik itu, Isra Mi'raj adalah cara Allah untuk menghibur Rasulullah usai kesedihan beruntun setelah ditinggal wafat oleh Khodijah istri tercinta dan Abu Thalib sang paman yang sangat menyayanginya.

Ustadz Hadi dalam kesempatan ini mengaitkan perintah sholat dalam momentum Isra Mi'raj dengan semangat memakmurkan masjid. Masjid adalah tempat menunaikan sholat berjamaah bagi umat muslim. Kita sering mendengar himbauan "mari memakmurkan masjid" dengan cara berbondong-bondong mendirikan sholat berjamaah. Namun saya pernah mendengar ceramah Ustadz Adi Hidayat bahwa arti kata "memakmurkan masjid" sebenarnya bukan hanya ditinjau dari banyaknya jumlah jamaahnya melainkan pada seberapa besar manfaat kegiatan masjid bagi umat.

Namun sesuai momentum turunnya perintah sholat, Ustadz Adi menekankan pada makmurnya masjid dengan manfaatnya sebagai tempat sholat berjamaah.
Seperti kita ketahui bahwa sejarah perintah sholat lima waktu ini cukup berliku. Nabi Muhammad harus turun naik langit ketujuh demi memastikan perintah sholat bisa ditunaikan umatnya dengan baik, tidak merasaa berat dan tepat waktu. Dari semula perintah 50 rokaat sehari hingga menjadi lima waktu atas usulan Nabi Yahya, Nabi Isa, Nabi Musa di setiap tingkatan langit.

Sholat wajib ditunaikan setiap muslim yang telah baligh, berakal dan tidak punya udzur (gila, hilang ingatan, pingsan. ditambah haid bagi wanita) Bagi pria, sholat yang diutamakan adalah berjamaah di masjid.
Keutamaan sholat berjamaah (di masjid) adalah:
1. Sholat berjamaah 27 derajat lebih utama dibandingkan sholat sendirian
2. Pergi ke masjid untuk mendirikan sholat berjamaah mendapatkan pahala yang besar
3. Siapa yang berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat berjamaah dijanjikan surga. 
4. Langkah kaki orang yang menuju masjid dalam keadaan suci untuk mendirikan sholat berjamaah memiliki keutamaan, langkah kaki kanannya mengangkat derajatnya, langkah kaki kirinya menghapuskan dosa
5. Mendapatkan cahaya, petunjuk dan keselamatan



Semoga kita dimampukan menjaga kualitas sholat lima waktu dengan baik. Memakmurkan masjid dengan kebaikan. Tak hanya di bulan Ramadan yang masjid pasti penuh sesak dan keramaian, namun juga di bulan-bulan selain Ramadan agar masjid tak sepi bagai kuburan.



Oh ya terkait "kuburan" saya teringat fungsi rumah agar juga tidak sepi bagai kuburan. Selain selalu digunakan untuk tilawah ayat-ayat Al Qur'an, Ustadz Ahmad Habibul Muiz juga pernah memaparkan di Kajian Fiqih bahwa sebaiknya sholat sunnah banyak dikerjakan di rumah. Masjid adalah tempat mendirikan sholat wajib berjamaah namun sholat sunnah hendaknya dikerjakan di rumah, jangan sampai rumah tempat kita tinggal malah tidak pernah digunakan sebagai tempat sholat.


Share:

Teras Kami, Saksi Usaha Tumbuh Seimbang Berkelanjutan Berawal dari Pandemi

 

Memandang teras kami yang penuh kardus stok barang dagangan dan kursi sederhana sebagai tempat pajangan mengingatkan saya kembali ke masa pandemi. Toko kelontong kecil-kecilan, yang mungkin tak layak disebut toko ini menjadi saksi usaha kecil yang tumbuh seimbang berkelanjutan, sebab “Teras Kami,” begitu saya biasa mempromosikannya, mengawali geliatnya di awal masa pandemi.

Bermula dari memutar otak mengelola anggaran rumah tangga di masa-masa sulit, kami membeli produk-produk homecare yang biasa di pakai di rumah secara grosir dan menjual sebagian item tersebut ke tetangga dengan layanan mengantarkan pesanan langsung ke rumah.

Teras Kami, Saksi Usaha Tumbuh Seimbang Berkelanjutan Berawal Dari Pandemi, Dokpri

Masa awal pandemi masih lekat dalam ingatan, protokol kesehatan ketat diterapkan. Pembatasan-pembatasan membuat masyarakat enggan antri di tempat perbelanjaan, masa keterbatasan yang menginspirasi kami berdagang produk homecare sekaligus layanan antar barang tanpa ongkos kirim sebab rumah para konsumen Teras Kami masih dalam satu area perumahan.

Usaha kecil kami tumbuh. Bermula dari hanya menjual satu kardus tisu dan obat pembasmi serangga, kemudian pelan-pelan menambah modal dengan mengambil sedikit tabungan untuk membeli beberapa item homecare seperti sabun, sabun cuci, pasta gigi, shampoo, cairan pembersih lantai dan lainnya. Saat mengantarkan pesanan kami di masa awal pandemik juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat, mengenakan masker dan handsanitizer. Uang pembayaran yang kami terima selalu saya cuci dengan sabun di bawah air mengalir dan kemudian diangin-anginkan atau dijemur di bawah sinar matahari di halaman belakang rumah. 

Beberapa konsumen yang sempat menderita Covid-19 di awal pandemi dan melakukan isolasi mandiri di rumahnya merasa terbantu dengan layanan antar barang Teras Kami. Para tetangga yang membutuhkan barang mengirim pesanan melalui chat Whats App Messenger, uang pembayaran dimasukkan plastik untuk menghindari kontak langsung atau transfer ke rekening bank syariah yang kami miliki.

Kini pandemi Covid-19 telah dinyatakan usai. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia resmi dicabut pada 30 Desember 2022. Alhamdulillah Teras Kami masih setia melayani pembeli hingga kini,

Mengelola kelontong kecil-kecilan seperti ini, memotivasi kami untuk mengupayakan unit usaha yang tumbuh seimbang berkelanjutan. 

Tumbuh, dengan menambah item produk sedikit demi sedikit, beberapa di antaranya produk pesanan tetangga secara rutin. 

Seimbang, kami mengungkapkan rasa terimakasih pada para pembeli dengan membantu mempromosikan usaha mereka di media sosial atau membeli dagangan mereka sebagai timbal balik sehingga keseimbangan take and give sebagai norma tak tertulis di antara sesama pedagang dapat terwujud.

Berkelanjutan, sebab kantong plastik untuk tempat belanjaan pelanggan Teras Kami berasal dari plastik daur ulang, atau tas kantong bekas belanjaan kami yang dipakai ulang. Beberapa tetangga dekat bahkan menolak menerima kantong plastik dan hanya mengambil barangnya saja jika itemnya tak terlalu banyak, terkadang mereka membawa tas kain secara swadaya jika membeli langsung ke Teras Kami. Kardus bekas wadah produk homecare saya setor ke Bank Sampah RT atau diserahkan kepada tetangga yang butuh untuk wadah.

Kegiatan Bank Sampah RT 25, Kardus tisu dan sabun cuci rutin saya setor di sini, Dokpri


Seiring semangat unit usaha kecil yang tumbuh seimbang berkelanjutan, saya berharap dapat meningkatkan layanan dengan menerima pencairan uang tabungan. Berharap Bank Syariah Indonesia membuka kesempatan bagi agen link untuk bisa mengambil uang dari rekening BSI. Sebab beberapa tetangga kami yang juga nasabah Bank Syariah Indonesia seperti saya, mengeluhkan jumlah ATM BSI yang belum signifikan. ATM dan kantor cabang BSI terdekat dari perumahan kami sejauh 3 kilometer. Jika mengambil dari ATM bank lain biaya pertransaksinya cukup besar. 

Saya berandai-andai nih, jika BSI memberikan kesempatan bagi nasabahnya untuk menjadi semacam agen/perwakilan/link dengan besaran fee yang lebih murah dari biaya tarik tunai di ATM antar bank tentu sangat membantu berkembangnya usaha kelontong kecil-kecilan, sekaligus membantu nasabah yang butuh uang tunai secara cepat tanpa harus jauh meninggalkan rumah.

Buku Rekening dan ATM BSIku, Dokpri

 

Harapan saya berikutnya untuk BSI adalah memberikan edukasi dan pelatihan agar para pedagang kecil-kecilan seperti saya ini bisa mengelola laba dan keuntungan agar terus berkesinambungan, misalnya kemudahan berinvestasi melalui BSI Mobile Banking. Sewaktu masih menjadi nasabah BRI Syariah (belum melebur menjadi BSI) saya pernah dua kali menjadi investor SUKUK, namun meski pendaftaran/transaksi pembelian dilakukan secara online, pembayarannya tetap harus dilakukan langsung ke kantor cabang terdekat. Berharap BSI membantu mengedukasi nasabahnya untuk mudah berinvestasi melalui fitur Mobile Bankingnya. 

Saya pernah membaca di website resmi BSI ada beberapa jenis investasi yang ditawarkan BSI seperti Reksa Dana Syariah, Tabungan Emas dan SUKUK. Tetapi mungkin akan lebih mudah jika transaksi pembelian bisa diatur melalui mobile banking, sebab saya amati di persyaratan pembelian Reksa Dana, investor harus datang langsung ke kantor cabang BSI tertentu di beberapa kota.

Peran Bank Syariah dalam geliat perekonomian Indonesia semakin nyata. Sebagai nasabah sekaligus pemilik usaha kecil-kecilan yang ingin terus berkembang saya berharap Bank Syariah Indonesia semakin kokoh membangun sendi-sendi perekonomian bangsa, dan membantu pelaku bisnis untuk tumbuh seimbang berkelanjutan, mulai dari usaha kecil, kelas menengah hingga industri raksasa. 

 


Share:

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.