catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Manusia, Cuaca dan "Adzab" Bernama Corona

Bismillah...

Termenung membaca karut marut berita. Ayah membunuh anak kandungnya karena dimintai uang keperluan sekolah, menantu membantai mertua karena berang tidak diberikan pinjaman uang, ibu membunuh anak kandungnya entah berapa kali kasus yang berulang.
Manusia tega membantai saudara setanah airnya karena beda keyakinan.
.
#PrayForIndiaMoslems
#PrayForPalestines
#PrayForRohingya
#PrayForUyghur

Saya teringat tafsir Al Baqarah ayat 30. yang diajarkan guru ngaji tarjim kami:

Ketika manusia diciptakan Allah dengan tujuan sebagai khalifah (pemimpin, pengganti makhluk ciptaan Allah lain sebelum manusia - sebagian ulama ada yang menafsirkan demikian) , maka malaikat berkata "Ya Allah, apakah Engkau yakin akan menciptakan makhluk yang bersifat yufsidu (merusak) dan menumpahkan darah (wa yas fiku dimaa') . Sedangkan kami selalu memujimu (kata ustadz, ini seolah malaikat meninggikan diri sembari merendahkan yang lain). Dan Allah menjawab " sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui".
.
Di Al Baqoroh ayat 31 -33 kemudian dikisahkan tentang "test" yang menunjukkan bahwa Adam lebih mampu menjawab pertanyaan, dibandingkan malaikat dan iblis.

Malaikat pun mengakui bahwa sungguh Allah Maha Benar bahwa mereka tidak mengetahui apa yang Allah ketahui. Malaikat taat dengan perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, sedangkan iblis sombong dan memilih ingkar sehingga iblis terusir dari surga.'

.
Jika sekarang muncul fenomena kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, perubahan iklim yang menyebabkan suhu panas berselang seling dengan banjir luar biasa. Dan mudahnya terjadi pertumpahan darah, artinya kekhawatiran malaikat benar. Dan di balik itu semua pasti ada kehendak Allah Yang Maha Besar.
.
Bisa jadi virus Corona Covid-19 yang lebih mengerikan dari wabah SARS, Ebola, Mers-Cov dan wabah lainnya ( begitu dahsyatnya hingga 45 negara terkontaminasi, hampir 3000 jiwa melayang, hingga berbagai kompetisi olahraga akbar ditunda, bahkan visa ibadah umroh ditangguhkan entah sampai kapan...) adalah sebuah peringatan. Jika disebut sebaga azab, mungkin ini azab bagi umat manusia. Jika disebut ujian maka inilah ujian bagi orang yang beriman, yang diuji apakah akan turut larut dalam berbuat kerusakan.
.
Bagaimana akhir perjalanan virus yang kita tak bisa memandangnya dengan mata telanjang? Yang proses penyembuhannya tak kunjung ditemukan obat mujarab kecuali daya imun yang kuat sehingga ia bisa terkalahkan. Hanya Allah yang Maha Mengetahui.
.
Maka sembari berikhtiar menjaga stamina, meminimalisir penyebaran dan kontaminasi, para ilmuwan juga terus berikhtiar menemukan obat mujarab, sudah sepatutnya kita muhasabah diri. Perbanyak istighfar sebab bisa jadi, kita adalah salah satu yang menjadi penyebab kerusakan di muka bumi...
Mungkin kita telah menjelma menjadi Fir'aun-Fir'aun baru ketika sedang berkuasa atau berlimpah harta. Bahkan ketika punya pikiran "Huh, kalau aku nggak ngasih uang kamu ga bisa makan'. " Dasar ngga tau diuntung, udah dikasih job ngga ikut dukung aku di pemilu'. "Aku tandai kamu, nggak akan aku kasih proyek baru karena jalan pikiranmu beda jauh sama aku" , "Eh ternyata idola kita beda, ok fix aku ga bakalan mau kerja sama lagi'
Seolah yang punya otoritas atas pembagian rezeki itu murni kuasa kita sendiri.


.
" Aah dia mah cuman bisa omdo, mending guwe kerja nyata", "Ealah cuma segitu kemampuannya? Anak TK juga bisa", " Hahaha kalau cuma sebatas itu amalannya, duuh maah sudah lama aku lakukan diam-diam, tanpa pemberitaan"
Muncul dalam hati "Ana khoirum minhu"


Mungkin kita manusia, tetapi sifat iblis mendominasi hati kita, dengan selalu merasa 'aku lebih baik daripada kamu'
.
Astaghfirullah...

#CatatanKecil
Share:

Tentang Rezeki, Minta Lebih Atau Dicukupkan?

Alhamdulilllah, untuk kedua kalinya menang event instagram #TantanganKebaikan yang diselenggarakan Dompet Dhuafa. Pa Ramadhan tahun lalu Alhamdulillah jadi salah satu pemenang harian dari 30 tantangan yang tersedia. Seru, selama 30 hari para peserta ditantang untuk melakukan kebaikan sesuai tema tantangan yang diberikan. 

Kali ini Tantangan Kebaikan bertema pergantian tahun. Ya, ganti tahun Masehi, artinya jatah umur di dunia berkurang lagi. Apa ya kita masih stagnan gitu-gitu aja. Padahal petuah bijak mengatakan bahwa orang yang hari ini amalannya tidak ada perubahan dibandingkan hari lalu adalah orang yang rugi, orang yang lebih buruk adalah orang yang bangkrut. Nah Tantangan Kebaikan ini menginspirasi peserta untuk berbuat kebaikan, bahkan mungkin yang belum pernah kita lakukan.

Alhamdulillah, sebagai salah satu dari peserta pemenang harian saya kebagian satu paket hadiah: Beras 1 Kg, Gula Semut 250 gram Kopi Satu pak (merupakan paket produk dari Berlian SAE sebagai mitra Dompet Dhuafa), tumbler air panas, satu set sedotan logam dan voucher Sodexo 100 Ribu.

Saya heran, kenapa kok mau Dompet Dhuafa kirim hadiah berat. Ongkirnya sudah berapa itu. Kalau dikonversi ke voucher belanja kira-kira bisa lah mencapai 300 Ribuan.

Lalu saya seperti ditegur Allah. Ternyata stok beras kami habis sebelum waktunya belanja bulanan sebab digunakan untuk takziah beruntun dalam waktu berdekatan. Dan gula semutnya menjadi sumber inspirasi bagi saya menulis artikel yang diikutkan dalam lomba blog bertema pangan lokal bernutrisi. Masya Allah. Sebelum saya meminta, Allah sudah mencukupkan.

Memang kalau dipikir-pikir rezeki yang kami,, saya terima..benar-benar Cukup, tidak kurang tidak lebih. Meski jauh di lubuk hati saya ingin menggenapkan rukun Islam untuk berhaji, nyatanya nyaris tidak ada uang sisa untuk ditabung menjadi ONH. Ada uang simpanan dari BPJS Tenaga Kerja setelah saya resign tempo hari tapi saya masukkan untuk investasi SUKUK. Dan jumlahnya juga masih jauh dari setoran awal. 

Setiap kali terima gaji, suami menyisihkan untuk membayar SPP santri langsung enam bulan dan mengisi Tabungan Santri selama satu semester. Juga untuk keperluan daftar ulang yang butuh uang jutaan. Sedangkan gaji suami hanya berkisar di UMR Surabaya. Tapi Alhamdulillah, Allah benar cukupkan, kami tak (pernah lagi) berhutang. Kapoklah dulu pernah berhutang melalui KPR saat saya masih kerja. Dan cukup menyedihkan ketika untuk biaya operasi suami yagn patah tulang karena kecelakaan harus berhutang ke kakak ipar karena ketiadaan biaya.
Semoga Allah cukupkan selalu, dan mengaruniai kami dengan kesehatan agar tak perlu biaya perawatan rumah sakit.

Jadi sebenarnya saat berdoa, kita minta "tolong lebihkan rezeki kami ya Allah agar kami bisa naik haji, rutin berinfaq sedekah, berqurban setiap tahunnya" atau kita berdoa "cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal, agar kami tidak tergoda oleh rezeki yang syubhat dan haram" ??

Berdoa adalah ranah pribadi. Kita tak bisa memaksakan pilihan doa kita pada orang lain. Tetapi saya cenderung lebih nyaman dengan doa "mohon dicukupkan" sebab pernah mencoba "mohon dilebihkan" rasanya saya kok kurang bersyukur, sebab kata "lebih" artinya sekarang sedang "kurang"
Sedangkan kata mohon dicukupkan, bisa berarti agar hati ini selalu merasa cukup, sehingga rasa syukur menjadikan pikiran tenang.

Berhaji adalah kewajiban, bagi yang mampu dan dimampukan. InsyaAllah saya yakin, jika Allah berkehendak kelak saya akan dipanggil untuk memenuhi seruanNya entah lewat jalan atau biaya dari mana. Namun seperti yang selalu saya lantunkan dalam doá,  jika memang saya tidak ditakdirkan menggenapi lima rukun Islam dan mati sebelum berhaji, semoga dosa saya tetap diampuni, sholat isyra' yang pernah saya tunaikan bisa memperberat timbangan amal kebaikan karena pahalanya setara umroh dan haji, dan amalan shalih saya terutama sholat mendapatkan nilai yang bisa menghindarkan saya dari api neraka.

Ridho'Allah adalah segalanya. Cukup atau lebih hanyalah perhitungan manusia. Dan doa adalah sarana untuk menentramkan hati, demi mencari keselamatan akhirat maupun dunia.



Share:

Lima Hikmah Kepergian Ashraf Sinclair

Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun.
Dzikrul maut datang lagi
18 Februari 2020, Ashraf Sinclair, suami artis Bunga Citra Lestari meninggal dunia.
Kabar duka ini sangat mengejutkan karena kepergian Ashraf tiba-tiba. Diduga serangan jantung menjadi penyebab kematiannya.

Kematian adalah pengingat dan pelajaran terbaik. Bahwa dunia ini sementara. Hidup setelah mati abadi adanya.

Kepergian Ashraf meninggalkan kenangan penuh hikmah, berikut beberapa di antaranya:

1. Sosok family man
Ashraf dikenal sebagai ayah dan suami yang baik, family man. Senin malam ia masih sempat mengantarkan BCL yang bertugas sebagai salah satu juri Indonesian Idol. Sebagaimana kesaksian Daniel Mananta yang sempat bertemu dengannya. Tampak sehat dan ceria.
Usai pemakaman, Noah terus menangis dan tak mau meninggalkan makam ayahnya..pertanda ia sangat sayang kepada mendiang.
Kita, sudahkan memperlakukan anak dan pasangan hidup kita dengan baik?

2. Penyantun anak yatim
Tanpa publikasi besar-besaran ternyata Ashraf adalah donatur tetap di sebuah panti asuhan. Bahkan menurut ketua yayasan, Ashraf sering datang malam hari membagikan rezeki mesti ketua yayasan tak ada untuk menyambut dan menemuinya. Ashraf juga ramah dan mengajak anak-anak panti berkomunikasi.
Kita, sudah menyiapkan apa untuk bekal mati?

3. Sedang dalam proyek film baru Hanung Bramantyo
Hanung bercerita bahwa sejatinya, di hari Selasa 18 Februari 2020 ia sudah berjanji bertemu Ashraf untuk membicarakan proyek film baru dan Ashraf adalah salah satu pemain utamanya. Jam 2 dini hari Hanung baru mengirimi Ashraf email berisi berkas-berkas berkaitan dengan proyek film tersebut dan keduanya berjanji untuk bertemu dan membicarakannya lebih lanjut.
Maut, tak menunggu kita menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Tak ada yang bisa memajukan atau memundurkan waktu.

4. Pernah hidup susah
Dalam suatu acara, Ashraf pernah bercerita tentang kisah hidupnya. Ia pernah hidup susah, bekerja sebagai pelayan restoran 13 jam sehari. Ketika bergelimang harta ia tak lupa membantu kaum dhuafa.
Kita, ada sebagian dari kita masih sayang harta untuk disedekahkan, sebab merasa susah payah dalam mendapatkan.

5. Meninggal di usia muda.
Maut tak memandang usia. Ashraf baru 40 tahun usianya. Dikenal sebagai sosok yang menjaga pola hidup sehat, rajin berolahraga.
Bukan berarti kita lalu leha-leha, hidup semaunya ..toh yang rajin olahraga mati juga.
Justru pelajaran yang kita dapat adalah: maut begitu dekat, kematian adalah kepastian. Muda, kaya, karir melesat, berpola hidup sehat akhirnya tetap berpulang. Sungguh, insan hidup di dunia bagai seorang pengembara, yang harus waspada dan mengumpulkan bekal menuju perhentian sesungguhnya.

Betapa yang ada pada kita hanya titipan..bahkan nyawa sendiri kita tak mampu mempertahankan.

Orang paling pandai adalah mereka yang paling sering mengingat pemutus segala kelezatan, yaitu kematian. Semoga kita adalah bagian dari orang pandai yersebut, dan bersiap bekal sebelum dijemput untuk dibawa ke haribaan Tuhan.




Share:

Valentine Bukan Budaya Kita

Trending Topic Twitter 14 Februari seru #ValentineBukanBudayaKita.




Saya iseng nyumbang satu cuitan ini hihi. Refresh memori pelajaran PMP alias PPKN tentang budaya Indonesia.
Tapi yang lebih seru status-status di FB. Bikin ngakak aja atau cengar cengir sendiri.




Jadi kalian pantau twitter atau FB di 14 Februari?
Share:

It's Not Just A School

Dahulu, waktu masih pertama menjadi wali santri, saya ngga paham waktu wali-wali santri ngobrol di WAG "hari ini perfotoan konsul ya" lain waktu mereka ngobrolin 'nah ini dia perfotoan kelas".
Ternyata ini tradisi di PMDG setiap menjelang akhir semester, terutama semester akhir tahun ajaran. Dan saat Khutbatul Arsy, bersama rekan sekelas dan wali kelas

Beruntung wali santri zaman sekarang bisa mendapatkan kiriman foto-foto itu. Entah dari sesama wali santri yang kebetulan sedang berkunjung ke pondok dan turut mengabadikan perfotoan. Atau dari kiriman ustadz yang baik hati. Atau copas sembunyi-sembunyi dari akun media sosial.
 Setiap jepretan kamera yang pasti mampu merekam kenangan, meskipun sebagian. Tak menjadi masalah ketika segera usai pemotretan tersebut para santri tak bisa langsung melihat hasilnya. Sebab tak diperkenankan membawa handphone. Toh sebagian besar orang tuanya pasti menyimpan kenangan demi kenangan itu. Menjadi saksi perjuangan.
 Hampir setiap sudut ikon pondok menjadi latar belakang. Dan tentu berbagai pose bersama rekan seperjuangan.


Tak ketinggalan berpose bersama ustadz yang dihormati penuh kesantunan. Yang telah susah payah mendidik dan memberikan bimbingan.

Tahun beranjak pergi. Warna Loha berganti. Teman-teman bertambah. Ujian kehidupan berubah-ubah.
Mereka yang tak pernah mengalami menganggap para pejuang ini insan-insan gagah.
Yang belum pernah mencecap dan merasai kisahnya sendiri entah sebagai santri atau wali bisa hepi-hepi selfie di depan masjid raya.
Sebagian besar menganggap lolos seleksi adalah garis finish padahal hanya permulaan dari perjuangan besar di depan mata.
Diam-diam setiap mengumpulkan kenangan, setiap itu pula orang tua mereka merapal doa sekuat tenaga agar mampu bertahan hingga akhir perjuangan.



Kini saya paham jika alumninya berkata it's not just a school, it's home, it's dream, it's a story, it's history.
Share:

Sudah Cukupkah Bekal Kita Ketika Saatnya Tiba?

Hari ini, saya mendapat pelajaran tentang kematian.
Ia datang tanpa permisi, tanpa salam selamat datang.
Ketika pengeras suara masjid mengabarkan kematian tetangga beda blok. Saya memang tidak kenal siapa beliau, qodarullah ada tetangga lain yang mengajak untuk bertakziah. 
Ternyata yang meninggal dunia sehari-hari tinggal sendirian di rumah. Terpisah kota dari anak dan istri, menderita berbagai penyakit komplikasi yang banyak sekali. Kematiannya benar-benar sendiri. Baru diketahui beberapa jam kemudian setelah meninggal sebab istrinya yang curiga karena sang suami ditelpon berkali-kali tidak respon, kemudian meminta bantuan saudara ipar yang tinggal di lain blok di perumahan yang sama. 
Ketika lahir ke dunia sebagian besar dari kita disambut dengan suka cita, ditunggu-tunggu orang tua dan sanak saudara. Tetapi ketika meninggalkan dunia entah kelak seperti apa. Dan kemudian tersadar, sudah cukupkah bekal kita ketika kelak saatnya tiba?
Yakinkah semua amalan kita berbuah pahala, istighfar kita diterima? Bagaimana kalau amalan yang kita sangka fine-fine aja ternyata hangus terbakar riya'? sedangkan taubat yang kita lakukan sekadar di lisan dan bukan taubat nasuha?

Degh, lalu ingat kisah tentang sedekah dua potong roti yang bersliweran di beranda media sosial tempo  hari. 
Konon, seorang ulama abad ketiga dari kota Basrah (disebutkan namanya sebagai Ahmad Bin Miskin) pernah diuji dengan kemiskinan yang membuatnya terpikir untuk menjual rumah demi bisa membeli makanan. Seorang sahabat yang menjadi tempat curhatnya memberikan dua potong roti isi agar anak dan istrinya di rumah bisa makan.

Sesampai di tengah jalan, Ahmad bertemu seorang wanita dhuafa yang menangis memohon agar anaknya yang yatim diberikan makanan. Ahmad tak tega melihat dua orang kelaparan ini dan memberikan dua potong roti pemberian temannya tadi. Wanita fakir mengucapkan terimakasih tiada henti dengan air mata haru yang mengalir di pipi. Sementara si anak yatim menatap dengan mata yang bersinar bahagia.

Ahmad memandang mereka dengan penuh keharuan. Tetapi ia juga berjalan pulang dengan pikiran yang dipenuhi rasa bingung, sedih memikirkan bagaimana ia bisa memberi makanan untuk anak istrinya di rumah. Ia kemudian singgah sebentar di sebuah rumah. Sambil bersandar di dinding ia berpikir kemana harus menjual rumah demi menyambung hidup keluarga. 

Tiba-tiba sahabatnya yang tadi memberikan roti melintas di jalan dan segera menghampirinya. 
"Wahai Ahmad, mengapa kamu termenung sendiri di sini sedangkan rumahmu sedang penuh harta?"
"Harta darimana, bukannya aku sedang jatuh miskin dan hendak menjual rumah?" jawab Ahmad
Ternyata sepeninggal Ahmad ke rumah sahabatnya, ada seorang pria dari Khurasan bertanya tentang silsilah keluarga Ahmad, tentang ayah dan kerabatnya. Orang itu bermaksud memberikan harta warisan ayah Ahmad yang sempat menitipkan sejumlah modal kepada orang yang berprofesi sebagai saudagar tersebut. Ketika saudagar itu bangkrut, harta ayah Ahmad turut lenyap tak bersisa. Saudagar itu kemudian melarikan diri ke Khurasan. Di sana hidupnya membaik. Bangkit dari kebangkrutan dan bisnisnya kembali berjaya. Sang saudagar kemudian berniat mengembalikan harta ayah Ahmad. Berhubung ayah Ahmad sudah meninggal maka harta tersebut diserahkan kepada ahil warisnya.

Ahmad pun jadi kaya raya. Ia kemudian tak lupa menyantuni wanita fakir dan anak yatim yang diberikannya roti. Ia juga banyak bersedekah. Dan harta perniagaannya kian bertambah. Tanpa sadar ia kemudian menjadi ujub dan bangga terhadap amal shalihnya.

Pada suatu malam ia bermimpi. Kiamat tiba. Persis seperti digambarkan dalam Al Qurán dunia menjadi kacau balau tak karuan. Kemudian datang hari perhitungan. Ketika amal shalih hendak ditimbang, Ahmad percaya diri ia akan masuk surga dengan seluruh amal ibadahnya. Ternyata seluruh amal baiknya tidak memperberat timbangan kebaikan. Sebab dilakukan dengan tercemar rasa bangga berlebih-lebihan.

Habis sudah harapannya untuk terhindar dari api neraka. Hingga di saat-saat terakhir terdengar suara 
"masihkah orang ini mempunyai amal shalih?"
"masih, ada satu lagi" seru suara yang lain.
Ternyata satu amal yang tersisa adalah dua potong roti isi yang dahulu pernah diberikan kepada wanita fakir dan anak yatimnya. Amal yang dilakukan saat ia sendiri dalam kesempitan.

Ahmad semakin terguncang. Ia yakin amalan dua potong roti ini tak mampu menolongnya terhindar dari api neraka. Bagaimana dua potong roti akan memperberat timbangan kebaikan, jika seratus dinar sekali sedekah yang ia berikan saat ia telah kaya raya tak berguna di hari perhitungan? 

Ternyata, hanya dengan dua potong roti itu timbangan kebaikannya semaki berat dan sejajar dengan amal buruknya. Timbangan kebaikannya kemudian menjadi lebih berat lagi berkat air mata dan doa tulus dari wanita fakir yang pernah ditolongnya.

Ahmad pun tersadar. Bahwa bukan berapa banyak sedekah yang dikeluarkan yang memperberat timbangan kebaikan di hari perhitungan. Namun keikhlasan saat melakukan amalan inilah sebagai penentu di alam keabadian. Keikhlasan niat sebelum melakukan amal, ketika melaksanakan amalan dan ketika sesudah beramal. Semua harus dijaga agar niatnya adalah Lillahi taála.

Kelak ketika seorang insan telah kehilangan nyawa, yang tersisa untuk membantunya hanya tiga hal yaitu: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak shalih/shalihah.

Jika amal kita tercemar riya' habislah sudah. Jika ilmu kita tidak bermanfaat, tak mampu menjadikan timbangan kebaikan lebih berat. Jika tak mampu mendidik anak menjadi shalih/shalihah dan bermanfaat bagi umat...maka harapan terhindar dari api neraka bisa saja tamat, apalagi jika tak pernah bertaubat dan hobi bermaksiat.

Astaghfirullah...
Semoga kita bukan golongan yang bangkrut di akhirat. Semoga kita mampu senantiasa menjaga kemurnian niat. Semoga kelak kita berhak mendapatkan syafaát dari Rasulullah, dari Al Qurán yang kita baca dan amalkan, dari anak-anak shalih dan shalihah yang mampu meringankan beban.

Aamiin allahumma aamiin....


Share:

Ahad Ceria Masjid Al Ukhuwwah


Hari libur pergi kemana? Orang tua yang memiliki anak balita dan usia pertumbuhan kadang bingung meluangkan waktu bersama keluarga. Ke mall sekadar window shopping bisa-bisa bikin kepala pening. Rekreasi seringnya ngga ada anggaran karena harus penghematan besar-besaran. Bagaimana kalau berkunjung ke masjid dan "bersenang-senang"?

Kok bersenang-senang. Ya, sebab beribadah adalah suatu kebahagiaan. Masjid tidak hanya tempat sholat dan berdoa memohon sesuatu kepada Allah, tetapi juga bertemu sesama muslim untuk menjalin ukhuwwah. 

Maka, Masjid Al Ukhuwwah mengadakan acara Ahad Ceria yang diperuntukkan bagi anak-anak. Di acara Ahad Ceria Anak-Anak Al Ukhuwwah ini anak usia PAUD hingga SD kelas 6 bisa bersenang-senang dengan bermain game interaktif dan mendengarkan dongeng Islami. 


Acara ini baru diselenggarakan dua kali. Pada 2 Februari 2020 yang lalu Ahad Ceria diisi oleh pendongeng beken Kak Hadyan. Tema yang diangkat adalah: "masa kanak-kanak Rasulullah, aku anak yang mandiri dan berani seperti Rasulullah"



Kak Hadyan sangat pandai membawa suasana. Anak-anak tak segan berseru kegirangan, tertawa terbahak-bahak dan berseru karena takjub pada suatu kejadian yang diceritakan.



Wajah-wajah sumringah, gelak tawa anak-anak membuat yang melihat turut bahagia. Bahkan ayah ibu yang hadir mengikuti acara dongeng juga turut ceria. 


Kak Hadyan jago menirukan suara-suara. Beliau berkisah tentang masa kelahiran Nabi Muhammad di tahun gajah.


 Suara deru pasukan bergajah, suara gajah ditirukan dengan sempurna. 

Dan yang paling ditunggu adalah kehadiran Si Moli

Kak Hadyan bikin geregetan.
Ahad Ceria Masjid Al Ukhuwwah juga bertabur hadiah. Selain hadiah fun games, disediakan pula hadiah bagi yang bisa menjawab pertanyaan dari Kak Hadyan usai dongeng diceritakan.


Ada satu sesi tanya jawab yang lucu sekali. Si ganteng dan montok ini namany Kenzie. Mau tahu kenapa lucu? simak videonya yah:

Acara ditutup dengan doa bersama. Semoga Allah kabulkan permohonan kami agar putra-putri kami menjadi insan shalih dan shalihah.

Tak lupa panitia dan peserta menyempatkan foto bersama. Semoga acara ini menjadi kenangan indah sepanjang masa. 













Share:

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.