Home »
Cinta Sejati
,
Give Away
,
Kenangan Abadi
,
True Story
» Kabut Pagi Ini Mengingatkanku Padamu
Kabut Pagi Ini Mengingatkanku Padamu
Dik,
Pagi ini kabut merayap menghias jalan menuju masjid. Tak pernah kutemui sebelumnya...jalanan lengang, pendar lampu jalan membiaskan bayangan mengingatkanku atas mimpiku semalam. Betapa aku rindu padamu, kau pun datang memelukku erat sekali dan aku terbangun dengan air mata membasahi pipi dini hari tadi....
Dik,
Hingga kini aku tak mengerti mengapa tiba-tiba saja engkau harus pergi meninggalkan kami
Padahal engkau anak yang sangat berbakti kepada Mama, masih jelas terbayang, kepada almarhum Papa engkau pun sangat sayang. Tahukah kau jika kami sangat kehilangan ?, tak kah kau ingin mengenang masa-masa kita berboncengan sepeda untuk berangkat bekerja karena kita tak memiliki sepeda motor untuk berkendara ?. Lalu setelah menabung sekian lama akhirnya sebuah motor hasil patungan bertiga menjadi milikmu...owh masih akan selalu tersimpan kenangan atas senyummu tanda kebahagiaan itu.
Dik,
Jika kau tak mampu kembali, setidaknya mampirlah sebentar, bacalah cerpen yang kutulis tentangmu...sebagai tanda cintaku ...karena selama kita bertemu aku belum mampu membahagiakanmu...maafkan aku...
Kelak aku pasti mencari dan menemukanmu, tunggulah aku...
~~~~~~~~~ Yang Pertama dan Terakhir ~~~~~~~~~~~~
Siang itu kembali kurasa sakit menusuk ulu hati, mual dan kembali muntah..tak tertahankan panas pun menyengat badan.
Tiba-tiba sms alert berbunyi, kubaca "anda telah menerima transfer pulsa dari no 0813********, rupanya kakakku mengirimiku pulsa pasti dia menang kuis lagi.
Kukirim dia sms "terimakasih mbak untuk pulsanya, pasti menang kuis lagi ya"
Tak lama kuterima balasan "ya Vi, alhamdulillah ada saja rezekiku padahal baru kemarin menang tigaratus ribu rupiah"
Lalu komunikasi pun mengalir.
"Allah sayang sama sampeyan ya mbak, sering menang kuis dapat hadiah, mungkin karena sampeyan pakai jilbab, rajin sholat sunnah siang malam dan banyak bersedekah, sedangkan aku cuma sakiiiiit saja dari dulu"
"Vi, sakit itu bukan karena Allah tak suka sama kita, justru karena Dia sedang menyayangi kita karena sakit itu penggugur dosa...tentang jilbab hey kenapa tak mulai kamu kenakan ?"
"Duh mbak...rasanya belum siap...belum lagi komentar teman-temanku"
"Ya mbak ngerti, dulu sebelum berhijab mbak juga berpikir begitu selama ini mbak dikenal orang yang keras, disiplin, lidahku pun tajam khawatir nanti diomongin : berjilbab kok kelakuannya begitu, tapi hidup di dunia itu sementara sementara surga abadi adanya biar mereka berkata apa ingat saja ayat Samii'na Wa Atho'na - kami dengar dan kami taat"
"Yo wis mbak nanti kupikirkan lagi"
Lain waktu kakakku mengirimkan majalah khusus donatur yayasan yang peduli anak yatim, tema khusus yang diangkat saat itu adalah BERHIJAB.
Hampir setiap artikel, cerpen yang ada menunjukkan perintah-perintah Allah
Hai Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu,dan istri-istri kaum mukmin:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah di kenal,karena itu mereka tidak diganggu.Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "(Al-Ahzab:59)
Oh jilbab, bukan penghalang kita beraktivitas namun melindungi kita dari gangguan lelaki yang bukan mahram. Lalu bagaimana jilbab yang seharusnya syariatkan ?
[QS An Nuur :31] Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Hijab, yang menutup kepala hingga ke dada...
Artikel yang lain menulis tentang hadits Nabi yang membuatku tergetar karenanya
Ummu Salamah r.a. berkata: Ketika saya dengan Maimunah ada di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba masuk ke tempat kami Abdullah bin Ummi Maktum, kejadian itu sesudah ayat hijab yang diperintahkan kepada kami. Maka Nabi bersabda: Berhijablah kamu daripadanya. Kami jawab: Ya Rasulullah, bukankah ia seorang yang buta tidak melihat dan tidak mengenal kepada kami? Jawab Nabi: Apakah kamu juga buta, tidakkah kamu melihat kepadanya? (HR. Abu Dawud, Attirmidzi)
Allah, hijab adalah bukti kita cinta dan taat kepada Allah dan RasulNya bahkan saat kita mengira orang di hadapan kita tak mampu melihatnya...
Hingga suatu hari kondisi tubuhku semakin melemah sakitku tak tertahankan lagi dan kakakku memutuskan membawaku untuk berobat di kota tempatnya tinggal.
Seminggu berobat kurasakan ada perubahan, sakitku berkurang, keluhan mual dan muntahku pun menghilang.
Kakakku kembali menegur lembut "Vi, jangan lupa segeralah berhijab ya, Allah menunjukkan kasihNya sepertinya sakitmu berangsur mereda, kalau belum bisa istiqomah perlahan-lahan saja seperti temanku, setiap pergi keluar rumah dibiasakan berjilbab nanti lama-lama terbiasa , keluar pintu rumah pun mengenakannya"
Mamaku pun menyela "yo Nak, Mama juga ingin melihatmu pakai jilbab"
"Insyaallah Mbak...kuturuti nasehatmu"
Kesehatanku semakin membaik aku dan Mama pun kembali ke rumah. Beberapa hari bed rest lalu kuputuskan untuk kembali bekerja.
Mama mengulurkan jilbab hitamnya "pakailah punya Mama Nak, nanti kalau sudah bugar seperti dulu kamu bisa jalan-jalan ke toko memilih warna dan model yang kau suka"
Oh ini sudah teramat cukup bagiku Ma, kataku dalam hati.
Seperti yang kukhawatirkan, belajar menjadi insan yang taat pada Allah dan Rasulnya pun menjadi bahan gunjingan.
"Heei tumben pakai jilbab, malu ya karena rambutmu rontok dan kepala hampir botak"
Duuuuh...rasanya...aku diam saja karena tubuhku pun masih terasa lemah.
Untung ada yang membela "yo nggak lah justru ini pakaian yang benar untuk muslimah, semoga istiqomah ya Vi"
Aku hanya tersenyum dan tak mampu berkata telalu banyak, hanya sanggup bekerja dua jam selebihnya aku tak sanggup untuk berdiri dan mondar-mandir hingga temanku yang baik memintaku beristirahat di musholla.
Allah, aku tak sanggup lagi...keesokan harinya aku tak sanggup kembali bekerja, ototku seperti kehilangan tenaga, kulihat Mama semakin sedih saja namun aku tak mampu menghiburnya. Saat mereka membawaku untuk dirawat di ICU aku pun tak sanggup untuk berkata, sering aku tiba-tiba berada di ruang asing namun memberikan keteduhan tiada tara, sakit dan lemah tak lagi kurasa.
Hingga saat itu tiba, sesosok dengan wajah bercahaya tersenyum menyapa "Assalamualaikum, ini saatnya.."
Saat...saat apa ?...entahlah tapi aku tak sanggup menolaknya berjalan menyusuri jalan cahaya.
Kakak lelakiku, sendiri.. menatapku tanpa suara...sepertinya Mama dan kakakku yang lain baru saja pulang untuk istirahat sebentar.
Lalu tiba-tiba ku berada di rumah, kulihat Mama dan kakak-kakakku menangis tiada hentinya ingin aku menghibur Mama tapi lidahku kelu tak mampu berkata. Orang-orang berkerumun datang memeluk mereka, ah kulihat tubuhku terbujur di sana telah dimandikan dengan sempurna. Kemudian ibu nyai istri takmir masjid yang bersiap mengenakan kain baru ku tiba-tiba berseru
"ya Allah, ini anak yang setiap bulan memasukkan lembar seratus ribuan baru kedalam kaleng infaq masjid kita"
Ingin aku berbisik "ssst Bu, jangan keras-keras, aku malu toh biasanya aku mengeluarkan zakatku itu saat tak ada orang ternyata ibu diam-diam memperhatikan" tetapi aku tak lagi bersuara
Dia kembali berseru..."jilbabnya mana ?"
Jilbab ?...untuk apa ? ...oh kereta kencanaku tiba...kereta yang mengantarku ke tempat dimana aku beristirahat dari kejamnya dunia, dari sakit menahun yang kuderita dan jilbab itu menghias kain penutupnya..jilbab pertama dan terakhirku..
Allah, aku bersyukur telah diberi kesempatan untuk menunaikan kewajibanku meski tak lama aku menikmatinya hingga utusanMu menjemputku berpindah ke alam lain dunia..
Sahabat...
ingin kutitipkan surat :
Andai aku tahu maut begitu dekat
Tak kutunda waktu untuk menutup sempurna sang aurat
Tak perlu menunggu saat yang tepat
Untuk menjadi umat yang taat
Hidayah bukan ditunggu
Namun untuk dicari penuh rindu
Karena kita tak kan pernah tahu
Kapan akan berakhirnya waktu
..."hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan..."Qs. Al Mu'minuun : 99
Dik,
Sekarang....kabut di jalanan itu menghias mataku, terkenang atas kepergianmu pagi itu...
Di alam keabadian kita akan berkumpul dengan orang-orang yang kita cinta....kita berdua, se keluarga cinta Rasulullah..insyaallah kelak bertemu lagi dalam kebahagiaan sejati dalam naungan nikmat Illahi.
“Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba “Ungkapkanlah Cintamu” pada blog senyumsyukurbahagia.blogspot.com, hidup bahagia dengan Senyum dan Syukur”
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website).
Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id
Twitter @dwiaprily
FB : Dwi Aprilytanti Handayani
IG: @dwi.aprily
No comments:
Post a Comment