“Mama, aku ingin rekreasi bareng teman-teman” rengek Raditya
kemarin. Saya membujuknya "Ngga usah deh kan sudah pernah ke sana, enakan
di rumah baca buku dan bersepeda". Sekolah Taman Kanak-Kanak Radit
mengadakan rekreasi ke Jatim Park II di Batu. Jauh hari saya udah malas
duluan ikut rekreasi kali ini. Pertimbangan saya antara lain : tempat rekreasi
sudah pernah dikunjungi bersama sekolahnya tahun lalu, Radit ternyata kurang suka dengan wahana permainannya
dan tentunya yang terpenting hemat biaya.
Masalah penghematan sangat saya tekankan pada anak-anak. Maklum
ayahnya hanya buruh pabrik kontrakan dan emaknya sekedar ibu rumahan yang
mencari nafkah dari honorarium menulis konten website dan berburu hadiah di
berbagai kuis atau lomba. Apakah keengganan saya mengikuti rekreasi kali ini
adalah suatu firasat hanya Tuhan yang Maha Mengetahui karena sehari sebelum
tanggal rekreasi si Ayah lagi-lagi membawa kabar buruk bahwa kontrak kerjanya
tidak lagi diperpanjang dan ini sudah ketujuh kalinya dalam sejarahnya bekerja.
Hmm harus putar otak menyiasati sisa uang yang ada. Kebutuhan
hidup melonjak tinggi tetapi sang Ibu harus pandai mengelola keuangan lebih
bijak lagi. Saya mengajak anak-anak untuk hidup lebih hemat. Tak ada lagi uang
jajan sekolah, waktu menonton televisi dikurangi, tak ada lagi bermain air di
teras rumah. Hiii anak-anak sempat protes hebat dan mengeluh “kapan kita
mendapatkan rezeki yang lebih Ma” buru-buru saya menghibur mereka “Nak, bahkan
setiap napas yang kita hela dengan bebas adalah segenggam rezeki, tahukah
kalian kalau orang sakit di rumah sakit dan memerlukan bantuan tabung Oksigen
harus membelinya agar ia bisa bernafas leluasa?”
Saya harus #beranilebih tabah kali ini. Umur suami sudah 40
tahun tentu sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru meski tak menutup
kemungkinan masih ada lowongan pekerjaan. Selain itu tahun ini si Radit masuk
SD tentu membutuhkan biaya lebih besar dari biasanya. Untungnya kami sudah
menabung sejumlah uang di sekolahnya. Besarnya cukup untuk keperluan membeli buku dan
seragam.
Suami diPHK dan jobless beberapa bulan sudah bukan hal baru. Jadi bukan hal aneh jika saya harus #berani lebih tabah dan #berani lebih
hemat. Sebenarnya hidup hemat sudah saya lakukan sejak di awal pernikahan.
Ketika peraturan outsourcing mulai berlaku dan suami beberapa kali putus
sambung kontrak saya bahkan melakukan penghematan "lebih gila” lagi di
banyak sektor. Mencuci kembali ngucek mesin cuci hanya digunakan seminggu
sekali (bisa lebih hemat air), tak lagi berlangganan ojek untuk jemput anak
sekolah karena saya memilih memodifikasi sepeda si ayah dengan menambah
boncengan sehingga bisa jemput anak sekolah, di musim kemarau saya biasa
menampung air bekas wudhu untuk menyiram tanaman.
Kira-kira penghematan macam apalagi yang bisa saya lakukan kali
ini selain meniadakan uang jajan? Yang sudah diterapkan sih membeli buah yang
sedang musim seperti saat musim rambutan bisa dapat 5000 rupiah perkilo,
mengganti konsumsi LPG 12 kilogram ke LPG 3 kilogram sejak harganya naik
tinggi, mengutamakan lauk pauk murah meriah seperti tempe, tahu yang digoreng
sesaat menjelang waktu makan. Hidup hemat memang diajarkan dalam agama kami, itu
yang harus saya tekankan pada anak-anak agar mereka tidak merasa hemat dilakukan
karena hidup sedang susah tetapi mereka melakukannya secara ikhlas karena
Allah.
=================================
Nama : Dwi Aprilytanti Handayani
FB : Dwi Aprilytanti Handayani
Twitter : @dwiaprily
bagus cara mendidiknya mak, hidup hemat emang sesuai ajaran Islam. tapi kita harus jujur dgn kenyataan, bahwa bukan hemat tidak hemat saja yg jadi masalh kita bersama. karna sudah hemat pun masih belu cukup juga...kepala keluarga sudah berusaha bekerja keras, tapi masih terasa belum cukup juga. hari ini kehidupan ekonomi bernegara kita tidak diatur dengan aturan Islam, sehingga harga2 kebutuhan terus naik, BBM naik, gas, listrik naik. tu semua karna negara salah urus, mengurus dgn berpihak pada yg kaya..enggan kembali pada aturan Islam..jadi ya beginilah mak
ReplyDeleteya Mak, saya menyesuaikan dengan usia mereka, perlahan seiring berjalannya waktu mereka akan memahami yang sedang terjadi. Rasanya pengen nembus mesin waktu menyaksikan zaman pemerintahan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin saat semua rakyat merasa senang. yang muslim bayar infaq, sedekah dan zakat maal dengan taat, yang non muslim bayar semacam pajak. Kehidupan tenang gak ada gontok-gontokan meski harus berbeda keyakinan :)
DeleteKeren mba
ReplyDeletesaya harus belajar #BeraniLebih Keren Maak :)
DeleteSubhanallah..
ReplyDeleteSemoga kita semua diberi kekuatan dan ketabahan menjalani semua ujian-Nya ya Mak..
Aamiin Mak Sinta....sebab orang yang sebelum kita dan mungkin jauh lebih beriman pun mendapat ujian yang mungkin lebih besar :)
Deletebetul mbakkk... hrs mengajarkan anak u nggak boros memang penting.. ni lg ngajarin Rafa jg u hemat.. hihi..
ReplyDeletetoss mbak jade, salam hemat :D
Deleteyap! hemat itu pangkal kaya.
ReplyDeletenggak boros itu emang harus di didik sejak dini..
Ok siiip, tapi tidak menjamin kaya itu diperoleh dari berhemat. harus kerja keras dan cerdas plus doa yang pantas :)
Deletehemat dan tabah, harus dimiliki oleh setiap orang. gunung aja bisa runtuh kalau pengeluaran terlalu boros..
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak. sangat menginspirasi.
wow kalimat yang inspiratif "gunung pun bisa runtuh kalau pengeluaran terlalu boros" bener juga ....terimakasih kembali EIRa :)
ReplyDeletewow..hebat mak
ReplyDeleteAh ngga juga Mak, kadang kita terpaksa menjadi "hebat" karena keadaan hehehe
DeleteSep Mbak Dwi... semoga rejekinya makin lancar.
ReplyDeleteaamiin makasih mbak Ayunin :)
Delete