Ngga salah kalau ada kalimat bijak berkata "kalau sudah tiada barulah kita merasa kehilangan, entah terhadap sesuatu atau seseorang"
Empat tahun sudah saya tak pernah bersua dengan ibu mertua. Bahkan sebelum berpisah saya jarang berkomunikasi dan bertemu dengan beliau kecuali saat hari raya. Maklum beliau tinggal di seberang pulau dan biaya mudik seringkali tak terjangkau oleh gaji suami. Satu-satunya kesempatan mudik adalah saat hari raya, Thanks God ada THR.
Meski jarang berkomunikasi saya belajar banyak hal tentang beliau, tentu dari kisah-kisah yang meluncur dari suami saya yang notabene adalah anaknya (ya iyalah).
Dari sudut pandang saya, ibu mertua saya adalah orang yang :
1. Efisien
Gimana ngga efisien, anaknya sembilan! dan 7 di antaranya adalah lelaki. Padahal saya punya dua anak lelaki aja rasanya pengen nangis tiap hari karena hobi mereka mengacaukan rumah dan berkelahi (tapi pasti suatu saat nanti saya merindukan masa-masa kecil mereka ini). Ngga kebayang kalau tidak punya cara hidup praktis dan efisien dengan mengurus sembilan anak. Harus sering berpindah tempat tinggal pula karena suami beliau seorang prajurit TNI. Sikap efisien ini terlihat di hari tua. Rumah beliau rapi jali dan di hari tua masih kebagian momong cucu pula karena sang ibu harus bekerja.
2. Energik
Mertua saya perawakannya sedang, ramping dan masih dapat beraktivitas lincah di usia 60-70 tahun. Setiap lebaran kue-kue lebaran pun murni hasil karya beliau, termasuk dodol madumangsa khas Jawa yang proses pembuatannya memakan waktu lama, menunggu adonan di atas kompor sambil diaduk-aduk (saya mah nyerah). Belum lagi mengurus tanaman di taman kecilnya. Aneka tanaman bunga berjajar rapi tentunya butuh waktu untuk merawat agar tumbuhan tersebut tumbuh sehat.
3. Sangat menyayangi anak-anaknya
Dari sembilan anak tidak ada yang diistimewakan. Semua diperlakukan sama. Hebatnya di hari tua yang seharusnya dinikmati sebagai masa istirahat beliau masih berlapang dada "digangguin" anak-anaknya. Coba bayangkan silih berganti anaknya berkeluh kesah butuh uang maka ibu pun merelakan perhiasannya digadaikan (dan nebusnya pakai uang beliau sendiri karena setiap bulan menerima uang pensiun), nama beliau pun sering digunakan anak-anaknya untuk meminjam uang dari koperasi veteran. Pernah nih saat suami saya terPHK kedua kalinya saya menyarankan suami untuk bercerita ke ibu, maksudnya untuk mohon doa restu agar jalan rezeki ngga sulit seperti yang dia alami. Eh ibu malah mengirimkan uang beberapa ratus ribu. Duh saya kan jadi malu, kami belum banyak berbakti malah bikin rusuh lagi. Padahal saat itu saya masih bekerja, mendapatkan gaji sehingga kondisi finansial kami masih cukup memadai. Segera sesudah suami mendapatkan pekerjaan lagi saya minta suami untuk menyisihkan sebagian gajinya untuk ibu. Semenjak itu meski suami terPHK lagi ketiga kali, keempat kali dan beberapa kali selanjutnya saya melarang suami menelepon ibu. Biarlah beliau mendengarkan cerita yang menyenangkan saja.
Hari itu tak bisa saya lupakan sepanjang masa. Kabar tentang ibu yang sedang sakit cukup merisaukan kami sayangnya kami tak bisa segera pulang. Tetapi di bulan berikutnya ada hari libur yang berurutan, tabungan kami pun cukup lumayan untuk menyewa mobil agar bisa mudik dengan cukup nyaman (mengingat saat itu kami sudah punya dua anak). Hingga datang telepon di pagi buta, mengabarkan bahwa ibu sudah tiada. Hancur rasanya hati saya. Lebaran yang lalu saya tidak sempat mudik karena harus menghadiri acara di keluarga besar dari pihak Mama. Maka uang simpanan yang sedianya digunakan untuk mudik bulan depannya kami manfaatkan untuk naik pesawat. Baru pertama itulah kami mudik menggunakan pesawat dan sedihnya saat harus bertemu ibu yang telah wafat.
Masih akan selalu terngiang betapa beliau penuh perhatian. Saat saya minta tolong dikirimkan resep rempeyek buatan beliau yang renyah beliau malah mengirimkan sekaleng besar rempeyek plus kacang bali beberapa kotak (beliau paham benar bahwa saya pasti tak punya banyak waktu sepulang kerja, saat itu saya masih pekerja kantoran)
Masih terngiang saat beliau berpesan pada suami "tolongin Yeni ngurus pekerjaan rumah dia kan pasti lelah"
Ah masih banyak "masih terngiang" lainnya ...keberadaan kita dunia memanglah fana tetapi kenangan yang tercipta akan selalu ada..
Teriring doa agar ibu mertua berbahagia di alam sana, kelak kami bisa berkumpul kembali di surga...
Subhanallah, terharu Mak.
ReplyDeleteSemoag Ibu mertua mendapat tempat terbaik di sisi Allah, aamiin.
aamiin makasih Mak, udah mampir dan mendoakan ibu :)
DeleteJadi mbrebes mili membacanya mbak Dwi, semoga ibu mertua mendapat yang terbaik sesuai pahala dan amal kebaikknya ya mba.
ReplyDeleteaamiin mbak Christanty makasih doanya...semoga sehat senantiasa sekeluarga....
Deletehiks.. terimakasih partisipasinya ya m ak semoga Ibu diterima di SISI YME
ReplyDeleteterimakasih kembali Mak Tanti ...aamiin ya robbal alamiin..
DeleteSubhannallah, moga ibu mendapat tempat terbaik di sisi Allah,
ReplyDeleteBumer -nya kayak bumer-ku, sering membantu anak-anaknya dalam segi finansial :)
aamiin allahumma aamiin makash mak Hidayah ...ibu selalu mengutamakan anak-anaknya ya...
Delete