Apakah menjadi miskin itu
hina dan menderita? Seberapa ingin anda menjadi kaya? Berani malu dan bekerja
keras untuk menjadi kaya? jika pertanyaan itu ditujukan kepada kita kebanyakan
akan menjawab ogah menjadi miskin dan ingin menjadi orang kaya. Menyaksikan orang-orang
kaya menikmati hidup dengan jalan-jalan ke luar negeri, mengoleksi perhiasan
dan kendaraan pribadi atau gonta-ganti gadget trendy mungkin bisa menimbulkan
iri hati atau setidaknya bertanya pada diri sendiri akan sebuah mimpi : kapan ya bisa seperti
mereka. Namun jarang yang mau belajar dari kisah perjuangan hidup miliuner
mencapai kekayaan yang dimiliki sekarang. Tak jarang mereka yang tampak bersenang-senang
di atas kekayaan dahulu hidup dalam penderitaan tetapi tetap teguh dalam
berjuang demi hidup yang lebih baik. Pemilik waralaba bakso ternama misalnya
sempat berjualan bakso keliling, mendorong gerobak tanpa merasa malu pada
lingkungan sekitarnya. Pengusaha catering terkemuka pernah menjadi pelayan
restoran dan membuka warung makan.
Bermimpi menjadi kaya
tetapi ogah atau susah merumuskan jalan mengumpulkan kekayaan adalah salah satu
penyakit “menular” yang patut diwaspadai. Penyebab utama kegagalan menjadi
orang kaya adalah 8 Dosa Besar dalam mengelola finansial. Istilah 8 Dosa Besar
dalam mengelola finansial ini diperkenalkan oleh Alviko Ibnugroho di acara
jumpa blogger Sun Life yang diselenggarakan di Rocco Restaurant, Artotel
Surabaya pada 12 September 2015. Secara lugas Alviko memerinci 8 dosa besar
tersebut sebagai
1. Terperangkap
Mitos Masyarakat.
Mitos yang berkembang dalam masyarakat paling umum adalah mitos bahwa pekerjaan menjadi karyawan akan lebih meringankan hidup dan menjanjikan masa depan mapan. Sementara profesi khusus seperti blogger, jago memasak hanya merupakan bentuk dari hobi dan bukan profesi yang mendatangkan kemapanan finansial
Mitos yang berkembang dalam masyarakat paling umum adalah mitos bahwa pekerjaan menjadi karyawan akan lebih meringankan hidup dan menjanjikan masa depan mapan. Sementara profesi khusus seperti blogger, jago memasak hanya merupakan bentuk dari hobi dan bukan profesi yang mendatangkan kemapanan finansial
2. Memilih
untuk Buta Financial.
Mayoritas orang ogah berbicara masalah finansial, investasi, rencana hari tua dan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Alasan utamanya karena menganggap tak punya cukup waktu untuk belajar finansial. Waktu untuk bekerja dan rekreasi bareng keluarga jauh lebih utama daripada mempelajari segala sesuatu tentang uang yang dianggap membosankan
Mayoritas orang ogah berbicara masalah finansial, investasi, rencana hari tua dan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Alasan utamanya karena menganggap tak punya cukup waktu untuk belajar finansial. Waktu untuk bekerja dan rekreasi bareng keluarga jauh lebih utama daripada mempelajari segala sesuatu tentang uang yang dianggap membosankan
3. Manusia
Cenderung Berjuang Untuk Bertahan Hidup bukan Berjuang Demi Keinginan.
Kebanyakan individu hidup sekedar melanjutkan hidup. Misalnya : yang penting sekolah, kuliah tanpa mengejar menuntut ilmu lebih tinggi atau sekolah di institusi yang berkualitas lebih baik.
Kebanyakan individu hidup sekedar melanjutkan hidup. Misalnya : yang penting sekolah, kuliah tanpa mengejar menuntut ilmu lebih tinggi atau sekolah di institusi yang berkualitas lebih baik.
4. Tidak
Menetapkan Target Financial.
Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu peduli dengan target financial. Contoh nyata sebagian besar orang akan memilih jawaban : untuk jalan-jalan atau ditabung jika mendadak menerima hadiah 100 juta rupiah. Hanya sebagian kecil yang menjawab untuk investasi atau jawaban lebih konkrit investasi emas dan property. Dalam kesempatan Jumpa Blogger Sun Life tersebut Alviko Ibnugroho juga memaparkan hasil survey dari pihak Sun Life pada Tahun 2014 bahwa sebagian besar responden di Surabaya dan Jakarta menempatkan “menabung” pada prioritas utama. Padahal sebenarnya menabung perlu tips khusus agar lebih bertaji dalam menghadapai kenaikan biaya hidup dan inflasi.
Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak terlalu peduli dengan target financial. Contoh nyata sebagian besar orang akan memilih jawaban : untuk jalan-jalan atau ditabung jika mendadak menerima hadiah 100 juta rupiah. Hanya sebagian kecil yang menjawab untuk investasi atau jawaban lebih konkrit investasi emas dan property. Dalam kesempatan Jumpa Blogger Sun Life tersebut Alviko Ibnugroho juga memaparkan hasil survey dari pihak Sun Life pada Tahun 2014 bahwa sebagian besar responden di Surabaya dan Jakarta menempatkan “menabung” pada prioritas utama. Padahal sebenarnya menabung perlu tips khusus agar lebih bertaji dalam menghadapai kenaikan biaya hidup dan inflasi.
5. Tidak
Memprioritaskan Kemakmuran Financial.
Sebagian orang berpikir mengejar karir dan berdedikasi penuh sebagai karyawan. Sayangnya tidak diiringi dengan memikirkan langkah mengejar kemakmuran finansial. Hanya sedikit yang berpikir menginvestasikan uang untuk jangka panjang dan menyiapkan masa pensiun.
Sebagian orang berpikir mengejar karir dan berdedikasi penuh sebagai karyawan. Sayangnya tidak diiringi dengan memikirkan langkah mengejar kemakmuran finansial. Hanya sedikit yang berpikir menginvestasikan uang untuk jangka panjang dan menyiapkan masa pensiun.
6. Tidak
Menggunakan Uang Dengan Bijaksana (penyakit mayoritas orang Indonesia).
Boros sepertinya sudah menjadi penyakit bawaan sebagian besar orang. Terima gaji lalu habis untuk makan enak, belanja segala hal mulai dari kebutuhan pokok hingga hal yang sebenarnya kurang penting. Ada juga yang terperosok hutang karena terlalu mengejar gaya hidup tanpa disesuaikan dengan pendapatan. Belum terhitung mereka yang belanja demi melipur lara atau membeli karena dorongan emosi. Terjebak diskon dan obral? sudah menjadi rahasia umum.
Boros sepertinya sudah menjadi penyakit bawaan sebagian besar orang. Terima gaji lalu habis untuk makan enak, belanja segala hal mulai dari kebutuhan pokok hingga hal yang sebenarnya kurang penting. Ada juga yang terperosok hutang karena terlalu mengejar gaya hidup tanpa disesuaikan dengan pendapatan. Belum terhitung mereka yang belanja demi melipur lara atau membeli karena dorongan emosi. Terjebak diskon dan obral? sudah menjadi rahasia umum.
7. Tidak
Membuat Anggaran.
Terima gaji lalu habis tanpa sisa. Seolah menjadi hal yang biasa. Uang kurang bisa berhutang. Anggapan tersebut adalah anggapan yang salah. Sebagaimana sebuah organisasi, keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang perlu membuat anggaran. Anggaran berfungsi untuk mengetahui pos-pos pengeluaran dan pendapatan setiap bulan.
Terima gaji lalu habis tanpa sisa. Seolah menjadi hal yang biasa. Uang kurang bisa berhutang. Anggapan tersebut adalah anggapan yang salah. Sebagaimana sebuah organisasi, keluarga adalah sebuah organisasi kecil yang perlu membuat anggaran. Anggaran berfungsi untuk mengetahui pos-pos pengeluaran dan pendapatan setiap bulan.
8. Tidak
Melakukan Investasi.
Dosa finansial terbesar adalah jarang orang berpikir tentang investasi. Padahal investasi merupakan salah satu senjata menghadapi inflasi. Kesalahan lain sebagian besar orang berpikir investasi adalah seputar uang dan harta benda. Namun jika dikaji lebih jauh investasi sebenarnya adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat lebih banyak bagi kehidupan termasuk investasi ilmu seperti membaca buku, mengikuti kursus dan pelatihan atau menyerap ilmu dalam seminar.
Dosa finansial terbesar adalah jarang orang berpikir tentang investasi. Padahal investasi merupakan salah satu senjata menghadapi inflasi. Kesalahan lain sebagian besar orang berpikir investasi adalah seputar uang dan harta benda. Namun jika dikaji lebih jauh investasi sebenarnya adalah segala sesuatu yang bisa memberikan manfaat lebih banyak bagi kehidupan termasuk investasi ilmu seperti membaca buku, mengikuti kursus dan pelatihan atau menyerap ilmu dalam seminar.
Tidak ada kata terlambat
dalam segala hal kebaikan. Begitu pula tentang kebijakan mengelola finansial. Sebagai
wanita usia hampir 40 yang dalam Financial Life Cycle masuk dalam usia 35-50
tahun jujur saja saya tidak masuk kategori punya sedikit waktu dan banyak uang.
Saya tidak menyesal berhenti bekerja sebagai karyawan meski bisnis yang
dirintis gulung tikar. Setidaknya dari masa kerja saya selama sepuluh tahun
kami memiliki rumah pribadi yang ditempati hingga saat ini. Namun untuk menyiapkan anggaran pendidikan anak-anak dan hari tua saya harus masih memerlukan berbagai rancangan.
Belajar dari hasil Talk
Show mengenai 8 Dosa Finansial, sebagai pekerja lepas alias penulis freelance
gado-gado mulai dari menerima job menulis konten artikel, job review hingga berburu hadiah dari
aneka kuis dan lomba menulis saya berusaha mengaplikasikan ilmu dan tips yang
diberikan Pak Alviko dengan beberapa penyesuaian. Beberapa tips dari Pak Alviko
sebenarnya sudah sejak lama saya terapkan, misalnya
· tidak pernah berbelanja saat dalam keadaan
galau. Selama ini jika merasa resah, galau saya larinya ke Allah. Lari ke mall
juga percuma hanya membuat pusing kepala, apalagi jika tidak ada dana dan
jadwal untuk berbelanja
· menerapkan Management By Amplop dan membuat list. Membuat anggaran
melalui pos-pos sesuai prioritas selama ini cukup efektif bagi saya. Dari kebiasaan
ini saya memiliki dana cadangan yang terbukti beberapa kali membantu finansial
keluarga
Beberapa tips lainnya menurut pak Alviko dan pemikiran saya sendiri adalah:
1.
Membebaskan diri dari mitos. Sudah dua tahun saya tak lagi menjadi karyawan. Selama itu pula saya bersyukur masih mampu membantu
finansial keluarga meski tak sebesar dulu. Bahkan dari hasil kerja freelance
keluarga kami masih tercukupi meski suami sempat jobless karena PHK
berbulan-bulan. Namun saya masih harus menciptakan mindset berbeda bahwa
berbicara tentang uang sama pentingnya dengan berkarya. Ya! Saya harus mulai
banyak membaca segala sesuatu tentang investasi dan finansial. Saya juga harus lebih mampu menyulap tulisan dan blog saya sebagai sumber penghasilan.
2.
Membuka mata terhadap urusan finansial.
Hadir dalam Talk Show Jumpa Blogger Sun Life ini membuat saya tak lagi buta
masalah finansial. Saya ingin lebih banyak menyerap ilmu pengelolaan finansial.
Mudah-mudahan semakin banyak undangan untuk blogger hadir dalam acara serupa
atau undangan ke tempat-tempat wira usaha.
3.
Menggaji diri sendiri. Selama ini sebagai
freelancer saya menghabiskan seluruh penghasilan saya untuk keluarga. Jadi terpikir
sesekali menggaji diri saya sendiri dari sebagian penghasilan tersebut. Uangnya
bisa saya sisihkan untuk membeli buku, cemilan yang saya suka atau bahkan
dikumpulkan untuk membeli perhiasan. Bahkan harapan saya “gaji” tersebut
nantinya bisa digunakan untuk modal membeli berbagai jenis produk investasi
4. Berani
berinvestasi. Dahulu saya sempat berinvestasi reksadana. Tiga bulan pertama
laporan keuangan sangat menguntungkan. Bulan berikutnya investasi saya jatuh
bebas merosot sangat tajam. Karena panik dan khawatir menelan kerugian lebih
besar saya jadi ketakutan dan menarik seluruh saham. Padahal reksadana
sebenarnya merupakan investasi jangka panjang. Ketidaktahuan saya tentang
masalah finansial membuat saya mudah panik dan kurang mampu bertindak secara
rasional. Memperbanyak ilmu dengan membaca masalah finansial, mengikuti seminar
atau mempertimbangkan tawaran agen-agen finansial mungkin akan membuat saya
lebih paham. Setidaknya ada investasi yang paling mudah seperti ditawarkan pak
Alviko yaitu : anting bayi. Sederhana saja niatnya agar uang 500-600 ribu rupiah
tidak cepat habis bisa dibelikan anting bayi, dikumpulkan sepasang demi
sepasang untuk membeli perhiasan lebih besar. Saya jadi berpikir mengalokasikan
sebagian dari hasil kerja keras saya dari menulis freelance untuk investasi
emas, mulai dari yang kecil tak mengapa daripada tidak sama sekali. Emas merupakan
investasi jangka panjang yang tak pernah susut harganya. Mungkin dalam kurun
waktu satu dua bulan harga emas berfluktuasi. Tetapi harga emas dalam lima
tahun kemudian akan berlipat-lipat dari harga beli sekarang. salah satu faktanya adalah cincin yang saya beli dari hasil menjual gadget kenang-kenangan dari perusahaan saat saya berhenti bekerja. Dua tahun lalu harga 1 gramnya berkisar 432 ribu rupiah (emas 70% atau 23 karat). Saat ini harga emas 23 karat per gramnya mencapai sekitar 462 ribu rupiah. Lima tahun lagi harga perhiasan emas pasti lebih besar daripada harga saat ini.
Harga cincin emas 2013
Harga emas menurut Antam up to date
Saya juga terpikir
untuk menambah premi asuransi. Sepertinya produk Brilliance Hasanah Sejahtera
dari Sun Life sangat cocok untuk freelance seperti saya sebab ada poin Bebas menentukan Kontribusi dan Uang
Pertanggungan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda
5.
Lebih disiplin saat menabung. Sebagian besar
orang terkecoh dengan besaran bunga yang ditawarkan. Padahal tips menabung yang
benar sebenarnya adalah: memperbesar setoran, melakukannya secara disiplin dan
diterapkan jangka panjang. Semakin sulit prosedur menarik tabungan semakin
efisien fungsi tabungan tersebut. Jika ingin menabung lebih baik menabung di
produk tabungan berjangka yang hanya dapat diambil pada kurun waktu tertentu
(misalnya setelah 3 tahun) dan tidak ada ATM. Saya juga memilih produk tabungan
yang tidak mengenakan biaya bulanan, jarang menggunakannya untuk transaksi via
ATM sehingga saldo tabungan tidak mudah tergerus oleh biaya-biaya.
Tips yang menarik Mak ! Sesama mantan pegawai dan terjun ke dunia blogger, sepertinya saya harus menerapkan cara mengelola keuangan seperti yang udah diuraikan. Makasih sharingnya ya.. :)
ReplyDeletesama-sama Mak Nurul, semoga bermanfaat yah :)
Deletesusah banget kalau mengelola keuangan
ReplyDeletelebih susah lagi pas sakit TBC dan ga punya uang :D
Deleteaku juga ga punya kartu kredit mba :)
ReplyDeletesiip :)
Deletemakasih sharing tentang keuangannya ya
ReplyDeletesama-sama Mak :)
Deletesangat bermanfaat sekali nih pembahasannya
ReplyDeletesiip :)
Deletekereeennn..... yg baca jadi nambah pengetahuannya lagi nih
ReplyDeletesemoga sukses ya mbak Dwi....
makasih mbak Avy udah mampir :)
Delete