"Saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang
halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat
perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang
banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan
agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka
akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana penggembala yang
menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk
memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap
raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan.
Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka
baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh;
ketahuilah bahwa dia adalah hati “.
(Riwayat
Bukhori dan Muslim)
Setiap bada subuh di Masjid Al Ukhuwwah perumahan kami ada kajian hadits. Hampir setahun ini kami mengkaji Hadits Arbain Nawawi. Salah satu yang menarik perhatian asya adalah hadits mengenai halal dan haram. Diriwayatkan dalam hadits tersebut bahwa hukum halal dan haram itu jelas. Namun di antara keduanya terdapat perkara samar-samar yang disebut syubhat, yang manakala terjerumus di dalamnya maka akan terjerumus dalam perkara haram.
Sungguh mengerikan. Mendengar kata syubhat saja saya sudah was-was. Apalagi mendengar kata HARAM.
Hukum yang ditetapkan Allah wajib dipatuhi makhlukNya yang telah beriman Islam. Bukti ketaatan dan ketaqwaan mukmin adalah mematuhi perintah dan menjauhi larangannya. Haram adalah hukum yang MEWAJIBKAN muslim, mukmin untuk MENJAUHI hal tersebut, apabila melanggar peraturan dan sengaja melakukan hal tersebut maka ganjarannya adalah DOSA. Maka inilah perlunya belajar kembali, mewaspadai JEJAK-JEJAK HARAM yang MENGINTAI
Mengapa perlu dan wajib memahami hukum mengenai Halal, Thayyib dan Haram? Sebab:
1. Meminimalisir Dosa
Sudah jelas. Semacam reward dan punishment melakukan pelanggaran terhadap peraturan ada ganjarannya. Melakukan perbuatan yang diharamkan Allah berarti memperberat timbangan amal keburukan. Dosa? tinggal taubatan nasuha, istighfar dan jangan pernah berbuat kesalahan berulang bukankah Allah Maha Pengampun. Heyyy siapa yang menjamin hidup kita masih cukup waktu untuk memohon ampun dan bertaubat? Bagaimana jika ternyata saat melakukan maksiat atau memakan makanan haram saat itu pula nyawa kita dicabut sang malaikat maut (nauzubillah mindzalik) . Sebagai tindak kehati-hatian untuk itulah kita perlu memahami hukum halal, thayyib dan haram.
Perintah Allah untuk menjauhi hal yang haram sudah sangat jelas. Seperti yang tertera dalam sampul buku karya Mbak Riawani Elyta dan Mutia Risa
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya” (QS Al Maidah : 88)
2. Mewaspadai Penyebab ditolaknya doa
Allah menjanjikan untuk mengabulkan permohonan dan doa hambaNya yang dilantunkan dengan sungguh-sungguh penuh harapan dan pasrah terhadap ketentuanNya. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan tertolaknya doa salah satunya yaitu makan, minum dan berpakaian yang mengandung hal-hal HARAM.
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
Allah itu baik. Dia tidak akan menerima melainkan yang baik pula. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang
diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah
makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah Kami
rezekikan kepadamu.’” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan
tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang
ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut masai dan berdebu. Orang itu mengangkat
tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal,
makanannya dari sumber yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari
yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram,
maka bagaimanakah mungkin akan dikabulkan doa orang seperti itu?.” (HR.
Muslim).
Jadi jangan terburu-buru menyangka Allah tidak adil karena tidak mengabulkan doa, Saatnya muhasabah, jangan-jangan ada hal haram yang menempel pada diri kita
3. Agar tidak mengikuti langkah setan
Setan diturunkan ke dunia untuk menggoda manusia dan yang terjerumus dalam bujuk rayunya, mengikuti langkah-langkahnya akan menjadi teman di neraka. Naudzubillah.
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata
bagimu” (QS Al Baqarah : 168)
Memeluk agama Islam sejak lahir, rajin ikut taklim dan kajian bukan berarti saya harus lalai terhadap kewajiban mengenali halal haramnya suatu hal. Well, masalah haram bukan sekedar babi dan minuman beralkohol tetapi banyak hal yang bisa dikategorikan HARAM, bahkan juga cara mengais rezeki. Saya sendiri sering bertanya pada diri: apakah cara mencari rezeki saya sudah halal? apakah diperbolehkan secara syariat cara berdagang saya ini, adakah parfum dan kosmetik yang saya kenakan tidak mengandung zat haram?
Maka penting sekali rasanya membaca buku Waspada Jejak Haram yang Mengintai
·
Judul : Waspada Jejak Haram yang Mengintai
·
Kategori : Agama, Inspiration, Islam,
Nonfiksi, Religion & Spirituality
·
Tebal : 126 hal
·
Harga : Rp.45.000,-
·
Penerbit : Qibla (imprint BIP Gramedia)
·
Sinopsis :
Sinopsis :
·
“Soal makan, asal bukan alkohol dan babi,
saya mah nyante aja.”
“Masa sih cokelat dan permen bisa haram? Kan cuma makanan camilan
No comments:
Post a Comment