Kalau ada orang yang menyimpan keinginan sejak usia SD dan baru bisa terwujud ketika telah memiliki anak yang duduk di bangku SD : itulah saya.
Haaaaa....butuh waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun buat saya mewujudkan mimpi mengunjungi Borobudur. Duluu pas masih SD liat foto Borobudur di majalah Bobo atau koran Papa rasanya kagum banget. Ngayal kapan bisa ke sana. Kira-kira bisa terwujud nggak kan rumah kami nun jauh di Probolinggo, Jawa Timur. Buat keluarga dengan kemampuan finansial pas-pasan seperti kami rekreasi adalah fasilitas mewah.
Satu-satunya jalan tentu berharap rekreasi sekolah. Rame-rame, biaya ditanggung bersama jatuhnya pasti lebih murah. Sayangnya rekreasi anak SD mah biasanya masih seputar dalam propinsi ajah. Yap! kelas enam SD dulu kami hanya rekreasi ke Kebun Binatang Surabaya, Tanjung Perak dan Mojokerto.
OK, mudah-mudahan ada kesempatan pas rekreasi perpisahan SMP. Maka tiga tahun sekolah di SMP saya lalui dengan sabar penuh harapan. Saat kelas tiga, suka sama proses pemilihan tujuan rekreasi yang dilakukan secara demokratis. Masing-masing siswa kelas tiga dari empat kelas diberikan kesempatan memilih Bali atau Yogyakarta (termasuk Borobudur) sebagai tujuan wisata. Tentu tanpa ragu saya pilih Yogyakarta. Sayang, pilihan untuk Bali jauh lebih banyak. Karena kalah suara maka dengan berbesar hati siswa yang memilih Yogyakarta tentu mau tak mau harus ikut tujuan Bali.
Ya sudahlah, belum rezeki saya (lagi). OK lah, masih ada SMA. Ngga ada yang menyangka sebelumnya, masa SMA adalah masa yang sulit. Ayah meninggal ketika saya duduk di kelas dua SMA. Maka ketika kelas tiga SMA anak-anak Fisika pergi ke Yogya dan Borobudur saya pilih ngga ikut, demi menghemat biaya. Nyesel ? nggak, karena kali ini beda situasinya.
Begitupun ketika ada kesempatan di masa kuliah. Saat salah seorang kerabat di Magelang menikah, keluarga besar dari pihak nenek diundang, termasuk Mama. Ongkos transport dibantu Oom yang tinggal di Yogya. Huu saya ngga bisa ikut karena pas ada Ujian Semester. Weew gigit jari liat foto-foto Mama dan adik-adik di Borobudur (ternyata sama Oom, adik Mama yang di Yogya mereka diajak berwisata ke Borobudur).
Kadang-kadang sesuatu yang direncanakan memang tak selalu menjadi kenyataan. Tapi sesuatu tanpa rencana tiba-tiba terjadi begitu saja. Ngga ada yang mengira jika akhirnya kesampaian juga ke Borobudur meski umur sudah udzur. Padahal berangkatnya karena terpaksa. Malah sedikit ngga ikhlas. Sebenarnya saya sudah mulai melupakan mimpi itu, tak lagi menjadi obsesi. Entah kenapa si Rafi anak sulung saya yang duduk di kelas empat SD merengek-rengek pengen ke Borobudur. Saya menghiburnya dengan bersabar menunggu acara rekreasi sekolah (haa macam saya dulu). Nah si suami ternyata bikin geregetan. Demi nyenengin anak ngga pakai diskusi uang pesangon setelah di-PHK yang besarnya tak seberapa kok nekad dipakai booking hotel kelas melati dan tiket kereta api ekonomi (Logawa) PP Sidoarjo-Yogya. Saya kan khawatir sebab itu duit simpanan untuk keperluan tak terduga Bo'.
Tapi ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, tetaplah harus berangkat di hari H, saat Harpitnas (Hari kecepit nasional) padahal badan saya sedang tak sehat dan dengan sedikit menggerutu. si Rafi dan Radit terlihat menikmati perjalanan juga kondisi kamar hotel yang sederhana, satu bed sedang untuk berempat. Sesuai budget rencananya kami hanya sehari dua malam menginap. Jadi waktu untuk berwisata hanya sehari penuh. Planningnya sih sehari itu bisa ke Borobudur, Prambanan, Parangtritis atau tempat wisata lain yang lebih dekat (nurut si sopir sewaan ajah). Berangkat jam 9 pagi sampailah di Borobudur tengah hari. Wuaduh, ngga nyangka naik hingga ke stupa ternyata menguras banyak tenaga apalagi kondisi tubuh lagi drop. Ampuun, saya kok malah ngomeli si Papa yang tega-teganya memaksa berangkat ke Yogya. Tapi ini juga anehnya saya. Meski ngedumel seperti apa. Selfie tetep dilakonin, bukan buat pamer ke sosmed tapi buat stok lomba. Hooh Maak, saya suka berburu barang gratisan lewat kontes foto, kuis, lomba nulis, give away dan semacamnya. Maka jadilah foto Selfi saya di Borobudur dalam berbagai gaya yang ...standard...dengan kamera HP yang...standard pula karena belum punya HP smartfren :D.
BTW selfie saya di bawah ini cukup menguras tenaga, hhh gimana coba nyari bacground Borobudur tanpa kelihatan lautan manusia seperti foto di atas ntu (ini juga bikin BT nih, di hari libur keanggunan Borobudur tertutup gerombolan manusia dengan berbagai kelakuan yang kadang bikin ilfil dengan buang sampah sembarangan).
Ternyata insting saya sebagai pecinta lomba dan hadiah cukup terasah sodara. Satu dari foto selfie saya dengan senyum lebih lebar menang di salah satu kontes cerita & foto tentang kisah travelling yang diadakan fanpage pasta gigi ternama. Hehehe meski tak berhasil menggondol kamera sebagai hadiah utama, lumayan lah dapat hampers dan tote bag yang cantik.
Meski bagi orang lain kisah yang saya alami bukan hal yang istimewa tapi buat saya hal ini adalah sesuatu yang luar biasa. Behind The Scene #SelfieStory ini seolah mengandung hikmah bahwa jika Allah menghendaki sesuatu maka terjadilah, meski manusia harus bersabar menunggu kapan doa dan harapannya terwujud. Sekarang atau nanti tak masalah jika semua terjadi karena kehendak Allah.
And last but not least you know, ternyata Borobudur satu-satunya tempat wisata yang bisa kami kunjungi saat itu sebaaaab di hari-hari libur dan Harpitnas jalan-jalan menuju/ ke / di Yogya macet gila boo' ditambah saat itu lagi musim kampanye Parpol menjelang Pemilu (hahaha seolah Tuhan berkata : kan Elo "cuma" mimpiin Borobudur sejak kecil and here we come, enough ?)
Borobudur emg keren mak..
ReplyDeleteakhirnya kesampaian ya ke sana..
ak juga dulu cuma angan2 bisa kesana..
padahal kuliah di Jogja..
eh kebetulan sepupu dari Jakarta ngajak kesana plus ke Parangtritis sewa mobil..
alhamdulillah.. rezeki anak sholeh hehe
hahaha sholeh banget itu rezekinya Mak, udah nyampe Borobudur masih bonus ke Parangtritis. Gw masih kudu lebih sholeh lagi, lain kali biar bisa berbonus2 tujuan wisatanya :D
Deletehaduh.... akhirnya kesampaian juga ke Borobudur meski bertahun-tahun kemudian ya Mbak.. alhamdulillah..
ReplyDeleteiya, kadang kalau ada kejadian seperti ini, ketika keinginan-keinginan kita "yang berkembang" datang, trus mikirnya Allah bilang: "kan kamu "cuma" pengen itu?!"
setuju banget :D
hahaha manusia memang punya watak tak mudah puas ya mbak Diah, cita-cita awal pengen ke Borobudur doang kok malah pas udah kesampaian pengen ke sana kemari sebagai bonusnya :D
Deleteselamat ya akhirnya bisa ke Borobudur setelah ingin
ReplyDeletemantaaab
salam kenal ya mbak
@guru5seni8
penulis di www.kartunet.or.id / http://hatidanpikiranjenrih.blogspot.com
salam kenal kembali Tyasetya :)
Delete