catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Tips (Rahasia) Mengelola Uang Belanja

Ini seri kedua melanjutkan artikel tentang uang belanja. Komen di link facebook tempat saya share artikel tersebut membuat saya senyum sendiri:

Di status saya (sebagai prolog link artikel) yang tertulis: 

Belanja dapur 35 ribu an buat menu tiga hari kok bisa? ternyata ada rahasianya

Ada yang komen 

"ya bisa toh..yang banyak ntu jajannya ibu ibu kalo sayur ma lauk cukup segitu" "maksud saya sehari 35 cukup buat belanja..nah jajan kita beli kue beli bakso n nongkrong dsb baru itu yg bikin gede"

ada juga yang komen

"iy klo sayuran doank bund, blm beli bumbu"nya, blm lg kebutuhan laen"

Haa komen-komen begini ternyata bisa menjadi ide menulis satu artikel lagi yaitu tentang Tips (Rahasia) Mengelola Uang Belanja. Komen tersebut bisa menandakan berbagai kemungkinan:

1. Ibu-ibu ini mungkin tidak membaca link dan kurang teliti membaca status saya yang jelas >> buat menu tiga hari. Entah karena membaca postingan sepintas lalu atau sedang tidak ada kuota untuk membaca link artikel
2. Bahasa kepenulisan saya sulit untuk dipahami. Artinya saya harus belajar teknik berkomunikasi lisan dan tulisan lebih baik lagi ☺✌
3.  Ada ibu-ibu yang mungkin merasa terancam, seolah sedang dibandingkan dengan dirinya yang menghabiskan uang belanja lebih besar.

dan berbagai kemungkinan lain.

Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya sedang tidak membandingkan cara saya mengelola uang belanja dengan ibu-ibu lain sebab banyak faktor yang berpengaruh:
1. ndak ada orang yang mau dibandingkan dengan orang lain, termasuk saya
2. gaya hidup orang lain pasti berbeda dengan diri kita. Misalnya ada yang doyan banget buah dan butuh dana khusus untuk belanja buah tentunya membutuhkan uang belanja lebih besar daripada keluarga saya yang doyannya cuma jus buah dan sop buah yang kadang dibeli seminggu sekali. Jumlah anggota keluarga juga sangat berpengaruh. Lebih banyak *penduduk* tentu lebih besar pula anggaran dan biaya konsumsinya toh.
3. harga-harga barang tidaklah seragam. Di luar Jawa harga barang di pasar pasti jauh lebih mahal daripada di kota kecil tempat saya tinggal. Tentu biaya hidupnya jauh lebih tinggi.

Jadi, beneran saya pernah belanja 35ribuan itu untuk makan tiga hari untuk tiga orang (makan siang suami bawa bekal dari rumah). Tentu saja saya tak menghitung harga gas, gula, garam, kecap, merica bubuk, telur, bawang putih yang masih ada sisa dari hari-hari kemarin. Kok bisa sih? masih penasaran. Gini nih, dari hasil belanja saya itu kan saya merencanakan menu ayam suwir, bothok tahu tempe, pepes untuk tiga hari

hari pertama:
Sarapan tahu tempe penyet
makan siang dan malam ayam suwir. Karena si bungsu minta nasi goreng maka sisa ayam suwirnya saya goreng berikut nasi, tambahkan kecap sedikit

hari kedua:
Sarapan: tempe crispy dengan sambal kecap
Makan siang dan malam: bothok tahu tempe. Buat si Papa ada tambahan telur ceplok

hari ketiga:
Sarapan: Tempe goreng biasa dengan sambal bawang
Makan siang dan malam: pepes ikan pindang

Lha beneran kan, memang segitu bisa untuk tiga hari. Kalau kehabisan lauk buat makan malam atau bosan paling ya bikin nasi goreng, dadar telur atau goreng telur mata sapi. Bikin tahu telur. Pokoknya semaksimal mungkin memanfaatkan stok yang ada di lemari dan kulkas. Saya sendiri kadang ngga makan malam, makan pagi dan siang paling juga cuma beberapa suap dan ga butuh banyak lauk (tapi kok ya berat badan gak berkurang hahaha) Dan ajaibnya lagi sering juga nih tiba-tiba ada hantaran makanan dari tetangga atau nasi kotak dari acara apalah di kantor dibawa pulang suami jadinya bisa buat tambahan lauk malam hari.

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya cara hidup super sederhana saya di masa kuliah kebawa sampai saya jadi emak-emak saat ini. Maklumlah dulu sebagai anak yatim saya paham benar kondisi finansial ibu yang tidak bekerja dan tidak memiliki warisan berlimpah. Uang saku 50ribu untuk makan dll sebulan itu saya pergunakan seamanah mungkin.

Maka gara-gara komen nyetatuslah lagi saya (emang narsis banget deh saya ini, dikit-dikit nyetatus ....ampuun)

"Pernah nonton film Red Cliff dan belajar shirah Perang Badar? jumlah (pasukan) yang kecil bisa mengalahkan jumlah pasukan lebih besar. Kuncinya pada strategi, begitu juga mengelola uang belanja menghadapi harga-harga yang memanjat lebih tinggi.
Mantranya cuma satu; bismillah ya Allah cukupkanlah kami dengan rezeki yang halal agar tak tergoda mencicipi yang haram.."


Nah ini. Saya suka komen positif dari salah seorang teman SMA saya. Bener banget bahwa hendaknya kita bergantung pada Allah bukan bergantung pada hukum sebab akibat.

Saya tak perlu mengemukakan berapa uang belanja yang suami berikan. Saya bahkan tak pernah benar-benar tahu berapa penghasilan suami saya karena saya terima sekian rupiah yang boleh saya atur sedemikian rupa dan sang suami juga masih pegang uang sendiri plus bayar SPP dan mencukupi keperluan si sulung yang sedang nyantri.

Kadang suami saya suka heran: dikasih uang kok ditabuunnng aja. Lha gimana ya, saya merasa memang cukuplah dengan cara saya mengelola uang belanja itu. Saya punya target menabung sekian rupiah sebulan untuk persiapan masa depan. Mau makan enak sebagai selingan boleh silahkan beli di luar lha wong saya ga jago masak hehehe.

Setiap menerima pemberian suami doa saya memang seperti yang saya tulis di status itu. Alhamdulillah anak-anak saya juga ga rewel soal makanan. Kalau mereka nanya menu makannya apa ya saya jawab: harusnya bertanya itu bukan menunya apa, tetapi yang kita makan ini halal atau tidak hihihi.

Memang soal makanan kami tak pernah berlebihan. Saya pernah beli satu ekor gurami ukuran sedang seharga 12 ribu rupiah, lalu masak ikan bakar, bumbunya hanya garam, bawang putih dan ketumbar goreng sebentar lalu dilumuri margarin dan kecap. Dimakan bareng sambal kecap dan sambal tomat. Lha menu begini ini cukup untuk bertiga dari siang sampai malam.

Masalah baju dan lain-lain juga begitu. Kami terbiasa membeli kalau yang lama sudah usang atau rusak. Sepatu sekolah anak-anak saya cuma sepasang. Baju tak mesti setahun sekali beli, tergantung kebutuhan saja. Apalagi baju emak dan bapaknya hehe. Nongkrong di mall makan di kafe, foodcourt? sekali setahun aja belum tentu hehehe karena memang ngga hobi. Saya cuma khawatir, kelak tak pantas tinggal berdekatan dengan Rasulullah yang hidupnya sangat sederhana, gamis pun hanya punya dua. Saya khawatir dari rezeki yang kami terima sebenarnya masih banyak yang harusnya dimiliki orang lain yang lebih berhak. Setiap melihat baju atau jilbab bagus, yang ada di pikiran saya: kelak toh yang dibawa mati hanya lima lembar kain kafan dan baju saya yang tak lebih dari lima gamis itu masih bisa menutup aurat dengan cukup baik (ngga ada yang robek atau bolong)
Sekali lagi hal begini jangan dibandingkan dengan yang lain, ini sekedar cerita lalu saja.

Kembali ke masalah mengelola uang belanja saya biasa menyisihkan tabungan di "depan" maksudnya saya menabung bukan dari sisa uang tetapi saya sudah mentergetkan sekian sekian. Misalnya...sekali lagi misalnya...saya terima dari suami 1,5 juta sebulan. Saya langsung sisihkan untuk menabung 1 juta rupiah. Sisanya: 300 ribu untuk iuran RT dan belanja dapur, 200 ribu untuk bayar listrik dan PDAM. Alhamdulillah cukup. Kebutuhan sekolah si bungsu kadang saya ambil dari uang belanja, kadang saya ambil dari uang yang saya peroleh dari fee menulis atau menang lomba. Beras dan kadang telur suami yang belikan dari uang yang dia pegang.

Jadi beginilah tips saya mengelola uang belanja, yang sekarang sudah nggak jadi rahasia lagi:
1. Sisihkan uang tabungan sesegera mungkin sesuai yang ditargetkan. Bismillah aja, minta dicukupkan karena kan sering tiba-tiba ada keperluan mendadak seperti menyiapkan amplop kondangan atau infaq untuk tetangga yang sakit dll
2. Atur menu seminggu
Sebelum ke pasar saya biasa menyusun gambaran menu dalam seminggu. Kalkulasi saya seharinya maksimal butuh 10 ribu saja. Sekali lagi jangan protes mannna cukuuuup :p, kembali ke poin-poin di atas
3. Siapkan uang sesuai anggaran
Saya nih kalau berangkat ke pasar di dompet sudah saya siapkan uang belanja sesuai kalkulasi, paling saya bawa 70 -100 ribu untuk belanja seminggu. Masuk pasar baca bismillah agar tidak tergoda membeli barang di luar anggaran
4. Punya kios langganan
Salah satu keuntungan punya *channel pedagang langganan* di pasar adalah kita bisa memperoleh kemudahan-kemudahan. Ya nih misalnya pedagang ayam potong tanpa diminta pas lebaran ngasih hadiah baskom atau panci (kalau nggak diberi saya juga ngga minta, sadar diri lah wong cuma belanja ayam paling setengah kilo satu minggu hihihi), atau kadang kita juga boleh minta tambahan barang tanpa perlu bayar. Saya ngga pernah nawar tapi kadang (kadang-kadang yang jarang) minta tambahan barang sedikit. Misalnya dua potong cakar ayam buat kaldu masak sop atau satu batang bumbu kunci buat masak sayur bening bayam. Mereka pun memberikan dengan ikhlas. Malah pernah nih saya beli labu siam (manisa) ukuran kecil untuk sayur eh malah ditambahin satu labu lagi dengan ukuran yang sama *cuci gudang* kalee. Eh ya info penting: kalau pas ke pasar saya juga bawa tas kain sendiri jadi pedagang-pedagang itu tak perlu memberikan tas plastik besar sebagai wadah tempat belanjaan.
5. Beli beras dan telur di distributor
Beras dan telur dibelikan suami dan beliau beli di distributor. Jadinya lebih murah loh. Beli beras biasa langsung satu zak 10 kilogram untuk sebulan. Kalau pas ada si sulung dulu beli yang 25 kilogram untuk dua bulan. Telur juga beli langsung sekilo, bisa habis dalam seminggu atau lebih tergantung konsumsi. Lebih murah daripada beli ngecer di toko kelontongan. 

Wah nggak terasa saya nulis sudah panjaaang sekali. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca. Padahal rencana mau nyiapin keperluan masak buat besok pagi-pagi sekali. Menunya tongkol bumbu pedas dan tumis pare dengan pipilan jagung manis. Sarapannya bakwan jagung dengan sambal pecel (sambal pecelnya gratis, dikasih tetangga hehehe) Mau?

Share:

1 comment:

  1. 35ribuan itu untuk makan tiga hari untuk tiga orang
    Waaawww ... ini patut ditiru (atau paling tidak dijadikan acuan)(bukan karena pelit tetapi yang namanya strategi berhemat itu saya rasa tidak ada salahnya)
    -
    Salah satu kunci lagi yaitu ... distributor atau pedagang besar. Tak ada salahnya kita punya langganan pedagang besar. Harganya bisa lumayan miring.

    Salam saya

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.