Penulis: Riawani Elyta dan Shabrina Ws
Editor : Bernard Batubara dan Yulliya
Penyelaras aksara: Idha Umamah
Penata Letak: Wahyu Suwarni
Penyelaras tata letak: Putra Julianto
Desainer sampul: Mulya Printis
Penyelaras desain sampul: Amanta Nathania
Penerbit: Gagas Media
Cetakan: Pertama, 2015
Jumlah hal.: x + 326 halaman
ISBN: 979-780-820-3
![](https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t1.0-9/11659509_952691734753990_1501319025723461575_n.jpg?oh=ffa5b3d6a11f4fb5bb7ea5618d4f68f1&oe=57002689)
Editor : Bernard Batubara dan Yulliya
Penyelaras aksara: Idha Umamah
Penata Letak: Wahyu Suwarni
Penyelaras tata letak: Putra Julianto
Desainer sampul: Mulya Printis
Penyelaras desain sampul: Amanta Nathania
Penerbit: Gagas Media
Cetakan: Pertama, 2015
Jumlah hal.: x + 326 halaman
ISBN: 979-780-820-3
![](https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t1.0-9/11659509_952691734753990_1501319025723461575_n.jpg?oh=ffa5b3d6a11f4fb5bb7ea5618d4f68f1&oe=57002689)
Pernah membaca Ping A Message From Borneo?
Penggemar karya sastra Indonesia yang sempat melahap novel duet Riawani Elyta
dan Shabrina WS pasti menunggu kapan beliau berdua kembali bekerja sama menulis
novel bersama. Kerinduan para pecinta buku atas karya bareng mbak Riawani Elyta
dan Shabrina WS terpuaskan ketika Rahasia Pelangi lahir.
Menulis novel pasti bukan pekerjaan mudah.
Apalagi jika harus memadukan dua pikiran dalam satu buku. Saya mungkin termasuk
satu dari sekian ribu pembaca yang suka novel dengan latar belakang alam dan
bisa dibaca remaja maupun dewasa.
Jika Ping A Message From Borneo
mengisahkan tentang orang utan Kalimantan maka Rahasia Pelangi berkisah tentang
gajah. Awalnya saya menduga wah ini nanti mbak Shabrina kebagian menulis
tentang si gajah dan mbak Lyta tokoh manusianya. Ternyata saya keliru. Meski kedua
novel tersebut tetap mengusung semangat mencintai lingkungan namun penokohannya
fokus kepada manusia: Anjani, Rachel, Ebi dan Chay. Menariknya romantika yang
terjadi adalah segi empat, bukan segitiga. Saya suka banget kalau model segi
empat begini, kan adil ..nggak ada yang kecewa, kalau nggak “jadian” dengan
sosok yang diharapkan bisa saja berjodoh dengan sosok satunya hehehe.
Membaca Rahasia Pelangi seperti dibawa
turut serta mengembara, menyusuri rimbunnya Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.
Deskripsi tentang hutan lindung ini begitu nyata. Saya seolah turut mencium
aroma kompos alami, menyaksikan kumbang dan kupu beracun namun cantik menggoda,
mendengarkan serangga hutan bernyanyi (kapan yaaa bisa ikut patroli bersama Flying Squad). Di bagian menyaksikan kelahiran Akasia,
anak Rubi sang gajah betina saya turut berdebar-debar. Terbayang bahwa
perjuangan ibu melahirkan anak demikian besarnya. Bagi saya sosok yang disebut ibu tak hanya hak manusia namun
hewan pun memiliki hak sama besarnya, hanya saja sebutannya yang berbeda : ibu,
bunda, mama, umi dan kita menyebut "induk" bagi hewan. Penggambaran suasana ketika gajah melahirkan terasa nyata, sampai saya penasaran apa mbak Shabrina benar-benar pernah menunggui gajah melahirkan. Penasaran saya terjawab ketika dalam chit chat beliau mengaku pernah menunggui kambing melahirkan. pantesan nyata banget, kalau saya mah sudah lariiii. Ah bahkan hewan pun punya
naluri keibuan yang sama (aduuuh jadi berkaca-kaca saat membaca bab-bab pertama
tentang gajah sirkus Anjani itu hiks)
Rahasia Pelangi mengalur alami. Kadang saya
turut merasakan api cemburu di dada Anjani. Aduuh di PHP-in rasanya enggak
banget deh. “Saat kerikil datang, cinta
bisa bermetamorfosis menjadi rasa yang berbeda dan jaraknya hanya tinggal
selapis kertas dengan rasa benci”. Salah satu yang menarik dari Rahasia
Pelangi adalah quote-quote manisnya yang menjadikan masing-masing “episode”
lebih terasa nyata. Diksi yang dipilih terasa manisnya dan tidak "pasaran" seperti Aku merasa seperti ada sekeping puzzle yang hilang untuk menggambarkan kosong, ketidakutuhan. Aku merasa seperti ada gulungan ombak dalam dadaku ketika mengingatnya (halaman 292)...duuuh gimana rasanya dada yang menggelora
Rahasia Pelangi adalah mahakarya tentang
cinta, bukan hanya cinta romantika antar manusia tetapi kecintaan manusia
kepada alam sekitarnya juga.. Itulah mengapa saya memilih judul Review Rahasia Pelangi : Alam
adalah Guru yang Tak Menua Oleh Waktu. Membaca Rahasia Pelangi membukakan mata
saya kembali bahwa hewan dan tumbuhan adalah makhluk Tuhan yang berjiwa,
bernyawa. Mereka punya hak yang sama untuk hidup aman sejahtera di muka bumi. Betapa
selama ini manusia terlalu rakus mengeksploitasi alam, menyisakan perih bagi
hewan-hewan yang kehilangan tempat tinggal karena pembalakan liar. mengeksploitasi hewan sebagai
hiburan. Pernah terpikir nggak, bahagiakah hewan-hewan sirkus itu? Gajah yang
beratraksi, luwak yang dipaksa diet untuk menghasilkan “kotoran kopi”, lumba-lumba
yang harus tinggal di kotak sempit nyaris tanpa udara berhari-hari. Bagaimana jika
hewan liar menyerang manusia di alam bebas sebagai dorongan naluri
mempertahankan hidup sebab habitatnya semakin sempit oleh ulah manusia, sebab ia diburu karena bagian tubuhnya dianggap indah sebagai hiasan dan boleh diambil kapan saja? Pasti
dianggap bersalah dan di”halal”kan dibunuh agar manusia tidak terbunuh.
Bicara tentang penyerangan, episode Penyerangan mampu memompa adrenalin
saya lebih cepat, deg-degan kebayang betapa parah luka yang harud diderita korban jika gajah-gajah
liar mengamuk membabi buta. Ini hewan liar, besar dan kekuatannya dapat dibayangkan. Kebayang
rasanya diinjak gajah, apakah bisa selamat?...Ooooh tidaaak Rachelll…..
Rahasia Pelangi, mengingatkan kita kembali
bahwa tak ada yang sempurna di muka bumi. Manusia hanyalah sosok lemah kelak
akan kembali menjadi tanah. Bahwa sebagai manusia sekaya apapun, sejenius
apapun kita tetaplah makhluk yang kelak pasti kembali. Tak ada yang perlu
disombongkan dan sampai kapanpun kita akan tetap membutuhkan bantuan,
membutuhan teman dan dukungan. Bahkan doa dari mereka yang mungkin tak singgah dalam benak kita sebelumnya “ada perhatian
tak kasatmata. Ia bernama doa dalam diam’
Rahasia Pelangi tidak hanya berkisah tentang
romantika bersetting keindahan bumi Indonesia namun juga tentang perjuangan
mengobati trauma, perjuangan meraih cita-cita dan perjuangan mewujudkan cinta. Sebab
Jodoh, Mati, Usia adalah rahasia yang disimpan rapat Sang Pencipta. “hidup memang penuh rahasia, seperti
pelangi, ia tak bisa ditebak kapan datangnya”
Buat
mbak Riawani Elyta dan mbak Shabrina WS semoga istiqomah berkarya mbak, hingga
akhir detak jantung kita, peluh dan lelah tak akan pernah sia-sia. Seperti apa
yang pernah mbak berdua perbincangkan : teruslah berkarya seperti para musisi
tetap menggesek biola meski kapal Titanic perlahan tenggelam setidaknya mereka
tenggelam dalam kebahagiaan, berjuang hingga titik darah penghabisan.
serasa punya utang, baca ini, karena saya blm mereview aja novel ini :(
ReplyDeletekeren ya mbak novelnya :)
Deletetemanya tentang satwa lagi ya, mba. jadi penasaran.
ReplyDeleteayo baca La, siapa tau Ila bisa membandingkan Randu dan Chay atau Ebi hihihi
DeleteTerima kasih ya mbak dwi untuk reviewnya yang manis :) tertegun sejenak pd paragraf terakhir yg di italic, lalu terasa ada yg nyess di dasar hati. Sekali lagi terima kasih ya :) Amiin utk doanya yg indah mbak...
ReplyDeleteterimakasih kembali telah mampir mbak Lyta (dan mbak Eni Shabrina juga) ...novelnya manis maka reviewnya pun manis :)
DeleteResensinya keren Mbak Dwi. Membaca Rahasia Pelangi memang sesuatu banget. Dapat ilmu banyak dari membaca novel itu.
ReplyDeleteyang keren novelnya kok mbak Ratna, benar dengan membaca kita selalu berharap ada yang kita "dapat" untuk memperkaya pikiran kita. :)
DeleteWah, jadi penasaran ma bukunya. Nunggu ke kota buat beli
ReplyDeletesiip mbak Nisa :)
Deletesiip mbak Nisa :)
Deletememang ciri khas banget deh karya2 nya mba shabrina dan mba riawani
ReplyDelete