Apa arti lebaran buatmu? baju baru, bertemu keluarga besar, makan enak dan jalan-jalan ke tempat wisata? Buat kami, ya....tapi itu dulu.
Kalau dipikir ulang lebaran kami kali ini #LebihBaik sebab tidak lagi mementingkan materi tetapi ada yang lebih berarti. Saya menuliskan "kami" karena secuplik kisah kali ini bukan hanya tentang saya, tetapi juga anak-anak dan suami.
Lebaran tahun ini boleh dibilang lebaran dalam masa-masa sulit. Suami saya sempat jobless beberapa bulan sebelum akhirnya mendapat pekerjaan sekitar tiga bulan sebelum lebaran. Saya? sejak berhenti bekerja kantoran tiga tahun lalu dan memutuskan menjadi penulis lepas penghasilan saya tak menentu. Menyiapkan pos bagi biaya-biaya untuk ongkos transportasi mudik dan kue-kue lebaran jadi sedikit membingungkan sebab suami belum berhak menerima THR. Saya beruntung anak-anak memahami kondisi keuangan finansial keluarga yang sedang pas-pasan. Lebaran tak mesti baju baru kan? dan mereka paham tanpa banyak protes atau sedih karena keadaan.
Alhamdulillah meski tidak berhak menerima THR suami masih berhak menerima parcel lebaran, berisi kue-kue kalengan dan sirup. Satu per satu masalah terpecahkan. Tinggal masalah biaya transportasi. Kali ini Mama, eyang putrinya anak-anak, orang tua kami satu-satunya sedang tinggal bersama kakak di Tuban sebab ada acara khitanan usai lebaran. Mama yang paham dengan keterbatasan biaya menyarankan agar kami tak perlu datang di hari raya tetapi cukup saat acara khitanan keponakan toh masih seminggu setelah lebaran. Tapi si Rafi sedikit kecewa, ia ingin menemukan suasana baru di hari raya karena semua teman-temannya bepergian. Ia juga ingin memberikan dukungan moral pada sepupunya yang hendak dikhitan. OK lah saya ingin menyenangkan hatinya. "Tapi naik bis ekonomi ya Nak nanti dijemput pakdhe pakai motor dan sorenya langsung pulang karena tidak ada kamar untuk menginap" "ya OK deh Ma, ga apa-apa asal bisa seru-seruan di hari raya". Senangnya dia menerima syarat dan ketentuan tersebut. Jadilah kami berempat naik bus ekonomi dari Terminal Bungurasih Sidoarjo ke Tuban.
Beruntung kalau bepergian pas hari H setelah sholat Ied naik bus ga pakai berebut asyiknya ditambah hiburan pengamen jalanan. Dalam kondisi demikian saya menanamkan pemahaman pada anak-anak agar tidak mudah menyerah dan putus asa, bisa bayangkan bagaimana si mbak pengamen naik turun bus setiap harinya demi mengais rezeki sesuap nasi? Daripada mengeluh bukankah #lebihbaik mensyukuri?
Selfie bareng Radit dan mbak pengamen.
Sesampai di Tuban juga tak perlu membayangkan aneka hidangan khas lebaran seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati kentang. Kakak saya sebagai tuan rumah sedang dilanda ujian, penyakit lambungnya kambuh saat malam takbiran, muntah semalaman dan pagi itu sudah agak mendingan. Marilah kita bersyukur dikaruniai kesehatan dan masih dapat merasakan nikmatnya rawon, sajian khas Jawa Timur yang telah disiapkan. Tak lupa sebelum berpamitan setelah sholat ashar, berpose bersama keluarga untuk diabadikan meski sebagian peserta sedang terkantuk-kantuk kelelahan (jadi malu nih kok saya terlihat paling bersemangat)
Capek, ngantuk kok dipaksa foto sih Ma
Seru-seruannya sampai di sini? tidaaak. Waktu luang di hari kedua lebaran sebab tidak bepergian menimbulkan ide untuk foto bareng berempat. Jarang sekali terpikir untuk foto keluarga. Mengapa kali ini tidak foto bareng kue lebaran hadiah parcel dari kantor Papa?
Say : Cheers
Ya, buat saya pribadi lebaran kali ini memang #LebihBaik. Banyak keajaiban dan anugerah yang kami alami. Secara ruhani saya merasa bersyukur Ramadhan kali ini saya bisa menambah amalan-amalan yang belum pernah saya capai sebelumnya. Saya bisa khatam membaca Al Quran dalam sebulan (buat saya yang membacanya masih belum mahir benar hal ini adalah suatu prestasi), saya juga berhasil menambah hafalan surat-surat Al Quran dari juz 30. Yang tak kalah berarti, meski dalam keterbatasan finansial tetapi kami masih mampu memberikan bantuan dana berbuka puasa bagi anak-anak yatim, berinfaq dan sedekah.
Kupon donasi berbuka puasa untuk anak-anak yatim asuhan Yatim Mandiri
Foto anak-anak ketika menghadiri acara berbuka bersama anak yatim
Daaan salah satu anugerah tak terlupakan adalah seminggu menjelang malam takbiran saya mendapatkan hadiah indah dari Allah, menang di lomba blog tentang Ramadhan
Ditinjau secara materi mungkin lebaran kali ini paling mengenaskan, tetapi di baliknya tersimpan berbagai hikmah dan kebahagiaan. Keajaiban terbesar adalah ketika suami, di usia 40 tahun setelah melalui serangkaian test bisa diterima bekerja di sebuah instansi padahal info lowongan jelas tertera posisi tersebut untuk usia maximal 35 tahun.
Mudik yang seringkali diartikan sebagai pulang kampung, mulih dhilik (pulang sebentar) benar-benar menjadi perjalanan yang sebentar buat kami karena sehari pergi langsung balik lagi. Hanya saja mengenang kembali perjalanan hidup manis dan pahit selama setahun sebelum hari raya, mudik kali ini menjadi kenangan tersendiri. Mudik ternyata adalah sebuah perjalanan menemukan hikmah dari serangkaian ujian sebelum berhak atas hari bahagia bernama Lebaran.
Adalah suatu anugerah tersendiri ketika tiba saatnya doa-doa yang dilantunkan dalam sunyi menjawab tanda tanya hati, sungguh janji Allah adalah pasti. Betapapun gelapnya malam hari, yakinlah esok mentari akan bersinar kembali.
banyak berkah ramadan ya mba, setuju lebih baik itu tak harus materi. semoga aja kita semua jd pribadi yg lebih baik setelah ramadan berlalu :)
ReplyDeleteaamiin ya Allah, makasih mba udah sempat mampir :)
DeleteAaamiin.. selalu lebih baik jika kita pandai bersyukur ya mba.
ReplyDeleteya mbak Leyla ....seperti yang tertulis pada QS Ibrahim ayat 7 :)
Deleteberkah lebaran adalah, pasti ada sesuatu yg menyenangkan di balik itu semua....
ReplyDeleteyg penting ikhlas dan bersyukur :)
benar mba Santi, ikhlas dan bersyukur adalah sumber kekuatan :)
DeleteAlhamdulillah kisah yang baik :)
ReplyDeleteterimakasih :)
ReplyDeleteberkah di bulan ramadhan :D
ReplyDeletealhamdulillah :)
Delete