Pertandingan demi pertandingan telah berlalu, tak terasa Asian Games
2018 telah usai. Berbagai kenangan menyedihkan dan manis
tercipta. Perjuangan para atlit Indonesia mencapai puncak prestasinya tak bisa
diabaikan begitu saja. Keringat dan air mata tertumpah, jerih payah mereka
tunaikan menembus batas kemampuan mereka.
Di sisi lain
momen-momen humanis mewarnai Asian Games 2018. Mengingatkan tentang relasi
antara sesama manusia. Antar manusia dengan lingkungannya. Tentang semangat
pantang menyerah hingga titik terakhir kemampuan. Tentang rekor-rekor baru yang
bermunculan. Dan kerjasama serta tangisan bahagia.
Salah satu momen
humanis yang terekam di benak saya adalah ketika suporter-suporter Jepang kembali
mempertontonkan gaya hidup mereka yang peduli lingkungan. Guess what they
are doing? Yup! Supporter Jepang ini terekam kamera memunguti sampah di
sekitarnya dan memasukkannya dalam tong sampah.
Foto diambil dari TribunNews |
Kebayangkan ribuan orang di
stadion, nyampah bungkus permen, kemasan makanan ringan, botol minuman tissue
dan sampah lain-lain usai nonton
pertandingan. Apa nggak pegel linu tuh petugas kebersihan ngumpulin, nyapu
sampah-sampah itu.
Pernah kepikir bantuin
petugas kebersihan untuk mungutin sampah? Atau setidaknya janganlah menyampah.
Bawa kembali bekas bungkus makanan dan minuman itu sampai ketemu tempat sampah
terdekat. Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman. Nah yang dipertontonkan
suporter Jepang ini luar biasa. Peduli menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan
sampah yang bukan miliknya sendiri pun dibersihkan untuk dibuang pada
tempatnya. Mereka ini seperti kontingen kebaikan. Tak ikut dalam pertandingan tetapi mempertontonkan sesuatu yang layak diapresiasi meski tak dapat medali.
Muncul dalam pikiran
saya: kalau saja separuh dari isi stadion itu berpikir yang sama dengan para
suporter Jepang yang tak segan bersih-bersih pastilah pekerjaan petugas
kebersihan bisa lebih ringan. Lebih elok lagi jika kebiasaan tidak menyampah
mulai diterapkan sejak dini. Jadi teringat naik angkutan umum terutama bis
antar kota yang penuh bekas makanan, kulit kacang, tisue ..duh sampai sedih
melihatnya. Saya sendiri mengajarkan pada anak-anak untuk memasukkan bungkus
makanan dan minuman mereka ke dalam tas saat perjalanan. Barulah nanti turun
bus dibuang ke tempat sampah. Tapi kan mereka protes karena penumpang lain
tidak melakukan hal yang sama.
Apa iya bangsa kita sejorok itu dan sama sekali tak peduli lingkungan. Eits jangan salah. Kata orang Jawa jangan menggebyah uyah. Tak mungkinlah dari sekian juta rakyat Indonesia hobinya nyampah melulu. Pasti ada yang cinta lingkungan dan peduli membuang sampah pada tempatnya. Salah satunya momen ketika hadir di acara Peduli Rohingya di depan alun-alun Sidoarjo tahun lalu.
No comments:
Post a Comment