catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Bangkrut Tak Membuat Surut

Wirausaha, Secercah Cahaya      

       Berwirausaha, seberkas rencana yang seringkali singgah di benak  ketika mulai merasa lelah bekerja jauh dari rumah. Kehati-hatian dalam mengasuh anak pertama menjadi alasan utama saya sempat break dari dunia kerja karena tak kunjung mendapatkan pengasuh yang cocok untuk si kecil. Akhirnya tinggal di rumah tanpa kegiatan lain membuat saya bosan. Iseng baca-baca iklan peluang bisnis di koran eh ada peluang menjadi agen pulsa. Waktu itu, sepuluh tahun lalu agen pulsa belum menjamur seperti sekarang. Lumayanlah buat sambilan. Ketika anak saya sudah memasuki usia balita dan kondisi finansial keluarga memaksa saya kembali bekerja kantoran, sambilan sebagai agen pulsa tetap berjalan. 
    Enak yah, sudah terima gaji bulanan masih dapat sambilan. Sepintas jika dilihat sisi positif memang terasa nikmat. Tapi jangan ditanya bagaimana kondisi psikis saya, lelahnya lahir batin. Tempat kerja jauhnya 30 kilometer dari rumah dan setahun terakhir sebelum resign saya harus berjibaku dengan keruwetan mengatur waktu karena memilih tanpa Asisten Rumah Tangga. 
    Kelelahan ditambah dengan kehadiran anak kedua membuat saya kembali berpikir untuk berwirausaha yang mampu memberikan hasil setara gaji saat itu. Ada nggak sih wirausaha yang modal kecil hasil maksi tapi ngga perlu susah payah hehey. Euy, maruk banget ya pengennya leha-leha di rumah lalu terima pendapatan seperti biasa. 
       Cari info kesana kemari saya kemudian menetapkan hati membuka waralaba teh seduh dalam gelas packaging. Lokasi kios pilihan suami cukup strategis, di teras minimarket perempatan jalan yang ramai dan padat penduduk. Mengikuti saran pakar keuangan untuk "tidak meletakkan telur dalam satu keranjang" kami pun merintis usaha lain yaitu membuka kios busana anak-anak sekaligus berjualan teh seduh dalam kemasan, lokasinya dekat rumah. Pikir saya saat itu jika satu jenis bisnis sepi, bisnis yang lain masih menghasilkan sesuai harapan. Tabungan saya sejumlah 10 juta rupiah ludes sebagai modal dua jenis wirausaha tersebut.
      Dua bulan pertama saya dan suami sangat puas dengan hasil penjualan teh seduh dalam kemasan dari gerai di teras minimarket. Setelah dipotong sewa tempat, biaya operasional dan gaji pegawai kami masih mengantongi keuntungan bersih sembilan ratus ribu rupiah per bulan. Nominal yang lumayan untuk seorang pemula, pikir saya. Toh jika penjualan stabil dalam setahun bisa cepat balik modal.

Bangkrut Tak Bersisa

        Ketika gerai teh seduh menyemai harapan, usaha kios pakaian tak terlalu menggembirakan hingga akhirnya kami memutuskan berbagi tempat dengan penjual lontong kikil yang biasa mangkal di depan perumahan dengan sistem patungan sewa tempat. Lumayan lah, penjualan teh kami lebih stabil karena dikonsumsi pelanggan lontong kikil yang makan di tempat. Selain baju anak-anak yang mulai sepi dilirik konsumen suami menambahkan barang dagangan parfum botolan.
     Ternyata kebahagiaan kecil tersebut tak berlangsung lama. Seiring dengan tekanan di dunia kerja suami yang menuntut totalitas pegawai dan berhentinya pekerja kami yang rajin maka kontrol terhadap wirausaha waralaba teh seduh menjadi tak menentu. Penjualan teh semakin menurun, saya sendiri tak mengerti penyebabnya apakah faktor penjaga kios yang berganti turut berpengaruh atau ramainya penjualan di awal usaha hanya sekedar dampak dari rasa penasaran masyarakat terhadap produk baru. Hingga akhirnya kami tak lagi mampu membayar sewa tempat dan fee waralaba, gerobak kami pun disita. 
    Kebangkrutan di satu sisi ternyata diikuti dengan kerugian di kios yang kami sewa secara patungan bersama pedagang lontong kikil. Penghasilan dari penjualan parfum dan teh dalam kemasan di kios ini tak lagi mampu menutup sewa tempat yang mendadak naik signifikan setelah berganti tahun.
       Wirausaha kami bangkrut tak bersisa. Sisa stock baju anak yang dahulu saya beli seharga 2,5 juta rupiah ditawar orang 500 ribu rupiah. Tapi saya memilih menyumbangkannya untuk anak-anak panti asuhan dalam sebuah event amal. Entahlah saya berpikir daripada sakit hati dengan kebangkrutan ini lebih baik berharap berkah Illahi dengan belajar berbagi. Penjaga kios kami sempat mewanti-wanti sebelumnya bahwa diperlukan "syarat dari orang pintar" agar bisnis kami tidak bangkrut dan tetap ramai pembeli. Saya menolak halus, bagi saya kerugian di dunia tak seberapa dibandingkan saya harus menanggung kerugian di akherat karena telah menduakan Tuhan dengan "sesuatu" yang diharapkan sebagian orang bisa memberikan kesuksesan dan kekayaan.
    
Bangkit dari Kebangkrutan

    Akhirnya kedua bisnis tersebut benar-benar tutup padahal keduanya saya impikan menjadi sumber penghasilan ketika berhenti menjadi karyawan. Kelelahan yang menerpa memaksa saya memilih apakah kembali menjadi ibu rumahan atau tetap bekerja di luar rumah dan berjibaku dengan waktu. Saya lelah dan memilih kembali ke rumah meski belum punya sumber penghasilan lain selain sebagai agen pulsa. Bahkan penghasilan sebagai agen pulsa yang sempat mencapai 700 ribu per bulan bisa turun drastis hingga 150 ribu rupiah saja. 
      Uniknya kegagalan saya ini malah menjadi ide menulis kisah untuk antologi Curhat Bisnis yang diterbitkan Penerbit Calista. Tema usaha bangkrut berhasil meloloskan naskah saya dalam seleksi antologi dan berharap menjadi inspirasi. 

     Dua wirausaha saya tersebut bangkrut sudah. Tapi saya tak mau menyerah. Bangkrut tak membuat surut. Belajar dari pengalaman kebangkrutan kami menganalisa sebab-sebab kerugian. Antara lain kurang serius dalam mengelola usaha dan biaya operasional jauh lebih besar daripada pendapatan. 
     Berbekal sisa tabungan saya yang hanya dua juta rupiah kami merintis wirausaha baru yaitu membuka loket PPOB (Payment Point Online Bank) di rumah, setidaknya kami tidak mengeluarkan biaya sewa tempat. Laptop dan printer tidak perlu membeli karena memanfaatkan milik pribadi. Gaji pegawai? nggak perlu karena saya menjaganya sendiri. Sebagai bagian dari promosi mengenalkan layanan loket , kami menyebarkan brosur yang diperoleh dari Bank penyedia layanan ini, lengkap dengan banner untuk dipasang di teras rumah. Langkah promosi yang murah dan mudah.
     Kini kami sedang merintis wirausaha baru sebagai agen makanan ringan produk UKM. Awalnya hanya kebetulan, ketika saya menghadiri undangan sebagai blogger dalam acara launching produk dari UKM ternama di kota kami. Eh keterusan, jatuh cinta pada produk dan program CSRnya untuk membantu anak yatim dan ibu melahirkan dari kaum dhuafa saya malah menjadi salah satu agen dari produk camilan andalannya. Modalnya jauh lebih murah daripada modal saat saya memulai wirausaha teh seduh dan baju anak-anak beberapa tahun lalu. Saya memanfaatkan produk dalam goodie bag pada acara launching produk tersebut sebagai tester untuk menarik minat konsumen. Hasilnya tak terduga, hampir seratus pack produk terjual dalam waktu seminggu. Konsumennya sebagian besar rekan kerja suami. 
                                                                                                                                                                                    Sebagai Agen Kripik Pisang Gobana dan makaroni Rendam Produksi UKM Mekarsari

      Saya belajar sesuatu yang baru dari wirausaha yang sedang kami jalani bahwa dalam memasarkan produk perlu membidik pasar konsumen tertentu. Misalnya memasarkan snack dengan rasa dan kemasan premium yang sedang kami jalani kurang mendapat sambutan jika ditawarkan untuk lingkungan rumah tangga. Namun di lingkungan pegawai kantoran hasil penjualannya cukup signifikan. Produk snack unik tersebut juga lebih laku jika ditawarkan sebagai gift sebab jika instansi tempat suami bekerja kedatangan tamu, produk tersebut laku dibeli manager HRD sebagai cendera mata.

    Kita tak pernah tahu dari arah mana pintu rezeki terbuka. Kewajiban sebagai insan manusia hanya tak lelah berikhtiar dan melantunkan doa. Dalam antologi Curhat Bisnis tentang kegagalan kami saya sempat mempertanyakan pada diri sendiri benarkah ada Faktor X dalam berbisnis seperti bakat dan garis tangan. Kini saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut bahwa selalu ada hikmah di balik musibah, bahkan bangkrut pun mengajarkan sesuatu yang patut dan pantang membuat kita surut.

“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha
ga
Share:

29 comments:

  1. berarti kegagalan gak selamanya murni gagal tapi ada hikmah dibelakangnya ya. Good luck ya di GA-nya Icus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin begitu ya mbak Lidya, gagal untuk belajar, kata orang bijak kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Buat saya gagal yo wis gagal aja tapi ada pelajaran buat kehidupan yang saya terima hehehe

      Delete
  2. bener banget, mba
    saya bisnis buku dari penerbitan-distributor-OS-ngecer dll..jatuh bangun sampai pernah tdk memiliki apa2
    dari perhitungan salah, klien curang sampai ditipu
    Tapi semangat, yakin, usaha keras..pasti mbuat semua itu jd pengalaman berharga untuk maju

    ReplyDelete
  3. Subhanallah.. Semangat mba Dwi berwirausaha patut dicontoh.

    ReplyDelete
  4. Dua jempol untuk semangatnya Mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih, haha masih banyak yang dapat empat jempol utk semangat mbak :)

      Delete
  5. Pengalaman berbisnisnya sudah lama ya Mbak ternyata, sdh jatuh bangun juga. Tetap semangat ya Mbak, Allah yg Maha Mengatur rezeki pasti tak akan tinggal diam :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe lumayan lah mbak jatuh bangun yang penting setiap jatuh berusaha bangun biar gak makin nyungsep :D..benar, Allah Maha Memberi :)

      Delete
  6. Mbaaak... Salut dengan dirimu. Semoga usahanya terus berkah dan sukses ya, Mbak :-)

    ReplyDelete
  7. trims gan, menginspirasi bangetttttz

    ReplyDelete
  8. jatuh bangun ya mba, semoga ada hikmahnya dan makin sukses usahanya. aamiin

    ReplyDelete
  9. jatuh bangun ya mba, semoga ada hikmahnya dan makin sukses usahanya. aamiin

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  11. Nice topic
    Aku suka tulisanmu, bahasanya ngena banget.
    emang kadang kata "bangkrut" itu juga sering banget bikin orang takut buat mulai usaha.
    tp artikel ini, smg bs jadi solusinya (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga bermanfaat :) tulisan ini sejatinya juga untuk memacu saya untuk tetap semangat :D

      Delete
  12. Wah, keren banget. Kebangkrutan tidak menghentikan semangat utk tetap berwirausaha yaa. Makasiih sdh ikut GA wirausaha.

    ReplyDelete
  13. Huaa..i feel u mba
    Malah saya dulu rugi hampir 50jt..dibackstab partner
    Kalo bisa si fokus 1 bisnis dulu..kalo dah stabil baru nambah (pengalaman pribadi)

    Sukses ya bisnisnya..moga laris terus

    Salam kenal dari malang

    ReplyDelete
  14. inspiraif banget mb kisahnya..
    yups, down nya usaha jadikan sebagai pelajaran ya tapi ga bikin patah semangat memulia yang baru lainnya..
    makasih banyak ya udah ikutan GA nya:)

    ReplyDelete
  15. mantap, from zero to hero.. salam sukses

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.