catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Mitos dan Fakta Tentang Kusta


Senin, 13 September 2021 saya berkesempatan mengikuti diskusi terbuka Gaung Kusta di Udara Berita KBR. Bicara tentang kusta ingatan saya terlempar ke masa beberapa tahun lalu di kampung halaman. Terbayang wajah mbak Kus, tetangga saya yang juga penderita kusta. Hampir setiap orang menghindari bertemu muka dengannya. Kalau terpaksa harus berurusan, berbincang dengan mbak Kus, rasanya deg-degan dan buru-buru cuci tangan khawatir ketularan. Begitu kuatnya stigma KUSTA adalah PENYAKIT MENULAR mencengkeram masyarakat hingga menimbulkan kecemasan.

Penderita Kusta, Sumber : Pixabay

Tapi apakah benar sedemikian mudah kusta menular? Beruntung saya hadir di diskusi terbuka ini, sehingga bisa tahu jawabnya. Saya menyimaknya dari live youtube Berita KBR yang digelar di Ruang Publik KBR yang bisa disimak di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta, atau live streaming youtube Berita KBR.

                     

Materi acara yang dikemas secara singkat padat dan sangat bernas ini saya rangkum dalam poin-poin penting yang saya sarikan dari pertanyaan yang dilontarkan penyiar Rizal Wijaya dan peserta diskusi terbuka.


Kondisi Kusta di Indonesia Saat Ini

     Pada tahun 2020 tercatat 16.700 kasus kusta di Indonesia. Dibandingkan tahun 2019 ada penurunan kasus yang saat itu terjadi 17.439 kasus. Penurunan kasus ini menurut dokter Febrina Sugianto bisa jadi kabar baik atau kabar buruk. Penurunan ini bisa terjadi karena dua sebab yaitu effort untuk eliminasi kusta tercapai atau screening tidak bisa dilakukan secara rutin karena adanya pembatasan akibat pandemi.

    Menurut data terakhir, 26 provinsi telah mencapai eliminasi kusta dan delapan provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Yang memprihatinkan, kusta ini juga memapar anak-anak, tercatat pada 2019 terdapat kasus 11 persen dari total kasus kusta dan 10 persen pada tahun 2020.

    Mayoritas kasus kusta terjadi di luar Jawa. Hal ini kemungkinan besar terjadi sebab Indonesia terdiri dari 17 ribu kepulauan dengan kondisi sosial geografis yang berbeda. Untuk menuju kantong-kantong kusta masih membutuhkan effort tinggi.

 

Jenis Kusta dan Ciri-cirinya

dr. Febrina Sugianto memaparkan bahwa secara garis besar, kusta dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pausibasiler (PD)

Lesinya lebih sedikit karena jumlah kumannya sedikit, terdapat lesi/bercak di kulit antara 1-5, mati rasa, bisa terbentuk hipopigmentasi yaitu bagian warna yang lebih cerah daripada kulit sekitarnya, misalnya kulit asli warna coklat lalu muncul lesi putih. Ada mati rasa pada bagian yang berwarna, hanya mengganggu satu bagian syaraf misalnya di wajah saja.

2.  Multibasiler (MB)

Di Indonesia banyak kasus MB, jumlah kuman/bakterinya lebih banyak sehingga lesinya muncul lebih dari lima dan menyebar ke seluruh tubuh, distribusi lesi lebih simetris tersebar merata, bisa terjadi di sisi kiri maupun kanan tubuh, mempengaruhi lebih dari satu syaraf, misalnya di kaki kiri dan kanan.  


Mitos dan Fakta Terkait Kusta

Kurangnya pemahaman terhadap kusta menjadi salah satu penyebab masih tingginya kasus penderita kusta di Indonesia. Bahkan Indonesia masih menduduki peringkat ketiga untuk kasus kusta di dunia. Satu hal yang patut disayangkan, sebagian masyarakat masih kesulitan membedakan mitos (hoax) dan fakta tentang kusta.

Lebih lanjut dr. Febrina Sugianto memaparkan tentang mitos dan fakta mengenai kusta.

Hoax/Mitos Tentang Kusta

1.    Kusta adalah kutukan akibat dosa di masa lalu

Hoax atau mitos bahwa kusta adalah kutukan akibat dosa di masa lalu  menyebabkan penderita kusta malu untuk mencari pertolongan. Jangankan mencari pertolongan medis, untuk keluar rumah saja penderita kusta mungkin enggan dan cenderung menutup diri.

2.  Kusta menular dengan bersentuhan

Kusta adalah penyakit menular, tetapi proses penularannya tidak semudah Covid-19. dr. Febrina Sugianto menjelaskan bahwa untuk penularan kusta butuh kontak erat, yaitu lebih dari 15 jam. Artinya penularan kusta biasanya terjadi jika serumah dengan penderita kusta, itupun tidak semudah yang kita duga. Berdasarkan penelitian, dari 100 orang memiliki kontak erat dengan penderita kusta hanya 5 orang yang terinfeksi, dan dari lima orang hanya dua orang yang menunjukkan gejala lanjutan/ tertular.

3.  Kusta terjadi karena tidak menjaga kebersihan

Kusta tidak timbul karena si penderita kurang menjaga kebersihan. Siapa saja bisa saja terkena kusta.

4.  Kusta tidak bisa disembuhkan

Di masyarakat selama ini muncul stigma bahwa kusta tidak mudah disembuhkan, ini  adalah mitos yang fatal dan menyebabkan penderita enggan mencari dan berupaya menemukan pengobatan.

 


Fakta Mengenai Kusta

1.    Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae

2.  Kusta bisa disembuhkan melalui pengobatan jangka panjang

Pengobatan kusta dilakukan dengan cara MDP (Multi Drug Therapy) yaitu pengobatan dengan lebih dari satu macam obat yang direkomendasikan secara medis. Kombinasi obat kusta ini dikemas dalam bentuk blister yang harus dikonsumsi setiap hari.

Untuk Kusta PD diperlukan 6 blister, yang dikonsumsi selama 6-8 bulan. Artinya jika harus ada jeda ketika minum obat maka hanya ada jeda dua bulan di tengah masa pengobatan.

Untuk Kusta MD, diperlukan 12 blister, yang dikonsumsi selama 12-18 bulan.

Pengobatan kusta (MDT) bisa diperoleh di setiap Puskesmas terdekat.

3.  Terlambat penanganan terhadap penyakit kusta bisa menyebabkan disabilitas/kecacatan

Sebab salah satu gejala kusta adalah menyerang syaraf, perlu diketahui bahwa terlambat penanganan terhadap penyakit kusta ini bisa menyebabkan kecacatan. Namun disabilitas ini bisa diatasi dengan rehabilitasi misalnya gerakan repetitif setiap hari atau dibantu dengan alat-alat yang bisa digunakan untuk membantu penderita beraktivitas setiap hari.  Rehabilitasi bagi OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) bisa berbeda hasilnya pada setiap orang.

4.  Pengobatan terhadap penyakit kusta tidak perlu bangsal khusus.

Pasien kusta yang sudah terkonfirmasi dan mendapatkan pengobatan MDT pada 72 jam setelah pengobatan pertama kemungkinan menularkan penyakitnya semakin menurun, yaitu kurang dari 20 persen.

5.  Pengobatan kusta ada kemungkinan menimbulkan efek samping (misalnya perubahan warna kulit jadi lebih gelap, gangguan saluran pencernaan seperti mual, sakit perut, suhu tubuh meningkat) Untuk mengatasinya perlu konsultasi secara medis untuk mengatasi. Jangan memutuskan berhenti pengobatan sebelum konsultasi dengan dokter, sebab pengobatan kusta berlangsung untuk jangka panjang, tidak boleh berhenti di tengah-tengah karena kemungkinan besar terjadi treatment loss untuk melanjutkan pengobatan, dan bisa saja prosesnya diulang sejak awal.

Sungguh beruntung bisa mengikuti diskusi publik Gaung Kusta di Udara Berita KBR kali ini. Saya jadi lebih paham mengenai gejala, mitos dan fakta tentang kusta. Eh dua pertanyaan saya dibacakan pula sama Mas Rizal.


 Nggak salah jika NLR Indonesia memilih radio sebagai penggaung edukasi mengenai kusta melalui udara. Radio bisa diakses dimana saja, secara live show atau diakses secara streaming melalui internet.

“Radio sama seperti media lainnya, punya fungsi untuk membentuk opini masyarakat, bisa berfungsi sebagai watchdog. Bisa mempengaruhi kelompok marginal” Malika ~ Manager Program & Podcast KBR 

Lebih lanjut ibu Malika menyatakan bahwa sebelum merilis sebuah program, misalnya podcast mengenai kusta, pihak KBR melakukan riset, briefing dan berdiskusi terlebih dahulu dengan NLR. Tujuannya adalah agar visi program untuk membantu penderita kusta mampu mandiri dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bisa tepat sasaran. Intinya, tujuan program meruntuhkan stigma miring dan hoax mengenai kusta bisa tercapai, jangan sampai malah menguatkannya.

Menariknya tak hanya melakukan edukasi melalui diskusi ruang terbuka, NLR Indonesia bekerja sama dengan KBR juga mengadakan lomba "Indonesia Bebas Kusta: Sebarkan faktanya, lawan stigma dan hoaxnya," melalui IG REELS dan IG PHOTO pada tanggal 13-22 september 2021

Sumber IG KBR

Diharapkan melalui lomba dan konten-konten media sosial, pesan edukasi mengenai penyakit kusta bisa sampai kepada masyarakat dengan lebih cepat, efisien, edukatif sekaligus informatif. Hal ini senada dengan harapan dr.Febrina Sugianto yang disampaikan di akhir acara.

`        “Ada harapan untuk media lain seperti news photo bisa berpihak pada isu marginal dengan menyampaikan pesan positif, membangun dan mengedukasi bukan dari kaca mata belas kasihan” dr. Febrina Sugianto

 

 

 

 

Share:

2 comments:

  1. saya kira kusta di Indonesia ini sudah gak ada, gak taunya malah peringkat ketiga dunia ya... :(

    ReplyDelete
  2. Nah, bener ini nih untuk yang masih menganggap kusta itu aib bahkan mengucilkan penderita kusta, ayo dukung mereka untuk sembuh :)

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.