catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Sudah Cukupkah Bekal Kita Ketika Saatnya Tiba?

Hari ini, saya mendapat pelajaran tentang kematian.
Ia datang tanpa permisi, tanpa salam selamat datang.
Ketika pengeras suara masjid mengabarkan kematian tetangga beda blok. Saya memang tidak kenal siapa beliau, qodarullah ada tetangga lain yang mengajak untuk bertakziah. 
Ternyata yang meninggal dunia sehari-hari tinggal sendirian di rumah. Terpisah kota dari anak dan istri, menderita berbagai penyakit komplikasi yang banyak sekali. Kematiannya benar-benar sendiri. Baru diketahui beberapa jam kemudian setelah meninggal sebab istrinya yang curiga karena sang suami ditelpon berkali-kali tidak respon, kemudian meminta bantuan saudara ipar yang tinggal di lain blok di perumahan yang sama. 
Ketika lahir ke dunia sebagian besar dari kita disambut dengan suka cita, ditunggu-tunggu orang tua dan sanak saudara. Tetapi ketika meninggalkan dunia entah kelak seperti apa. Dan kemudian tersadar, sudah cukupkah bekal kita ketika kelak saatnya tiba?
Yakinkah semua amalan kita berbuah pahala, istighfar kita diterima? Bagaimana kalau amalan yang kita sangka fine-fine aja ternyata hangus terbakar riya'? sedangkan taubat yang kita lakukan sekadar di lisan dan bukan taubat nasuha?

Degh, lalu ingat kisah tentang sedekah dua potong roti yang bersliweran di beranda media sosial tempo  hari. 
Konon, seorang ulama abad ketiga dari kota Basrah (disebutkan namanya sebagai Ahmad Bin Miskin) pernah diuji dengan kemiskinan yang membuatnya terpikir untuk menjual rumah demi bisa membeli makanan. Seorang sahabat yang menjadi tempat curhatnya memberikan dua potong roti isi agar anak dan istrinya di rumah bisa makan.

Sesampai di tengah jalan, Ahmad bertemu seorang wanita dhuafa yang menangis memohon agar anaknya yang yatim diberikan makanan. Ahmad tak tega melihat dua orang kelaparan ini dan memberikan dua potong roti pemberian temannya tadi. Wanita fakir mengucapkan terimakasih tiada henti dengan air mata haru yang mengalir di pipi. Sementara si anak yatim menatap dengan mata yang bersinar bahagia.

Ahmad memandang mereka dengan penuh keharuan. Tetapi ia juga berjalan pulang dengan pikiran yang dipenuhi rasa bingung, sedih memikirkan bagaimana ia bisa memberi makanan untuk anak istrinya di rumah. Ia kemudian singgah sebentar di sebuah rumah. Sambil bersandar di dinding ia berpikir kemana harus menjual rumah demi menyambung hidup keluarga. 

Tiba-tiba sahabatnya yang tadi memberikan roti melintas di jalan dan segera menghampirinya. 
"Wahai Ahmad, mengapa kamu termenung sendiri di sini sedangkan rumahmu sedang penuh harta?"
"Harta darimana, bukannya aku sedang jatuh miskin dan hendak menjual rumah?" jawab Ahmad
Ternyata sepeninggal Ahmad ke rumah sahabatnya, ada seorang pria dari Khurasan bertanya tentang silsilah keluarga Ahmad, tentang ayah dan kerabatnya. Orang itu bermaksud memberikan harta warisan ayah Ahmad yang sempat menitipkan sejumlah modal kepada orang yang berprofesi sebagai saudagar tersebut. Ketika saudagar itu bangkrut, harta ayah Ahmad turut lenyap tak bersisa. Saudagar itu kemudian melarikan diri ke Khurasan. Di sana hidupnya membaik. Bangkit dari kebangkrutan dan bisnisnya kembali berjaya. Sang saudagar kemudian berniat mengembalikan harta ayah Ahmad. Berhubung ayah Ahmad sudah meninggal maka harta tersebut diserahkan kepada ahil warisnya.

Ahmad pun jadi kaya raya. Ia kemudian tak lupa menyantuni wanita fakir dan anak yatim yang diberikannya roti. Ia juga banyak bersedekah. Dan harta perniagaannya kian bertambah. Tanpa sadar ia kemudian menjadi ujub dan bangga terhadap amal shalihnya.

Pada suatu malam ia bermimpi. Kiamat tiba. Persis seperti digambarkan dalam Al Qurán dunia menjadi kacau balau tak karuan. Kemudian datang hari perhitungan. Ketika amal shalih hendak ditimbang, Ahmad percaya diri ia akan masuk surga dengan seluruh amal ibadahnya. Ternyata seluruh amal baiknya tidak memperberat timbangan kebaikan. Sebab dilakukan dengan tercemar rasa bangga berlebih-lebihan.

Habis sudah harapannya untuk terhindar dari api neraka. Hingga di saat-saat terakhir terdengar suara 
"masihkah orang ini mempunyai amal shalih?"
"masih, ada satu lagi" seru suara yang lain.
Ternyata satu amal yang tersisa adalah dua potong roti isi yang dahulu pernah diberikan kepada wanita fakir dan anak yatimnya. Amal yang dilakukan saat ia sendiri dalam kesempitan.

Ahmad semakin terguncang. Ia yakin amalan dua potong roti ini tak mampu menolongnya terhindar dari api neraka. Bagaimana dua potong roti akan memperberat timbangan kebaikan, jika seratus dinar sekali sedekah yang ia berikan saat ia telah kaya raya tak berguna di hari perhitungan? 

Ternyata, hanya dengan dua potong roti itu timbangan kebaikannya semaki berat dan sejajar dengan amal buruknya. Timbangan kebaikannya kemudian menjadi lebih berat lagi berkat air mata dan doa tulus dari wanita fakir yang pernah ditolongnya.

Ahmad pun tersadar. Bahwa bukan berapa banyak sedekah yang dikeluarkan yang memperberat timbangan kebaikan di hari perhitungan. Namun keikhlasan saat melakukan amalan inilah sebagai penentu di alam keabadian. Keikhlasan niat sebelum melakukan amal, ketika melaksanakan amalan dan ketika sesudah beramal. Semua harus dijaga agar niatnya adalah Lillahi taála.

Kelak ketika seorang insan telah kehilangan nyawa, yang tersisa untuk membantunya hanya tiga hal yaitu: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak shalih/shalihah.

Jika amal kita tercemar riya' habislah sudah. Jika ilmu kita tidak bermanfaat, tak mampu menjadikan timbangan kebaikan lebih berat. Jika tak mampu mendidik anak menjadi shalih/shalihah dan bermanfaat bagi umat...maka harapan terhindar dari api neraka bisa saja tamat, apalagi jika tak pernah bertaubat dan hobi bermaksiat.

Astaghfirullah...
Semoga kita bukan golongan yang bangkrut di akhirat. Semoga kita mampu senantiasa menjaga kemurnian niat. Semoga kelak kita berhak mendapatkan syafaát dari Rasulullah, dari Al Qurán yang kita baca dan amalkan, dari anak-anak shalih dan shalihah yang mampu meringankan beban.

Aamiin allahumma aamiin....


Share:

No comments:

Post a Comment

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.