Gambar diambil dari IG Dewan Takmir masjid AL Ukhuwwah. |
Alhamdulillah, 31 Januari 2018 Masjid Al Ukhuwwah mengadakan sholat gerhana bulan (khusuf) berjamaah. Seperti apa tata cara sholat gerhana? Merujuk pada hadits:
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ
رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَبَعَثَ مُنَادِيًا بِالصَّلاَةُ جَامِعَةٌ، فَتَقَدَّمَ
فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha (berkata): "Bahwasanya
Matahari terjadi gerhana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
lalu beliau mengutus penyeru mengajak orang-orang berkumpul untuk shalat,
kemudian beliau berdiri shalat empat ruku' dalam dua raka'at dan empat
sujud". [H.R. al-Bukhari: 1066 & Muslim: 2131]
Maka sholat gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) dilakukan dua rakaat dengan empat ruku dan empat sujud, bacaan surat setelah Al Fatihah di masing-masing rakaat dipilih dari surat-surat panjang. Sujud dan ruku' disunnahkan untuk diperlama durasinya.
Infografis pinjam republika:
Info mengenai gerhana bulan total yang bersamaan dengan fenomena supermoon ini memang sudah bisa diakses jauh hari. Eh ndilalah pas menjelang Maghrib hujan turun deras sekali. Sampai waktu Isya juga mendung menggelayut di langit sehingga bulan yang seharusnya sudah mulai gerhana tidak tampak.
Edaran resmi dari MUI untuk menganjurkan sholat gerhana juga tersebar di media-media sosial. Undangan dari dewan takmir masjid juga disebar dari rumah ke rumah dan melalui posting FB dan IG. Tetapi imam dan khatib sekaligus penasihat Masjid Al Ukhuwwah, Ustadz Ahmad Habibul Muiz memegang pendapat yang berdasarkan hadits bahwa sholat gerhana dilakukan jika terlihat gerhana.
(catatan: ada pendapat ulama yang memperbolehkan sholat gerhana meski mendung atau hujan karena penentuan terjadi gerhana dibantu teknologi, seperti pendapat tentang penentuan 1 Romadhon dan 1 Syawwal secara hisab. Jadi masalah fiqih ga usah diperdebatkan lagi yang penting dijalani sesuai keyakinan Lillahi ta'ala )
Qodarullah usai sholat Isya berjamaah kok mendungnya menyingkir. Beberapa saksi memantau langit dan gerhana mulai tampak. Maka kami pun sholat khusuf mulai sekitar jam 19.50 WIB.
Usai sholat para jamaah mendengarkan khutbah dengan tertib
Ustadz Habib mengemukakan beberapa poin dalam khutbah kali ini
1. Pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat sehat. Manfaatkan kesehatan itu untuk
meningkatkan ketaatan.
2. Gerhana hanya fenomena alam, bukti kebesaran Allah. Jangan terjebak tahayul. Gerhana tidak ada kaitan dengan kelahiran atau kematian seseorang atau hal-hal lainnya.
3. Apa yang disunnahkan dikerjakan saat gerhana:
Kerjakan sesuai sunnah/hadits Nabi:
"Sesungguhnya matahari dan
bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak
terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal
tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan
bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Maka yang bisa kita lakukan adalah:
1. Berdoa. Termasuk di dalam pengertian berdoa adalah mendirkan sholat sunnah gerhana.
2. Perbanyak takbir. Karena berseru melihat keagungan Allah.
3. Perbanyak sedekah
4. Beristighfar. Menyaksikan keagungan Allah mengingatkan kembali betapa lemahnya manusia. Teringat akan dosa-dosa dan menyegerakan bertaubat.
Dan melakukan amalan-amalan shalih lain seperti memperbanyak berdzikir dan membaca Al Quran.
Pada Khotbah kali ini pak Ustadz juga mengingatkan bahwa hidup manusia teramat singkat.
‘Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun
menurut perhitunganmu.’ (Q.S. Al-hajj:47)
mengutip perhitungan hidayatullah.com:
1 hari akhirat = 1000 tahun di dunia
24
jam akhirat = 1000 tahun di dunia
3
jam akhirat = 125 tahun di dunia
1,5
jam akhirat = 62,5 tahun di dunia
Apabila
umur umat Nabi Muhammad rata-rata 60 tahun (kalau lebih berarti bonus), maka hidup manusia ini jika dilihat
dari sisi Allah hanyalah 1,5 jam saja.
Kelak ada saat kembali ke haribaan Allah dan mempertanggungawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia. Apakah yang harus dipertanggungjawabkan?
"Dari Abu Barazah A-Islami berkata, Rasulullah
saw bersabda, "Kedua kakinya seorang hamba besok di hari kiamat tidak akan
terpeleset sehingga dia ditanyai tentang empat hal:
(1) Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan.
(2) Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan.
(3) Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh. (ahli tafsir juga ada yang memaparkan bahwa pertanggungjawaban harta ini juga meliputi dibelanjakan untuk apa saja)
(4) Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan." (HR Tirmidzi dan berkata: hadis tersebut Hasan-Sahih)
(2) Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan.
(3) Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh. (ahli tafsir juga ada yang memaparkan bahwa pertanggungjawaban harta ini juga meliputi dibelanjakan untuk apa saja)
(4) Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan." (HR Tirmidzi dan berkata: hadis tersebut Hasan-Sahih)
Kembali ke pelaksanaan sholat jamaah Isya (dan gerhana). Jamaah kali ini luber, nggak seperti jamaah sholat fardhu biasanya. Kadang kalau Isya' barisan wanita hanya satu shaf tidak penuh, pernah cuma 2-4 orang saja. Prianya rata-rata 2-3 shaf. Tapi saat gerhana kali ini jamaah sholat luber sampai ke teras, seperti suasana tarawih.
Andai hujan turun deras, gerhana tak terlihat dan batal melaksanakan sholat gerhana, apakah rugi datang ke masjid memenuhi undangan? Ya Nggak lah. Sebenarnya setiap adzan dilantunkan itu kan "undangan" alias panggilan untuk sholat, bagi laki-laki "diwajibkan" berjamaah. Jadi ya ga rugi dong. InsyaAllah jeals dapat pahala jamaah Isya'. Dalam hadits disebutkan bahwa kalau saja orang munafik tahu pahala sholat subuh dan Isya berjamaah maka merangkak pun akan dijalaninya.
"Shalat terberat bagi orang-orang munafik
adalah shalat Isya' dan Shubuh berjamaah di mesjid. Padahal seandainya mereka
mengetahui pahala pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya
walaupun harus merangkak."(HR Ahmad).
Al Ukhuwwah, malam gerhana 31 Janauri 2018 |
Saya niat banget mengabadikan SuperBlueBlood Moon yang konon hanya terjadi dalam kurun waktu 150 tahun sekali. Sampai dibelain bawa Hape ke masjid. Nyatanya seperti meme konyol tentang ekspektasi dan kenyataan.
Ekspektasi: (foto diambil dari internet)
Kenyataan:
Sungguh "menyakitkan" #tears
Makanya saya pinjam foto DTM AL Ukhuwwah untuk melengkapi postingan (sudah izin loh). Baru pas subuh bisa ambil foto Supermoon yang pulang ke peraduan.
Hasil Jepretan Infinix, depan rumah |
No comments:
Post a Comment