Judul : Bukan Pangeran Kodok
Penulis : Shabrina WS dkk
Penerbit : Sheila (Imprint Penerbit Andi)
Genre : Antologi Cerpen Teenlit
Cetakan Pertama : 2013
Tebal : 226 halaman
ISBN : 978-979-29-2136-6
Antologi cerpen semakin jarang ditemui belakangan ini. "Bukan Pangeran Kodok" berhasil mencuri perhatian di tengah maraknya novel ala K-Pop dan novel-novel teenlit atau chicklit. Antologi Cerpen bergenre teenlit yang merupakan hasil audisi cerpen dari grup kepenulisan Be A Writer ini berisi limabelas cerpen dari penulis berbeda-beda. Baik berbeda dari usia maupun gaya menulisnya.
Masa remaja adalah masa mencari jati diri. Ababil alias ABG Labil adalah julukan yang sering disematkan pada para remaja yang sering bingung menemukan jati dirinya. Riuhnya dunia remaja rupanya menarik para penulisnya untuk menuliskannya dalam jalinan kisah fiksi. Tema yang diusung dalam Bukan Pangeran Kodok sangat beragam. Dari cerpen bertema jatuh cinta ala cinta monyet hingga keprihatinan akan remaja yang terlalu terobsesi dengan bentuk tubuh ideal. Dari kisah-kisah yang menguras air mata hingga cerita jenaka yang membuat pembaca tertawa-tawa. Remaja sering berkata bahwa cinta itu rumit. "Saat kau merasa cinta menjadi rumit, maka cobalah berkompromi dengan kejujuran perasaanmu yang terdalam" ~ Binta Al Mamba dalam Bukan Arjuna.
Jejaring Romansa karya Keenan Naura menyinggung penggunaan sosial media di dunia remaja. Demam facebook tak hanya melanda kawula muda namun juga orang-orang dewasa. Tak bijak dalam menggunakannya bisa menyebabkan banyak masalah layaknya senjata untuk bunuh diri. Sosmed yang sedianya dimaksudkan untuk menjalin komunikasi, korespondensi dan silaturahim ternyata bisa berubah menjadi “senjata mematikan” untuk mencemarkan nama baik seseorang. Seperti yang dialami Anne si gadis remaja yang galau karena seseorang telah membajak facebooknya dan memposting status tak senonoh serta foto-foto masa lalu. Bagaimana Anne menemukan pelakunya?. Senada dengan Jejaring Romansa, Lima Ratus Kilometer membidik tema yang sama. Membaca Lima Ratus Kilometer mengingatkan kembali berita-berita tentang gadis-gadis remaja yang menghilang setelah nekad kopdar dengan kenalannya di dunia maya. Apakah hal yang sama akan terjadi pada Anisa?
Cenderawasih Patah Sayap karya Nila Kaltia. Mengisahkan seorang Celeste, gadis belasan tahun dari bumi Papua. Kepeduliannya yang begitu besar terhadap kelestarian lingkungan di Irian menarik perhatian seorang ilmuwan dari mancanegara. Sang ilmuwan bahkan menawari Celeste untuk melanjutkan sekolah di negeri Paman Sam hingga meraih gelar sarjana. Ben, teman dekat yang sangat mengaguminya mendukung rencana tersebut meski hatinya mulai khawatir akan kehilangan Celeste Lalu mengapa sang Cenderawasih harus patah sayap ?
Cinta Salah Tempat cerpen Linda Satibi menceritakan khas remaja yang sedang jatuh cinta. Tapi jika jatuh cinta pada orang yang jauh lebih tua apakah memang selalu menjadi “cinta salah tempat ?” ikuti kisah Feny yang harus jatuh bangun demi cinta pertamanya. Kutunggu Kau Di Sini karya Santi Artanti mengusung tema yang hampir sama namun dalam kemasan berbeda yang sama menggigitnya.
Dia Yang Kembali Tersenyum karya Riawani Elyta memotret fenomena opini tentang “tubuh ideal” yang salah kaprah. Beberapa waktu lalu dunia mode mendapatkan sorotan dari khalayak ramai. Gadis-gadis model usia belasan yang tampil super kurus menuai protes dari berbagai pihak. Kabarnya untuk mempertahankan tubuh super kurus para supermodel harus rela melakukan diet ketat. Salah kaprah tentang tubuh ideal ini juga merasuki dunia remaja. Bulimia anorexia menjadi fenomena. Demi mendapatkan berat badan yang diinginkannya memuntahkan kembali makanan yang telah dilahap seolah menjadi kebiasaan. Adakah dengan diet mati-matian Diandra berhasil mewujudkan obsesinya pada Ronald sang cowok idola sekaligus menjadi covergirl sebagaimana impiannya ?
Kita, dan Rasa Yang Diam-Diam karya Arul Chandrana mengupas dunia remaja dari sisi sang jejaka. Berbeda dengan empat belas cerpen lain yang memilih tokoh utama adalah gadis remaja, Arul memilih kisah perjaka yang berusaha menggagalkan hubungan remaja pria lain dengan sang sahabat yang diam-diam dicintainya. Ending yang tak terduga mungkin akan membuat pembacanya tersenyum-senyum mengingat kembali cinta monyet kala masih ingusan. Senyum yang sama akan terukir saat membaca Just Friend karya Vita Sophia Dini. Cerpen jenaka tentang bagaimana Abe mati-matian mengumpulkan receh demi receh hanya untuk mengajak Betty, cewek idolanya jalan-jalan menikmati akhir pekan. Apakah gayung akan bersambut ?
Tongkat Bambu Kuning Ayah menyeruak di sela kisah-kisah remaja yang jenaka, penuh canda tawa dan segala tantangannya. Nyi Penengah Dewanti berhasil menghadirkan dunia remaja yang mungkin tampak tak seindah remaja-remaja lainnya. Bahkan demi membeli seragam sekolah sang ayah harus rela bersusah payah di sawah dengan satu kakinya yang timpang. Namun justru hidup dalam penderitaan menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi Ajeng serta kedua adiknya Kinan dan Rinjani. Kisah memilukan juga dialami Ayu dalam Metamorfosis Cinta karya Nda Syahdu. Berbeda dengan kisah pilu Ajeng yang tak menyurutkan langkah demi meraih cita-cita. Kisah pilu Ayu “Metamorfosis Cinta” disebabkan oleh salah langkah dalam pergaulan. Hal tabu yang seharusnya tidak dilakukan membawanya dalam jurang kehancuran.
Little Heartbeat for Little Friend karya Sari Yulianti dan Bukan Arjuna tulisan Binta Al Mamba mengisahkan ketertarikan pada lawan jenis yang “berhasil dikelola” menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik bahkan menjelma menjadi cemeti agar meraih prestasi. Zidan dan Asri dalam Little Heartbeat for Little Friend serta Junaidi dalam Bukan Arjuna adalah sosok-sosok generasi muda yang kreatif dan menjadi patut menjadi teladan bagi remaja seusia mereka. Junaidi memang sosok sederhana dia bukan Arjuna dan mungkin tak setampan Shaheer Sheikh pemeran Arjuna dalam serial Mahabharata yang ditayangkan sebuah TV swasta tetapi ada sesuatu yang membuat Arin jatuh hati kepadanya.
Dunia remaja tidak hanya tentang cinta monyet dan hiruk pikuk dunia sekolah. Ade Anita mengangkat tema tentang bagaimana seorang Dewi berjuang mengalahkan sifat bawaannya yang sering gugup ketika menghadapi permasalahan. Uniknya perjuangan Dewi mengalahkan kegugupannya dalam My Name Is Dewi justru terinspirasi dari momen bermain-main escalator di mall-mall bersama teman-tema gadisnya. Jika Dewi berjuang mengalahkan kegugupan maka Gadis Simpul karya Syila Fatar mengisahkan tentang perjuangan Leyla menemukan pencuri cabe siap panen yang membuat ayahnya menderita kerugian besar. Berhasilkan keahlian simpul menyimpul tali yang dipelajarinya dalam Pramuka menangkap pencuri tersebut ?
Bukan Pangeran Kodok karya Shabrina WS menutup antologi cantik ini. dan sangat tepat dipilih sebagai judul antologi. Ketika jatuh hati atau mendambakan cinta seringkali remaja kehilangan akal sehatnya. Katak yang kesasar masuk kamar pun bisa disangka pangeran yang dikutuk menjadi kodok. Uniknya dalam Bukan Pangeran Kodok kehadiran si katak yang nyasar mampu mengalihkan obsesi Vivin untuk memiliki kekasih. Apa benar Vivin terobsesi pada kodok dan berharap Bufo, katak piaraannya kelak berubah menjadi pangeran ? silahkan dibaca dan mendapatkan pelajaran betapa pentingnya pengetahuan remaja akan kekayaan flora dan fauna di bumi kita.
Antologi Bukan Pangeran Kodok bukan sekedar kumpulan cerpen tentang serunya masa remaja. Kisah-kisah yang terangkum di dalamnya mampu mengusik, menginspirasi menjadi bahan pertimbangan sebelum melalukan sesuatu hal. Antologi ini tak hanya layak dibaca para remaja namun menjadi buku yang mencerahkan orangtua. Salah satu daya tarik antologi ini terletak pada quote-quote cantik di setiap cerpennya. Cinta dan dunia remaja memang ajaib. Adakala perhatian sang remaja akan terpusat pada sesuatu yang menjadi obsesinya. Seperti quote Shabrina WS
“Cinta itu ajaib. Dia Bisa mengalihkan duniamu Bahkan seekor katak pun bisa membuatmu lupa akan pangeran impianmu”
kayanya ini seruu deh mau baca juga
ReplyDelete