catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Wisata Gunung Kelud dan Spot Instagramable Yang Yahud

Wisata Gunung Kelud, sering dengar namanya tapi belum pernah ke sana. Ngobrolin Kelud yang teringat adalah debu vulkanisnya yang mewarnai halaman rumah saat ia batuk tahun 2014 lalu. Padahal Sidoarjo-Kediri cukup jauh dan Gunung Kelud bisa dibilang tidak terlalu tinggi.
Kali ini, qodarullah ada kesempatan ke Gunung Kelud karena si Papa niat menyenangkan hati si sulung yang sedang liburan pondok. Jadilah bertepatan dengan hari libur Maulud Nabi Sabtu 9 November 2019,  kami nekad menyewa mobil ke gunung setinggi 1731 meter yang terletak di antara perbatasan Kediri, Blitar dan Malang. Karena kami tinggal di Sidoarjo, maka jalur paling dekat adalah melalui Kediri. Rutenya ikut apa kata google map, alhamdulillah petunjuknya tidak menyesatkan dan si Papa sebagai sopir juga paham cara menggunakan dan membaca google map. Rute yang kami ambil dari Sidoarjo adalah:

Masuk tol Waru (kami dari pintu Karangpilang) - Turun tol Mojokerto -pertigaan Koramil Mojoagung belok kiri ke arah Wonosalam - Sumber Rejo- pertigaan Sumberboto Jombang belok kanan menuju Bareng - pertigaan pasar Bareng belok kanan - Ngoro - Kandangan - lewat jalan menuju Pare sampai pertigaan Wates belok kiri terus aja ke arah Kelud.


Rute yang kami pilih ini membutuhkan waktu tiga jam dari rumah hingga tiba di tempat parkir mobil di lahan Wisata Gunung Kelud. 
Jika ingin melanjutkan perjalanan hingga ke bibir kawah yang eksotik ada dua pilihan: mendaki atau naik ojek dengan tarif yang ditentukan untuk perjalanan PP.  Berapa tarif ojeknya? Antara 40-50 ribu rupiah untuk perjalanan pulang dan pergi. Sistemnya pakai tiket PP yang bisa dipakai untuk berangkat dan kembali dengan ojek yang berbeda. Jadi pak ojeknya tidak perlu menunggu penumpang hingga ia selesai foto-foto atau sekadar menikmati pemandangan di sekitar Kawah. Puas-puasin di lahan sekitar Kawah lalu tinggal lapor ke komandan ojek yang membawa buku absen jika ingin turun ke pos ojek di bawah.

Berapa kira-kira biaya yang harus disiapkan untuk berkunjung ke Kelud? tergantung moda transportasi dan cara mendakinya.
Kalau biaya yang kami keluarkan:
- Sewa mobil 200ribu
- Bensin 150 ribu
- Tol PP sekitar 80 ribu
- Tiket masuk kawasan Kelud 10rb x 4 (hari senin-jumat non libur nasional harga tiketnya 5 ribu rupiah)
- Tiket mobil  2000 rupiah
- retribusi parkir 3000 rupiah
- Ojek 40 ribu x 4 (karena nego harga rombongan yang biasanya minimal 5 orang)

Ke Kelud bawa motor sendiri juga bisa, meski tempat parkir motornya masih cukup jauh dari kawah. Harap diingat, yang bisa sampai ke Kawah hanya kendaraan ojek dan para pejalan kaki (pendaki). Saya mah udah nggak kuat kalau disuruh jalan mendaki. Meski ternyata naik ojek sampai Kawah cukup membuat Adrenalin terpacu juga. Medannya ekstrem kawan-kawan, namanya juga jalan menuju puncak gunung, lerengnya curam, meski hebatnya sebagian jalan sudah dipasang beton cor-coran untuk membantu memuluskan langkah pendaki dan kelancaran para pengojek.

Sepanjang perjalanan kita disuguhi pemandangan yang menyejukkan mata, tetapi saya ngga berani mengabadikan pakai kamera handphone saat motor sedang melaju. Saya menyibukkan diri dengan berdoa, berharap mudah-mudahan bisa tiba di Kawah sampai balik ke rumah dengan selamat hehehe. Setelah menempuh rute terjal, curam, naik turun dan tikungan tajam, kami bertemu jalanan berbatu yang cukup menguras konsentrasi dan tenaga bagi yang melewati. Jalan kaki atau naik ojek harus hati-hati agar tidak tergelincir di bebatuan yang mengerikan. Kemudian melintas terowongan sepanjang kurang lebih 150 meter. Dengung motor di dalam terowongan terdengar seperti teriakan wanita. Duh mendebarkan!


Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Kawah. Dan bisa menyaksikan puncak Sumbing sebagai salah satu spot instagramable di Kelud. 


Di area Puncak Gunung yang cukup luas, si mas dan adiknya bisa bergaya ala-ala levitasi. Emaknya sudah gak mungkin lah hiihihi.


Menurut pak ojek yang mangkal menunggu penumpang turun, pangkalan ojek di puncak ini dahulunya tidak ada. Baru bisa dipasang semacam peneduh di sekitar irigasi aliran lahar setelah Kelud meletus pada tahun 2014 sehingga sebagian wilayah puncaknya rata dengan tanah dan berbentuk datar. 


Salah seorang pengunjung bercerita banyak perubahan sejak ia terakhir ke Kelud entah tahun berapa. Menurut ibu itu dahulu dataran tinggi di sekitar puncak Kelud sangat hijau. Saya baca di artikel media online memang Kelud termasuk salah satu gunung yang lerengnya menjadi korban kebakaran di kemarau panjang. Namun kesan eksotisnya tidak hilang. 



Jika berkunjung kemari, jangan sia-siakan waktu untuk mengabadikan Kelud dan spot instagramable yang yahud. Dan jangan lupa untuk selalu mencintai alam, jangan membuang sampah sembarangan atau merusak tatanan agar bumi yang semakin menua tidak semakin kalut.

Share:

No comments:

Post a Comment

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.