Bergerak lah Nak, karena dalam pergerakan ada kebarokahan.
Air jernih yang mengalir dan berbagi kebaikan pun lebih baik daripada air jernih yang diam dalam ketidakpastian.
Bersabarlah Nak, dalam menghadapi segala bentuk ujian dan tantangan.
Sebab pemenang kehidupan bukan sosok-sosok yang nyaman dibuai kemudahan namun mereka yang lulus dalam pengabdian kepada Tuhan.
Sebab nahkoda yang tangguh ditempa oleh samudera yang bergemuruh.
Semoga di setiap waktu, kau selalu ingat pesanku untuk memperbanyak sholawat dan istighfar sebagai penolongmu.
It's your day dear.
Hope you always remember,
All goodness into your prayer.
Tulisan itu kusematkan pada laman FBku hari ini, 8 Agustus 2018. Seperti syair rabithoh, doa dan pengikat hati untuk mendekatkan diriku dan sulungku kepada Illahi.
Sudah 14 tahun usianya kini. Dan semoga ia istiqomah menuntut ilmu, menyiapkan diri sebagai imam keluarga dan suami, generasi muda bangsa ini dan pejuang Islam di jalan yang Dia ridhoi.
Kali ini aku ingin menulis agar aku selalu ingat, tak hanya memaksanya untuk mengingat pesanku. Aku iingin merangkum celotehan-celotehanmu yang lucu, spontan saat liburan semester tahun lalu.
"Ma, aku belum pernah cerita ya, dulu di SD aku pernah diikutkan lomba tapi kalah. Aku sedih sekali. Sekarang aku menang juara dua lomba adzan dan dapat piala wuaaahhaa rasanya senaaang sekali" Ah kau memang hobi ikut lomba. Dulu pas masih TK pernah ikut lomba mewarnai tapi BT karena kelamaan di ruang lomba haha.
Wah Nak, antara ingin tertawa sekaligus menangis haru. Ternyata kanak-kanak pun bisa menyimpan rasa sedih dan kecewanya sendiri. Lalu bertahan untuk menanti dengan penuh keyakinan bahwa kelak keinginanmu akan tercapai. Betapa sering sebagai orang tua Mamamu ini hanya paham cara memerintah, jarang mendengarkanmu berkeluh kesah. Dan selalu mentuntutmu untuk menjadi lebih baik. Padahal diriku sendiri belum tentu ibu yang baik. Serasa menjadi orang tua yang maunya pokoke beres. Tanpa mau menyempatkan diri mendengar apa yang ada di pikiranmu.
"Mama ini lucu, dulu berhenti kerja katanya mau nemenin aku, sekarang aku dipondhokkan, salahku itu apa" Hahaha aku hanya bisa tertawa geli, lalu diam-diam menyimpan sedih yang berbalut rasa syukur dalam hati. Geli dengan kicauanmu, sedih karena memang kita tak bisa sering-sering berkomunikasi. Syukur karena engkau menjadi sosok yang lebih baik kini. "Kamu lupa ta Mas, lak dulu Mama sering dilabrak tetangga karena kamu menjahili anak mereka. Lalu Mama bersumpah akan memondhokkanmu agar jadi anak yang lebih baik, mandiri dan mengisi waktu senggangmu dengan aktivitas yang bermanfaat, daripada ngusilin orang dan kamu dicap sebagai anak jahat"
Lalu kita pun tertawa bersama.
Foto capel dan kelas 1 |
MasyaAllah Nak, begitu banyak perubahan positif yang kulihat sejak kamu jadi santri. Betapa kamu mampu membalikkan cemoohan mereka yang menganggapmu sebagai biang onar belaka. Semoga istiqomah ya Nak, menuntut ilmu di pesantren bukan sekadar "tidak jadi anak nakal" tetapi mampu menjadi manusia berakal. Jauh dari orang tua agar lebih mandiri dan dewasa, serta memperbanyak mengingat kami dalam doa-doa. Bahkan doaku untukmu terasa lebih mengalir setiap saat, dibandingkan saat engkau dekat.
Semoga Allah senantiasa menuntunmu ke jalan yang benar. Tetaplah istiqomah belajar. Dan kelak siap menjadi seorang pengajar. Pengajar pada jalan kebaikan. Pengajar ilmu-ilmu yang diridhoi Sang Pemilik Kehidupan. Pengajar tentang arti kesabaran, bahkan pada orang tuamu yang tak pernah lelah untuk mendoakan.
Kelas 2 kenangan bersama ustadz |
Kelas 3 dengan teman lama dan baru :D |
Keren Mba mondokin anaknya, soalnya biasanya ortu yang kangen ya. Tapi demi kebaikan anak ya :)
ReplyDelete