catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Seberapa Penting sih Menyiapkan Dana Darurat?

Tempo hari saya membaca sharing status seseorang di beranda FB. Tentang dana darurat yang diperbincangkan dua orang. si A mengalokasikan sebagian besar penghasilannya (setelah dikurangi biaya-biaya pokok kehidupan) si A berpendapat bahwa dana darurat wajib disiapkan semaksimal mungkin, apalagi untuk dana darurat biaya perawatan saat sakit. Sedangkan lawan bicaranya, si B mengaku hanya menyisihkan sedikit sekali pendapatannya untuk dana darurat, ia lebih memilih bersenang-senang (bukan berhura-hura loh ya) bersama keluarganya. Dengan anggapan jika keluarganya senantiasa, maka akan selalu sehat. Lagipula hidup seharusnya dinikmati, penghasilan boleh ditabung, tapi masa' iya harus dihabiskan untuk biaya perawatan. Rasanya seolah susah-susah ngumpulin duit ternyata buat mengatasi kesusahan di kemudian hari.

Dari dua pendapat ini mana yang benar?

Bagi saya baik si A dan si B tidak ada yang salah. Tetapi paling aman adalah mencari pertengahan. Saya berkata demikian sebab sudah merasakan sendiri betapa pahitnya hidup ketika pendapatan rumah tangga benar-benar terhenti saat suami di PHK dan jobless selama berbulan-bulan. Sedangkan kami tak memiliki dana darurat untuk dimanfaatkan. Tapi Alhamdulillah, juga nggak sengsara level dewa sampai misalnya jual rumah segala. Masih terbantu dengan voucher belanja di berbagai swalayan hadiah quiz yang sempat terkumpul hingga 1,5 juta. Masih tertopang penjualan hadiah-hadiah quiz mulai helm sampai sprei, bisa buat belanja sehari-hari.

Tapi, kalau terlalu fokus ke dana darurat memang bisa stress sendiri. Pikiran jadi penuh. Mikir, duh gimana ya kalau tiba-tiba harus rawat inap penyakit serius yang dananya nggak dicover BPJS, kudu nabung lebih banyak nih. Lain waktu mikir, duh kalau rumah tiba-tiba runtuh atapnya, terbelah temboknya duit apa buat biaya perbaikan. Duh, biaya sekolah cukup apa nggak ya. Lalu terus berpikir, berpikir, menabung lebih keras, sampai mungkin di luar batas kewajaran. Bahkan sampai ogah untuk berbagi dan bersedekah demi kemanusiaan. Padahal stress adalah sumber dari segala penyakit bukan?



Intinya, dana darurat penting toh? penting banget. Tapi yang nggak kalah penting juga adalah kelapangan dada, kejernihan pikiran dan kesiapan mental menghadapi kondisi darurat. 

Jika memang penting, berapa banyak dana darurat yang perlu disiapkan? Para penasihat keuangan menyarankan setidaknya kita memiliki dana darurat sebesar pengeluaran pokok selama 6 bulan - 1 tahun. Jadi jika misalnya kebutuhan pokok tiap bulan menghabiskan biaya 2 juta rupiah, idealnya seseorang atau keluarga memiliki simpanan dana darurat sebesar 12 - 24 juta rupiah. Tapi kalau pun nggak bisa menyisihkan sejumlah nominal ideal menurut para pakar, yang penting adalah simpanan duit dikit-dikit untuk kondisi darurat.

Bagaimana bentuk dana darurat? Kalau menurut saya sih terserah. Bisa dalam bentuk tabungan, deposito, perhiasan atau unit reksa dana. Bahkan kalau dipikir-pikir, waktu kami butuh banget kala itu, sebenarnya dana darurat kami adalah dalam bentuk barang-barang yang bernilai ekonomis. Voucher belanja, peralatan elektronik, helm, sprei baru hadiah quiz.

Tapi susah nih menyisihkan pendapatan untuk dana darurat. Ya diingat-ingat dulu deh, susahnya bisa karena pendapatan yang super pas-pasan, atau susah mengerem kebiasaan belanja karena lapar mata, karena didorong keinginan, bukan kebutuhan.

Meski ngga banyak, dan penghasilan saya pas-pasan. Sejak kondisi finansial yang super morat-marit itu saya makin rajin menyisihkan penghasilan. Kira-kira jika dirangkum dalam tips, begini tips mempersiapkan dana darurat:

1. Segera sisihkan dana darurat yang bersumber dari sebagian dari pendapatan. Transfer ke rekening yang tidak memiliki ATM atau mobile banking dan internet banking. Aman dah dari "penggarongan" alias kalap belanja online dengan alasan mumpung lagi diskonan.

2. Cari penghasilan tambahan. Saya nih jualan bawang goreng, hasilnya recehan tapi saya kumpulin sampai 1 juta rupiah lalu dibeliin unit di reksa dana. Eh sebulan udah nambah aja harga per unitnya. 

3. Kumpulin uang kembalian belanja

Recehan koin kalau dikumpulin bisa dapat lumayan loh. Anggaplah ngumpul 600 ribu dalam sebulan, bisa dibeliin anting bayi segram.

4. Niatkan untuk kebaikan

Kalau menyiapkan dana darurat, sebisa mungkin niatnya mengandung vibe positif. Misalnya, dana darurat ini buat nambah-nambah biaya kuliah anak-anak atau buat nambah-nambah ongkos haji furoda. Atau bisa juga untuk persiapan beli property. Sebab kalau mikirnya : dana darurat ini buat persiapan kalau di PHK, persiapan kalau sakit keras. waah semacam menarik vibe negatif gitu.

Itu aja sih menurut saya. Dan rasanya perlu diingat juga, jangan sampai karena menyisihkan pendapatan untuk menyiapkan dana darurat eh kita jadi enggan berderma, infaq sedekah atau berzakat. Nggak gitu 'kali, nabung ya nabung tapi jangan sampai pelit banget kayak orang linglung. Yakin deh, saat menghadapi kondisi darurat, insyaAllah sedekah-sedekah yang kita keluarkan secara ikhlas adalah  salah satu penolong kita, nggak hanya di dunia tapi juga di akherat. Semoga sharing sederhana tentang seberapa penting dana darurat ini bisa bermanfaat.



Share:

No comments:

Post a Comment

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.