catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Menulis untuk Menjaga Kewarasan, Mengapa Tidak?

Hari ini saya mendapat pelajaran penting. Bukan hanya satu, tetapi dua pelajaran sekaligus, tentang pentingnya menjaga kesehatan mental bagi perempuan. Keduanya membuat saya merenung, betapa menjaga kesehatan mental tak kalah penting dengan menjaga kebugaran fisik.

Writing for mental health, otak-atik Canva


Pagi-pagi sekali, saya dan teman-teman satu kelompok pengajian berkunjung ke salah satu teman yang sedang dilanda musibah. Tujuan dan maksud kunjungan kami adalah untuk memberikan dukungan dan hiburan. Kunjungan 1.5 jam itu membekas di hati saya sebab dia mengungkapkan hal yang selama ini belum pernah kami dengat. Dia mengaku bahwa dulu pernah berada di level trauma psikis yang nyaris mengharuskannya mengonsumsi obat penenang dan obat syaraf lainnya. Meski tak menceritakan penyebab trauma psikisnya, dia bercerita sambil berurai air mata bahwa begitu parahnya trauma psikisnya, ia bahkan menggigil jika harus bertemu sosok yang menyebabkan gangguan psikisnya.
"Bukan gila Bu, tetapi psikater saya mengatakan bahwa kejiwaan saya terganggu, dan kondisinya sudah beda tipis banget dengan orang yang wajib diobati dengan berbagai pil" paparnya. 
Namun dengan terapi secara teratur, dan yang utama adalah ia menyibukkan diri dengan memperdalam ilmu agama, mendekatkan diri kepada Allah maka ia jadi lebih kuat menjalani hidup. Tetapi si teman tersebut juga mengaku bahwa prosesnya berusaha sembuh dari traumatis psikologis itu membuatnya menjadi pribadi yang sangat kaku dan keras kepala. 

Di sisi lain, hari ini saya membaca artikel yang memuat kisah Britney Spears yang membuat pengakuan di memoarnya "a Woman in Me" Bahwa ketika masih bersama Justin Timberlake ia pernah melakukan aborsi dengan alasan Justin tidak bisa menerimanya dan mendorongnya untuk mengugurkan kandungan. Britney mengaku bahwa usai melakukan aborsi ia tidak merasa lebih baik tetapi semakin merasa terpuruk. Penggemar lagu-lagu pop era awal tahun 2000-an mungkin sebagian telah paham masa lalu Britney yang kelam. Ia pernah divonis mengalami gangguan kejiwaan sehingga pengadilan memutuskan Britney dinyatakan tidak mampu mengelola finansialnya sendiri dan hak mengatur keuangannya diserahkan kepada sang ayah. Ia pernah menikah tiga kali, pernikahan pertamanya hanya berlangsung 55 jam dan kemudian dibatalkan. Pernikahan kedua berakhir dengan dua anak dan hak asuh jatuh ke tangan suaminya. Selama perjalanan karirnya, Britney lekat dengan kisah-kisah kontroversi, termasuk ketergantungan pada obat-obatan terlarang.

Saya menghela nafas dan mencerna dua kisah yang bertolak belakang berkaitan dengan kesehatan mental dua sosok perempuan. Selama ini tidak banyak yang menyadari bahwa menjaga kesehatan mental adalah sebuah kewajiban. Bukankah dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat? namun kenyataannya kita lebih fokus pada menjaga kebugaran tubuh daripada menjaga kewarasan mental. Barulah ketika propaganda mental awareness didengungkan beberapa waktu belakangan masyarakat mulai menyadari pentingnya merawat mental health. Tidak hanya kasus kisah kelam selebriti karena gangguan kejiwaan seperti yang menimpa Britney, tetapi belakangan semakin banyak kasus ibu yang membunuh bayi karena merasa terganggu, orang bunuh diri karena merasa patah hati sebab dibully, orang mudah naik darah dan membunuh teman atau keluarga sendiri sebab sakit hati dan berbagai kasus lain. Di sinilah kita kembali diingatkan pentingnya merawat kesehatan mental. 

Tips Merawat Kesehatan Mental

Bagaimana cara merawat kesehatan mental? beberapa hal berikut bisa menjadi acuan:

1. Mendekatkan diri kepada Allah

Sebagai orang beriman tentu yakin bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah. Seperti nasehat seorang ustadz yang menganalogikan bahwa jika ingin naik pangkat maka harus berbuat baik, berprestasi di hadapan atasan, mengapa kepada Pemilik Dunia tidak berbuat yang lebih baik. Namun di sisi lain kita juga harus berlapang dada, bahwa ada kalanya ujian kenaikan pangkat di hadapan Allah itu berupa ujian kesusahan. Di saat susah itulah kesungguhan kita meraih keridhoan Allah diuji dengan dahsyat, apakah kita akan memegang teguh keimanan atau mengalami penurunan ketaqwaan. Berdoa dan terus berdoa, berupaya melapangkan hati dan memperbanyak mohon ampun adalah iktiar untuk menjaga kewarasan ketika sedang ditimpa ujian

2. Speak up

Meski para pemuka agama menyarankan agar menumpahkan keluh kesah kepada Allah, bukan kepada manusia agar masalah tidak kian membesar, bukan berarti speak up kepada orang yang tepat adalah sebuah pelanggaran. Jika merasa tidak kuat menanggung beban pikiran jangan diam dan terbujuk rayuan setan. Carilah bantuan, speak up (berbicara curhat) pada orang yang tepat, terkadang dengan meluapkan isi hati kepada seseorang yang dipercaya membantu beban berkurang. Jika ingin mendapatkan saran berterus teranglah agar si sosok yang dicurhati bisa memberikan saran terbaik. Jika hanya ingin didengarkan bicaralah dengan jujur bahwa tujuan curhat hanya agar dada yang sesak terasa lapang.

3. Sibukkan diri dengan kegiatan positif

Salah satu cara meringankan beban pikiran adalah dengan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan positif. Sebab dengan sibuk berkarya, bekerja maka pikiran tidak melayang-layang dan berandai-andai. Salah satu kegiatan positif adalah menulis.


Menulis Sebagai Katarsis

Kondisi emosi manusia entah itu marah, sedih, gembira perlu dilampiaskan dengan cara positif. Tanpa pengendalian emosi tindakan meluapkan rasa bisa saja menyakitkan orang lain atau melukai diri sendiri. Untuk meluapkan emosi dengan cara yang baik diperlukan katarsis. Katarsis adalah peluapan emosi atau cara meluapkan emosi atau keluh kesah dan beban di dalam hati secara positif agar tidak menumpuk dan menjadi ledakan yang merugikan.

Menulis bisa menjadi katarsis sebab dalam kegiatan menulis banyak hal positif yang dapat dilakukan:
1. Menulis bisa meringankan beban orang yang ekstrovert maupun introvert.
Tidak semua orang bisa meluapkan perasaannya dengan curhat pada orang lain. Bagi orang ekstrovert dan easy going yang banyak teman mungkin ia tidak kesulitan untuk berbagi cerita, tetapi bagi orang yang tertutup maka ia biasanya memendam permasalahannya. Meluapkan emosi melalui menulis sangat membantu  orang-orang yang tertutup atau tidak mudah mencurahkan isi hati dan kesusahan yang dialami pada orang lain. Padahal ibaratnya isi teko, sebagian harus dituangkan ke tempat lain agar tidak luber dan merusak sekitarnya. Maka menulis adalah media yang tepat untuk curhat.
2. Menulis tidak perlu proses panjang, bisa dilakukan seiring berjalannya waktu dengan perbaikan
Menulis nggak butuh belajar dulu kok. Tulis aja pengalaman dan emosi yang dirasakan seperti menulis di buku harian. Semua orang pasti bisa melakukannya.
3.  Menulis mampu menyeimbangkan pikiran dan perasaan
Menulis adalah salah satu kegiatan yang membutuhkan pemikiran, sekaligus bisa menjadi media meluapkan perasaan. Maka menulis mampu menyeimbangkan keduanya.
4.  Media menulis mudah diperoleh
Ingin menulis di blog, atau status di media sosial ? Bebas aja, bisa dilakukan di media apa saja, bahkan jika hanya sekadar ingin meluapkan perasaan tanpa ingin diketahui orang tuliskan saja isi hati di buku harian atau di media sosial yang disetting private.
5. Menulis membantu mengalihkan dari pikiran berandai-andai
Menulis adalah salah satu bentuk aktivitas positif. Jika telah disibukkan dengan proses menulis maka tak ada waktu untuk melamun dan berandai-andai yang bisa mengakibatkan pikiran buruk merasuk dan merusak.

Jadi, mari menulis demi menjaga kewarasan dan demi menemukan kebahagiaan.





Share:

2 comments:

  1. Berita Britney Spears bikin kaget aku juga mbak yang beberapa hari terakhir ini viral
    Dulu aku termasuk fans dia, udah cantik, pinter nyanyi, berprestasi pula. Teruss nggak nyangka pas udah nikah, kehidupannya berubah gitu, jadi sedih.

    buatku, nulis aku BW kayak gini bisa jadi obat penghilang stress sebenernya, seneng aja kalau main ke rumah maya temen temen blogger yang belum semua pernah dikunjungi.

    ReplyDelete
  2. Wah, tanpa saya sadari, ternyata selama ini saya juga sudah menerapkan menulis untuk menjaga kesehatan mental.

    Dalam pergaulan sehari-hari saya termasuk orang yang pemalu, kemampuan komunikasi verbal pun termasuk kurang baik. Alhamdulillah ada saran menuangkan isi pikiran...

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.