catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

PPKM, Sebuah Cermin

 

Matahari belum terlalu tinggi. Hasan tampak duduk termenung di depan kamar kostnya ditemani secangkir teh pengganti kopi. Pisang goreng crispy buatannya sendiri tampak menari-nari. Entah backsound apa yang dipilih untuk mengiringinya menari, apakah Unstoppable-nya Sia atau Know Me Too Well nya Danna Paola. Ahmad sahabatnya keluar dari pintu kamar mandi yang terletak tak jauh dari petak-petak kamar kost yang mereka tinggali. Secangkir teh panas seolah menatap Hasan dengan pandangan memelas. Teringat meme di media sosial "jangan salahkan aku jika dingin padamu, aku pernah hangat tapi kau acuhkan"


Ahmad dan Hasan adalah anak-anak muda yang hidup di perantauan. Selepas SMA, mereka berdua memilih merantau di kota untuk mengadu nasib. Kota yang katanya tak sekejam ibu tiri, padahal tak semua ibu tiri sekejam ibunya Bawang Putih. Coba tanya Anang tentang Ashanty. Pasti dia jawab “aku sih yes”

Penghasilan Ahmad dan Hasan sebagai pedagang makanan di warung kaki lima cukup lumayan. Mereka mampu menyisihkan uang untuk orang tua di desa dan menyimpan sebagian untuk keperluan masa depan mereka sendiri. Bagaimanapun Ahmad dan Hasan menyimpan harapan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sayangnya pandemi berdampak pada keberlangsungan warung makan mereka. Pembatasan jam operasional karena PPKM berimbas pada penurunan omzet yang cukup drastis.

“San, kok melamun sambil menatap semut merah. Jangan-jangan sebentar lagi kamu menyanyi: malu aku malu pada semut merah yang menatapku curiga” Ahmad menggoda Hasan yang tampak resah

“Huuh kamu ini, aku habis terima video call dari ibu. Dia menangis karena melihatku katanya kok kurus. Nggak gemuk-gemuk sedari dulu” Hasan mendengus “jangan-jangan ibu punya firasat bahwa aku sedang kebingungan karena penghasilan makin tak menentu. Semua ini karena PPKM yang berjilid-jilid mirip novel Harry Potter dengan judul berbeda sesuai tema. PPKM The Sorcerer Stone, PPKM The Chamber of Secrets, PPKM The Prisoner of Azkaban, PPKM The Goblet of Fire dan entah sampai berapa episode ngalah-ngalahin sinetron Ikatan Cinta” sungut Hasan "Belum lagi levelnya naik turun macam Boncabe"

“Sudah-sudah, kamu ngedumel juga nggak akan merubah keadaan. Oooh tentang Ibu, harusnya kamu hibur beliau, nggak apa-apa Bu. Wajar kalau pedagang kaki lima kurus kayak saya. Ada lo yang sejak muda sampai menjabat walikota bahkan pemimpin tertinggi di suatu negara juga tetap kurus toh baik-baik saja” sahut Ahmad

Hasan menyeringai dengan wajah masam. “Kamu itu ya, diajak ngomong serius nggak bisa. Diajak ngomong becanda makin ngegas ngawurnya. Macam nyerahin urusan cari ikan di laut ke mandor tebu kayak Pak Lumhut”

Trus gimana. Aku harus turut susah dan menyesali nasib kita berdua? Ayolah bangkit. Buktikan kalau PPKM ini artinya Pemuda-pemuda Kebanggaan Masyarakat” seru Ahmad sambil mengepalkan tangan

“Siapa yang kamu maksud sebagai pemuda kebanggaan masyarakat? Kita?” tanya Hasan kebingungan. “Ya iyalah, masa’ Harun Masiku? Dia mah udah bukan pemuda, buronan masyarakat pula” tegas Ahmad

“Bagaimana kita bisa menjadi kebanggaan masyarakat sedangkan nasib kita sendiri makin tak menentu” tukas Hasan

 Gini Bro…warung kita memang sepi. Tapi kan kita bisa jualan online. Masih untunglah hape murahan kita dan nggak ada aplikasi filter wajah ini bisa buat internetan. Koneksi internet biar murah bisalah kita sering-sering nongkrong numpang wifi kantor kelurahan biarpun lagi nggak bikin KTP yang entah jadinya kapan

Nah trus, masyarakat bisa bangga sama kita dimananya?” tukas Hasan. “Lho, kita udah bekerja keras dan nggak jadi pengangguran aja sudah bikin bangga kan? Lagipula kalau nantinya jualan online laku keras kita bisa bantu abang-abang ojek online dapat orderan” sahut Ahmad tak mau kalah

“Ah kamu selalu bisa diandalkan. Isi otakmu selalu terang. Curiga nih, jangan-jangan kamu nggak makan nasi, tapi makan sabun yang bikin cemerlang atau ngemil lampu LED yang cahanya benderang” wajah Hasan mulai cerah

“Nah yuk kita mulai cari tahu cara daftar jadi mitra online dan mengoptimalkan jejaring media sosial kita. Jadi punya hape nggak cuma buat siram tanaman di kebun maya atau digoyang-goyang untuk keluar koinnya, emangnya jin lampu Aladin?” gurau Ahmad disambut tawa renyah Hasan.

Beberapa hari kemudian tampak abang-abang gojek hilir mudik antri di gerobak Ahmad dan Hasan di depan kostan. Menu andalan mereka: “Tahu Isi Bukan Tahu-tahu Pergi” dan “Nugget Pisang Siap "2024" + 7976” (mewakili simbol harganya yang sepuluh ribuan) viral di media sosial dan diminati banyak pelanggan.

PS: Cermin ; cerita mini ini pernah saya kirim untuk lomba cerpen di sebuah ormas perempuan, lomba cerpen jenaka bertema bangkit di tengah pandemi, tapi nggak menang haha..jadilah saya copas di blog dengan beberapa editan.

Share:

Mitos dan Fakta Tentang Kusta


Senin, 13 September 2021 saya berkesempatan mengikuti diskusi terbuka Gaung Kusta di Udara Berita KBR. Bicara tentang kusta ingatan saya terlempar ke masa beberapa tahun lalu di kampung halaman. Terbayang wajah mbak Kus, tetangga saya yang juga penderita kusta. Hampir setiap orang menghindari bertemu muka dengannya. Kalau terpaksa harus berurusan, berbincang dengan mbak Kus, rasanya deg-degan dan buru-buru cuci tangan khawatir ketularan. Begitu kuatnya stigma KUSTA adalah PENYAKIT MENULAR mencengkeram masyarakat hingga menimbulkan kecemasan.

Penderita Kusta, Sumber : Pixabay

Tapi apakah benar sedemikian mudah kusta menular? Beruntung saya hadir di diskusi terbuka ini, sehingga bisa tahu jawabnya. Saya menyimaknya dari live youtube Berita KBR yang digelar di Ruang Publik KBR yang bisa disimak di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta, atau live streaming youtube Berita KBR.

                     

Materi acara yang dikemas secara singkat padat dan sangat bernas ini saya rangkum dalam poin-poin penting yang saya sarikan dari pertanyaan yang dilontarkan penyiar Rizal Wijaya dan peserta diskusi terbuka.


Kondisi Kusta di Indonesia Saat Ini

     Pada tahun 2020 tercatat 16.700 kasus kusta di Indonesia. Dibandingkan tahun 2019 ada penurunan kasus yang saat itu terjadi 17.439 kasus. Penurunan kasus ini menurut dokter Febrina Sugianto bisa jadi kabar baik atau kabar buruk. Penurunan ini bisa terjadi karena dua sebab yaitu effort untuk eliminasi kusta tercapai atau screening tidak bisa dilakukan secara rutin karena adanya pembatasan akibat pandemi.

    Menurut data terakhir, 26 provinsi telah mencapai eliminasi kusta dan delapan provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Yang memprihatinkan, kusta ini juga memapar anak-anak, tercatat pada 2019 terdapat kasus 11 persen dari total kasus kusta dan 10 persen pada tahun 2020.

    Mayoritas kasus kusta terjadi di luar Jawa. Hal ini kemungkinan besar terjadi sebab Indonesia terdiri dari 17 ribu kepulauan dengan kondisi sosial geografis yang berbeda. Untuk menuju kantong-kantong kusta masih membutuhkan effort tinggi.

 

Jenis Kusta dan Ciri-cirinya

dr. Febrina Sugianto memaparkan bahwa secara garis besar, kusta dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pausibasiler (PD)

Lesinya lebih sedikit karena jumlah kumannya sedikit, terdapat lesi/bercak di kulit antara 1-5, mati rasa, bisa terbentuk hipopigmentasi yaitu bagian warna yang lebih cerah daripada kulit sekitarnya, misalnya kulit asli warna coklat lalu muncul lesi putih. Ada mati rasa pada bagian yang berwarna, hanya mengganggu satu bagian syaraf misalnya di wajah saja.

2.  Multibasiler (MB)

Di Indonesia banyak kasus MB, jumlah kuman/bakterinya lebih banyak sehingga lesinya muncul lebih dari lima dan menyebar ke seluruh tubuh, distribusi lesi lebih simetris tersebar merata, bisa terjadi di sisi kiri maupun kanan tubuh, mempengaruhi lebih dari satu syaraf, misalnya di kaki kiri dan kanan.  


Mitos dan Fakta Terkait Kusta

Kurangnya pemahaman terhadap kusta menjadi salah satu penyebab masih tingginya kasus penderita kusta di Indonesia. Bahkan Indonesia masih menduduki peringkat ketiga untuk kasus kusta di dunia. Satu hal yang patut disayangkan, sebagian masyarakat masih kesulitan membedakan mitos (hoax) dan fakta tentang kusta.

Lebih lanjut dr. Febrina Sugianto memaparkan tentang mitos dan fakta mengenai kusta.

Hoax/Mitos Tentang Kusta

1.    Kusta adalah kutukan akibat dosa di masa lalu

Hoax atau mitos bahwa kusta adalah kutukan akibat dosa di masa lalu  menyebabkan penderita kusta malu untuk mencari pertolongan. Jangankan mencari pertolongan medis, untuk keluar rumah saja penderita kusta mungkin enggan dan cenderung menutup diri.

2.  Kusta menular dengan bersentuhan

Kusta adalah penyakit menular, tetapi proses penularannya tidak semudah Covid-19. dr. Febrina Sugianto menjelaskan bahwa untuk penularan kusta butuh kontak erat, yaitu lebih dari 15 jam. Artinya penularan kusta biasanya terjadi jika serumah dengan penderita kusta, itupun tidak semudah yang kita duga. Berdasarkan penelitian, dari 100 orang memiliki kontak erat dengan penderita kusta hanya 5 orang yang terinfeksi, dan dari lima orang hanya dua orang yang menunjukkan gejala lanjutan/ tertular.

3.  Kusta terjadi karena tidak menjaga kebersihan

Kusta tidak timbul karena si penderita kurang menjaga kebersihan. Siapa saja bisa saja terkena kusta.

4.  Kusta tidak bisa disembuhkan

Di masyarakat selama ini muncul stigma bahwa kusta tidak mudah disembuhkan, ini  adalah mitos yang fatal dan menyebabkan penderita enggan mencari dan berupaya menemukan pengobatan.

 


Fakta Mengenai Kusta

1.    Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae

2.  Kusta bisa disembuhkan melalui pengobatan jangka panjang

Pengobatan kusta dilakukan dengan cara MDP (Multi Drug Therapy) yaitu pengobatan dengan lebih dari satu macam obat yang direkomendasikan secara medis. Kombinasi obat kusta ini dikemas dalam bentuk blister yang harus dikonsumsi setiap hari.

Untuk Kusta PD diperlukan 6 blister, yang dikonsumsi selama 6-8 bulan. Artinya jika harus ada jeda ketika minum obat maka hanya ada jeda dua bulan di tengah masa pengobatan.

Untuk Kusta MD, diperlukan 12 blister, yang dikonsumsi selama 12-18 bulan.

Pengobatan kusta (MDT) bisa diperoleh di setiap Puskesmas terdekat.

3.  Terlambat penanganan terhadap penyakit kusta bisa menyebabkan disabilitas/kecacatan

Sebab salah satu gejala kusta adalah menyerang syaraf, perlu diketahui bahwa terlambat penanganan terhadap penyakit kusta ini bisa menyebabkan kecacatan. Namun disabilitas ini bisa diatasi dengan rehabilitasi misalnya gerakan repetitif setiap hari atau dibantu dengan alat-alat yang bisa digunakan untuk membantu penderita beraktivitas setiap hari.  Rehabilitasi bagi OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) bisa berbeda hasilnya pada setiap orang.

4.  Pengobatan terhadap penyakit kusta tidak perlu bangsal khusus.

Pasien kusta yang sudah terkonfirmasi dan mendapatkan pengobatan MDT pada 72 jam setelah pengobatan pertama kemungkinan menularkan penyakitnya semakin menurun, yaitu kurang dari 20 persen.

5.  Pengobatan kusta ada kemungkinan menimbulkan efek samping (misalnya perubahan warna kulit jadi lebih gelap, gangguan saluran pencernaan seperti mual, sakit perut, suhu tubuh meningkat) Untuk mengatasinya perlu konsultasi secara medis untuk mengatasi. Jangan memutuskan berhenti pengobatan sebelum konsultasi dengan dokter, sebab pengobatan kusta berlangsung untuk jangka panjang, tidak boleh berhenti di tengah-tengah karena kemungkinan besar terjadi treatment loss untuk melanjutkan pengobatan, dan bisa saja prosesnya diulang sejak awal.

Sungguh beruntung bisa mengikuti diskusi publik Gaung Kusta di Udara Berita KBR kali ini. Saya jadi lebih paham mengenai gejala, mitos dan fakta tentang kusta. Eh dua pertanyaan saya dibacakan pula sama Mas Rizal.


 Nggak salah jika NLR Indonesia memilih radio sebagai penggaung edukasi mengenai kusta melalui udara. Radio bisa diakses dimana saja, secara live show atau diakses secara streaming melalui internet.

“Radio sama seperti media lainnya, punya fungsi untuk membentuk opini masyarakat, bisa berfungsi sebagai watchdog. Bisa mempengaruhi kelompok marginal” Malika ~ Manager Program & Podcast KBR 

Lebih lanjut ibu Malika menyatakan bahwa sebelum merilis sebuah program, misalnya podcast mengenai kusta, pihak KBR melakukan riset, briefing dan berdiskusi terlebih dahulu dengan NLR. Tujuannya adalah agar visi program untuk membantu penderita kusta mampu mandiri dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bisa tepat sasaran. Intinya, tujuan program meruntuhkan stigma miring dan hoax mengenai kusta bisa tercapai, jangan sampai malah menguatkannya.

Menariknya tak hanya melakukan edukasi melalui diskusi ruang terbuka, NLR Indonesia bekerja sama dengan KBR juga mengadakan lomba "Indonesia Bebas Kusta: Sebarkan faktanya, lawan stigma dan hoaxnya," melalui IG REELS dan IG PHOTO pada tanggal 13-22 september 2021

Sumber IG KBR

Diharapkan melalui lomba dan konten-konten media sosial, pesan edukasi mengenai penyakit kusta bisa sampai kepada masyarakat dengan lebih cepat, efisien, edukatif sekaligus informatif. Hal ini senada dengan harapan dr.Febrina Sugianto yang disampaikan di akhir acara.

`        “Ada harapan untuk media lain seperti news photo bisa berpihak pada isu marginal dengan menyampaikan pesan positif, membangun dan mengedukasi bukan dari kaca mata belas kasihan” dr. Febrina Sugianto

 

 

 

 

Share:

Hari Tanpa Internet


Ada hari internet, dan saya mencoba hari tanpa internet. Sebenarnya bukan hari nggak genap sehari, tapi lima jam saja. Kira-kira bisa nggak saya menikmati hidup tanpa internet. Kalau hidup tentu bisa lah, asal belum datang ajal. Tapi apakah tidak merasa tertekan atau gelisah? Maklum, koneksi internet sudah semacam kebutuhan pokok aja. Baca berita online, terhubung dengan teman dan kerabat secara online. Kirim duit pakai M Banking, belanja di marketplace, terima orderan via dunia maya juga.

Kok pede banget memutuskan hari, lima jam tanpa internet. Sebenarnya karena terpaksa hahaha. Menjelang akhir bulan lalu paket internet saya telah berakhir masa aktifnya. Atas nama penghematan saya numpang paket internet si bontot. Maklum gegara sekolah daring, kebutuhan internet mendadak naik drastis. Jadilah sambung menyambung, paket saya habis lalu gantian nomor si bontot diaktifkan buat internet. Biasanya dia cukup tethering dari hape saya doang. paket Unl 7GB seharga 80 ribuan, dipakai berdua, sebulan. Eh pas paket saya habis, dia harus sekolah offline dan hapenya dibawa buat komunikasi dengan si papa untuk pesan ojek online jemputan. Jadi saya di rumah ga internetan dong, mulai jam 6.45 sampai jam 10.30 an

Gimana rasanya lima jam tanpa internet? Ternyata ya biasa aja, nggak gabut. Banyak kerjaan selesai lebih cepat tanpa tergoda melihat beranda dunia maya. Sebelumnya sempat terbesit kekhawatiran kehilangan kesempatan mendapat penghasilan karena jeda tanpa internet. Maklum sebagai konten kreator seringnya konfirmasi untuk join campaigne suatu proyek harus balapan. Siapa yang terlebih dahulu mengirim konfirmasi ia yang diAcc. Belum lagi orderan dagangan personal care, home care, pulsa yang biasa saya terima melalui WA. 

Duh, kok jadi tergantung pada internet. Lupa kaidah pembagian rezeki, bahwa semua adalah hak prerogatif Allah untuk membagi. Okeylah kita coba memperkuat iman dan tauhid dengan cara: mengurangi ketergantungan pada internet. Haha cara yang aneh, tapi nyata.

Dan hal ini terjadi hingga beberapa kali. Karena si bontot sekolah offline dua hari dalam sepekan. Lalu, apakah selama tanpa internet saya kehilangan penghasilan? ternyata tidak. Selama beberapa jam itu tak ada tawaran pekerjaan atau orderan.

Hingga suatu hari saat si bontot juga kehabisan kuota dan nggak bisa terhubung dengan zoom akhirnya saya menukarkan poin loyalty untuk dapat 1GB. Ndilalah kersaning Gusti Allah, saat itu pula baru saya dapat tawaran kerjaan mendadakan, pada hari itu juga. Alhamdulillah, kuota 1GB tersebut cukup untuk tiga hari, termasuk kerjaan yang harus saya selesaikan di hari berikutnya.


Kalau kalian merasa kecanduan internet, cobalah sesekali mencoba cara ini. Mungkin tak terasa kita telah menduakan Allah, seperti yang pernah saya alami, kekhawatiran tidak kebagian rezeki. Manusia kok kalah sama tawakalnya burung yang berangkat pagi pulang petang. Lupa bahwa rezeki setiap insan dan makhluk telah dalam jaminan.


Share:

Tips Bijak Mengelola Waktu ala Ibu-ibu

Waduh kok sudah jam 12" tiba-tiba dhuhur, kerjaan belum kelar. Makan aja belom"

"LHO, perasaan baru aja nyalain laptop, kok sudah dua jam berjalan. Gimana nih urusan masakan masih angan-angan""

Pernah atau sering ibu-ibu mengalami seperti ini? Seolah waktu kurang panjang. Padahal bisa jadi kita yang kurang bijak mengelolanya. Perlahan, pasti bisa menyesuaikan sehingga semua pekerjaan terselesaikan dan nafas ngap-ngapan trus masih punya cukup waktu buat selonjoran atau rebahan. Hidup kaum rebahan. '

Bijak Mengelola Waktu, Dokpri

Mau tahu tipsnya? Beberapa tips ini mungkin bisa diterapkan, sebagai salah satu langkah bijak mengelola waktu ala ibu-ibu. Kok ibu-ibu? Ya, karena artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai ibu rumah tangga, kalau bapak-bapak menganggap poin-poinnya bisa diterapkan untuk siapa saja tanpa memandang gender Alhamdulillah.

Yuk satu persatu dipandangi dan diterapkan jika dipandang perlu:

1. Bangun lebih pagi

Ya ya lah ibu-ibu. Kalau rutinitas seabreg meski kita ibu rumah tangga tapi bangun kesiangan mana bisa bijak mengelola waktu? Contoh nih, jam 6.30 sudah harus antar anak sekolah. Bangun jam 5. Padahal belum belanja dan menyiapkan sarapan. Belum bersih-bersih rumah. Sampai di tempat jual sayur atau pasar ternyata antri, lalu kerempongan makin ruwet ketika gas di dapur habis. Beda banget kalau kita bangun jam 3 dini hari. Lalu usai tahajud dan sholat subuh sudah mulai bisa nyicil kerjaan dapur, minimal menanak nasi. Lanjutan kerjaan silahkan diteruskan sesuai kegiatan sehari-hari. Maka bangun lebih pagi adalah koentji. Tapi....kalau bangun lebih pagi untuk maen Hape doang ya beda lagiii (ngomong sama kaca iniii, jewer telinga sendiri)

2. Kenali dan nikmati ritme rutinitas

Rutinitas setiap hari hanya kita sendiri yang bisa mengenali dan menikmati. Misalnya ibu-ibu muda yang baru punya bayi. Pasti hafal rutinitas bayinya bakal bangun jam berapa, perlu ganti popok setelah apa atau biasanya jam berapa. Waktu-waktu di saat bayi belum bangun dan diurus ini itunya bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjan rumah. Buat ibu yang punya anak sekolah, pasti sudah hafal si anak datang sekolah jam berapa. Saat rumah tak berpenghuni adalah saat untuk beraktivitas lebih bebas. Syukur-syukur bisa multitalenta, misalnya nyuci pakai mesin cuci sambil ngepel. Masak segala yang bisa diungkep sambil bersih-bersih kaca. Lah saya kalau nyuci manual pakai tangan, jadi nggak bisa melakukan pekerjaan lain sambil cuci-cuci, harus khusyu' sampai tuntas haha.

3. To Do List

Yap! sejak dulu masih kerja kantoran saya biasa bikin list pekerjaan. Jam sekian sampai jam sekian ngerjain apaan. Sesuai kebiasaan harian, sesuai jadwal yang kita sendiri yang menentukan. Maklum, kalau nggak diingat-ingat atau ditulis suka hilang ingatan waduh kok jadi terdengar seperti orang "gila" maksudnya hilang dari ingatan alias lupa. Lalu tiba-tiba jederr, sudah dekat tenggat waktu alias DeadLine pula.

Bijak mengelola waktu, sumber pixabay

3. Skala Prioritas

Lanjut dari To Do List, urutan kerjaan berdasarkan prioritas. Dan bisa saja yang diprioritaskan datangnya dadakan seperti tahu bulat goreng. Misalnya, sudah rapi jali menyusun To Do List, mulai dari masak, nyuci, seterika lalu ngadep laptop buat nulis, ikutan quiz atau apalah. Kok tiba-tiba datang kabar duka harus takziah, tempatnya jauh pula. Ya udahlah tetap utamakan takziah, karena pahalanya gede dan mendapat perhatian khusus di hadapan Allah. Urusan kerjaan? coba disesuaikan kembali mana yang perlu diutamakan, sisa kegiatan bisa dialihkan keesokan harinya atau kapan waktu yang tepat.

4. Ukur kemampuan diri

Udah bangun lebih pagi, rajin bikin to do list, udah set skala prioritas tapi kok masih kedodoran yak. Banyak kegiatan online atau kerjaan yang "gak kecandhak" (nggak ada waktu untuk diselesaikan) Nah, berarti mungkin memang sudah di situ batas kemampuan diri kita. Ga usah dipaksa untuk kegiatan baru juga. Apalagi emak-emak rempong yang anaknya masih kecil-kecil dan butuh bantuan, nggak ada asisten rumah tangga, masih juga jualan bisa aja nggak ada waktu buat ikutan kursus ketrampilan. Tapi kan kita juga butuh meng up grade kemampuan, pengetahuan dan wawasan? Ya kalau sudah siap dengan risikonya mengerjakan segala sesuatu agak keteteran atau terpaksa tidur kemalaman monggo, Yang penting dinikmati, disyukuri dan disabari. Sekali lagi hanya kita yang bisa mengukur kemamuan diri. Jangan dibandingkan dengan orang lain.

5. Jangan lupa rehat

Seabreg kegiatan pasti menyita waktu dan tenaga. Berhubung kita bukan robot, maka jangan lupa untuk rehat dan menyenangkan diri sendiri. Tidur siang, tidur malam nggak kemalaman, membantu bangun lebih pagi. Menyenangkan diri dengan menyempatkan menikmati hobi bisa memberi apresiasi lebih pada diri sendiri. Nantinya pasti kebawa ke kemampuan kita menyesuaikan waktu dengan aktivitas yang ada.

Me time, nge teh atau apalah apalah, Dokpri

Dulu saya pikir kalau sudah berhenti kerja kantoran bakal banyak waktu luang. Mulanya sih iya, tapi kalau cuma duduk dan rebahan doang malah nggak nlyaman. Maka saya aktif mencari pekerjaan berbayar yang bisa dikerjakan dari rumah. Jadilah di rumah, usai urusan domestik kelar saya tekun menulis, menjadi konten kreator hingga berdagang, termasuk jualan bawang goreng renyah, plus diberi amanah suami untuk jualan barang-barang personal care dan home care seperti shampoo, obat anti serangga, pasta gigi, sabun cuci, pewangi dan lain-lain harga murah meriah karena kami harus berburu harga promo di distributor dan ambil untung tipis aja. Ternyata beraktivitas segitu aja cukup menyita waktu, kadang malah mirip kerja kantoran, malam pun tak jarang harus buka laptop jika ada orderan kerja mendadak. Maka, seefisien mungkin mengelola waktu sangatlah membantu kita. 

Apapun kegiatan kita, siapapun kita..jangan pernah lupa untuk bahagia. Jangan pura-pura bahagia, sakit rasanya karena kura-kura dalam perahu pasti ingin segera sampai ke daratan untuk berburu (maksa banget bikin kalimat berima yak wkwkkw)

Share:

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.