catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

IIDN: Komunitas Penulis Perempuan




Manusia diciptakan tak hanya sebagai individu, namun juga sebagai makhluk sosial. Ia tak bisa berdiri sendiri tanpa bergaul dan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Maka bergabung dalam sebuah komunitas merupakan salah satu cara manusia untuk bersosialisasi. Dalam komunitas di kehidupan bermasyarakat maupun di dunia virtual sebagai netizen dunia maya, tak jarang kita bisa menemukan rekan seperjuangan, seide yang punya cita-cita dan kegemaran sama seperti contohnya komunitas penulis. 

Ngobrol tentang komunitas penulis tidak lengkap jika tidak mengulas IIDN, Ibu-ibu Doyan Nulis Interaktif. Sesuai namanya, komunitas yang didirikan Teh Indari Mastuti pada 24 Mei 2010 adalah komunitas virtual bagi perempuan khususnya ibu-ibu yang doyan nulis. IIDN adalah komunitas penulis pertama kali yang saya ikuti. Ingatan saya kembali mengenang masa lalu. Masa-masa masih berkarir sebagai karyawati di perusahaan swasta, tetapi juga ingin terus mengasah minat di bidang kepenulisan. Sekitar tahun 2009 – 2012 saya rajin sekali mengikuti lomba-lomba dan kompetisi menulis yang informasinya bertebaran di beranda facebook. Beruntung salah satu kompetisi yang saya ikuti adalah lomba menulis naskah antologi 50 Cerita Binatang dan Tokoh Lain yang Inspiratif. Kompetisi ini diadakan oleh IIDN. Sebagai anggota baru ada rasa kurang pede waktu itu. Tetapi jika tidak berani mencoba, kapan bisa maju? Alhamdulillah naskahku lolos bersama 49 naskah dari teman-teman lainnya. 

Antologiku bersama IIDN, Dokpri

Hobiku berlomba mengirim naskah untuk antologi terus berlanjut. Salah satunya adalah Curhat Bisnis yang diselenggarakan oleh IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis) sebuah komunitas yang juga bisa disebut saudaranya IIDN sebab yang mendirikan juga Teh Indari Mastuti.

Antologi IIDN dan IIDB, Dokpri

 

Sebagai komunitas penulis, IIDN sangat unik, inovatif dan kreatif. Unik, sebab anggotanya khusus ibu-ibu dan perempuan. Sempat nih ada bapak-bapak nyelonong masuk grup FB IIDN lalu dikeluarkan oleh admin dengan sopan hehehe. Inovatif karena bisa dikatakan IIDN adalah komunitas perempuan penulis yang komplit. Hobi menulis buku? IIDN memiliki jaringan dengan penerbit besar dan sering memberikan bimbingan kepenulisan. 

Di masa kepemimpinan mbak Widyanti Yuliandari ada beberapa buku antologi IIDN yang terbit yaitu : Pulih yang membahas kesehatan mental, Single, Strong, Sparkling yang membahas perjalanan Mommies sebagai single parent dan Bikin Ketawa yang jenaka. Tak ketinggalan Semeleh yang mengajak untuk bersabar dan bersyukur dan Ngeblog dari Nol yang menyemangati pembaca agar tak lelah berkarya melalui blog pribadi.

Lebih suka gaya menulis blog? IIDN makin keren event-event blognya, apalagi sejak kendali kepemimpinan dipegang oleh mbak Widyanti Yuliandari, blogger mastah yang sering banget menang lomba blog dan nggak pelit berbagi ilmu. Tengoklah media sosial IIDN dan blognya, beberapa lomba blog dengan sponsor ternama beberapa kali diselenggarakan dengan gegap gempita.

Suka menulis artikel/konten untuk website? IIDN juga menjadi wadah bagi penulis konten. Dari IIDN saya belajar gaya menulis artikel untuk platform UC dan saya sempat bergabung dengan channel milik mbak Riawani Elyta sebagai salah satu kontributor UC yang memiliki puluhan ribu followers.

Kreatif, sebab IIDN tak pernah mati gaya untuk terus mengasah bakat dan kemampuan anggotanya. Pelatihan kepenulisan diselenggarakan dengan berbagai cara, melalui WA Grup, webinar dan juga kelas offline. 


Bersama mbak Triana Dewi (TD), Kunjungan IIDN ke Graha Pena Jawa Pos, 2013, dokumen mbak TD

IIDN juga tak segan menyelenggarakan aktivitas yang melibatkan pihak ketiga. Seperti saat saya dulu bergabung dengan tim IIDN Surabaya saat melakukan kunjungan ke Jawa Pos di Graha Pena untuk belajar tentang seluk beluk media cetak dan mendapat pengetahuan mengenai pengiriman naskah ke media. Alhamdulillah dari sharing bersama rekan-rekan IIDN naskah saya beberapa kali tembus media Jawa Pos dan Kompas. 

IIDN tidak hanya komunitas untuk curhat dan bertegur sapa. Namun visi dan misinya untuk memberdayakan perempuan Indonesia sangatlah nyata. Anggotanya tak hanya diajak untuk aktif mengikuti berbagai pelatihan yang berkaitan dengan kepenulisan namun juga dibimbing, diberikan motivasi dan dibukakan jalan untuk menemukan jati diri, sekaligus pendapatan.

IG IIDN dan update lomba

 

Siapa bilang perempuan di rumah saja tak punya pendapatan? Siapa bilang wanita bekerja tak mampu mencari penghasilan tambahan? Dengan terus mengasah keterampilan menulis terbukalah pintu-pintu rezeki dengan manis. Syaratnya hanya konsisten berkarya, tak pernah merasa sombong dengan pencapaian yang ada dan bergabung dengan komunitas penulis yang tepat sebagai ladang motivasi utama. Ibarat tanaman, bakat dan minat menulis adalah bibitnya, sedangkan blog, buku, media massa, media sosial adalah ladangnya dan komunitas penulis adalah pupuknya. Maka insyaallah tanaman akan tumbuh subur dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat. 

Beneran nih dari menulis ada rezeki yang bisa dikais? Hmm faktanya dari menulis naskah buku antologi saya mendapatkan uang lelah. Tulisan yang dimuat di media massa memberikan honorarium. Mengoptimalkan blog baik itu blog pribadi maupun UGC bisa membuka pintu rezeki dari hadiah menang lomba blog, artikel iklan (content placement) dan paid participant. Dan tak lupa pendapatan yang saya peroleh dari menulis artikel konten yang saya tekuni hinggaa saat ini. 

IIDN adalah komunitas perempuan yang mampu menghapus tuduhan stereotip: “Perempuan mah kalau kumpul-kumpul pasti ngegosip, adu penampilan, ujung-ujungnya baperan” Eits tidak begitu halnya dengan IIDN Sebab di IIDN, anggotanya dimotivasi untuk mengembangkan minat dan bakat, mengisi waktu senggang dengan hal bermanfaat. IIDN adalah wadah untuk berkarya sekaligus berbagi wawasan, berdiskusi tentang skill dan ketrampilan dan bertukar cerita. Perlu diingat bahwa teman, jaringan pergaulan, komunitas adalah bekal yang sangat berharga untuk memperkaya pengetahuan dan meningkatkan kemampuan. Laksana rumah, IIDN adalah rumah virtual yang memberdayakan perempuan sebagai anggota keluarga agar bangga menjadi diri sendiri apa adanya dan mampu mengoptimalkan segala karunia.

 



 

Share:

Pengalaman Menginap di The Grey Boutique Inn, Legian Bali

The Grey Boutique Inn
Menulis tentang keseruan mudik di Bali rasanya tak cukup selesai dalam satu artikel saja. Selain kisah seru tentang hal-hal baru, foto-foto perjalanan, tentu lebih lengkap jika pengalaman menginap selama Bali Trip diulas dalam artikel tersendiri.

Selama mudik lebaran 2022, kami menginap di The Grey Boutique Inn di kawasan Sunset Road Legian Bali. Bagaimana proses bookingnya mah terserah si Bapak sebagai manager keuangan hehehe. Kebayang nggak, 11 tahun nggak mudik, lalu setelah 12 jam perjalanan eh menuju penginapan masih kebingungan menemukan jalan. Maklum meski sudah dibantu goggle maps namun kondisi banyaknya rute jalan baru dan lelah yang menguras tenaga membuat si bapak, penanggung dana sekaligus sopir ini kewalahan. Semoga sehat dan panjang usia, luas rezekinya ya Pak, alias misua wwkkw.

Maka, setelah berhasil menemukan lokas The Grey, rasanya legaa banget. 

Lobby mini

Agak kaget, dapatnya kamar di lantai dua. No 89. Mudah-2an kaki yang gempor ini masih kuat mendaki. 

Lebih kaget lagi waktu buka pintu kamar ternyata kamar mandinya ada di bagian depan.

  

Kamar mandi model dry bath room. Rapi dan bersih. Handuk dan keset serta Sabun dan Shampoo disediakan penginapan, tapi kami memang sudah bawa handuk dan perlengkapan mandi sendiri. Toilet ada di sebelah kiri pintu masuk, sementara shower room ada di seberangnya. Eh ya toilet di dry bath room ini menggunakan tuas untuk menekan keluar pipa/slang kecil untuk mengeluarkan air buat 'cebok" kwkwk jadi yang nggak terbiasa jangan bingung cari bak buat wadah air.

Masuk ke ruang tidur utama cakep banget nih. Ada meja untuk meletakkan tas dll, dilengkapi colokan untuk charge HP. Ada kulkasnya segala. Di seberang kulkas ada wastafel dan meja kecil yang di bawahnya terdapat deposit box, buat nyimpan barang berharga yang nominalnya tinggi.

Wih disambut spring bed sangat gede dan empuuuk. Saya dan dua anak yang udah remaja gede-gede itu muat tidur bertiga. Di bagian "kepala tempat tidur" ada lampu baca. Di ujung ruang terdapat lampu tidur yang temaram di ujung lainnya lagi disediakan televisi. Eh iya berhubung kita hemat dan sengaja sewa 1 kamar aja maka Si Bapak tidur di bawah, di lantai antara lampu tidur dan televisi beralaskan bed cover bawa dari rumah. Cukup luas buat tiduran gegoleran tanpa hambatan tapi. Jadi nggak perlu mikir: Kesian amat ya Pak, sebab emang dia biasa tidur gaya begitu di rumah sendiri, nggak suka tidur di spring bed/kasur. 

Lampu tidur dan rak mini
Yang jadi kejutan adalah ternyata kamar kami berada di balkon, Buka jendela gede dapat pemandangan balkon yang cukup luas. Begitu luasnya kami gunakan untuk sholat berjamaah.
Ada sofa dan meja sederhana buat duduk santai sambil ngopi pagi. Eh ya, di lantai bawah disediakan dispenser jadi bisa ngopi atau bikin mie instan. seduh. Syahdu bener menikmati malam berbintang di teras balkon ini. Apalagi di hari terakhir habis Ashar kita nggak kemana-mana, jadi bisa menikmati pergantian warna langit dari terang karena pendar matahari hingga mulai gelap saat Maghrib menghampiri.




Bali, semoga kelak kami bisa berkunjung lagi

Share:

Kenangan Lebaran 2022 Kami di Bali

Baliii tunggulah kami...Begitu rasanya ketika suami memutuskan mudik ke Bali tahun ini. Adalah keajaiban, saat suami mendapat pinjaman mobil di H-2 lebaran. "Aku dapat pinjaman mobil kantor nih, kita lebaran jalan-jalan ke mana Jogja yuk?" katanya.

Sejak dua tahun lalu ketika badai corona dan tahun lalu usai Mama meninggal, lebaran kami memang di rumah saja. Suami juga tak pernah mudik ke Bali sejak 11 tahun lalu usai ibu mertua meninggal. Maklum mudik lebaran jika tak ada orang tua rasanya beda, apalagi jika butuh biaya yang besar anggarannya.

Tapi ketika kami ziarah kubur ke makam mama, papa, adik di Probolinggo, suami berujar ingin ziarah ke makam ibu dan ayah mertua di Bali. Manusiawi, 11 tahun waktu yang lama, pasti terbersit ingin ziarah ke makam orang tua.

Maka ketika suami mengabarkan berita gembira dapat mobil pinjaman, saya menyarankan untuk pergi ke Bali. Ziarah kubur sekaligus bersilaturahim dengan kakak-kakak ipar yang tinggal di sana.

Bedugul
Bedugul, dokpri
Awalnya ia ragu, Bali jauuuh pasti capek. Tapi kapan ada kesempatan lagi? mumpung ada kendaraan, mumpung dikaruniai kesehatan. Maka Bismillah akhirnya kami meluncur di H-1 pagi, sekitar jam 6.30 WIB dari rumah di Sukodono Sidoarjo.
Perjalanan nyaris tak berhenti kecuali di SPBU dan test antigen di Banyuwangi kami lakukan dalam kondisi berpuasa. 
Pak sopir alias suami enggan membatalkan puasa. Alhamdulillah Allah karuniakan kelancaran dan kemudahan. Sepanjang jalan saya berusaha mengabadikan momen dan pemandangan yang indah. Bahkan pantai dan pepohonan yang diterpa hujan pun kuabadikan.

.

Mampir buat foto-foto sebentar di Watu Dodol




Tiba di pelabuhan Ketapang sekitar jam 11.20 WIB saat adzan dhuhur berkumandang. Lucunya, karena sudah 11 tahun tidak mudik, kami juga nggak memantau peraturan pemerintah mengenai prosedur penyeberangan. Ternyata pemesanan tiket penyeberangan/ fery dilakukan secara online. Dulu kan biasa beli langsung di loket pelabuhan. Salut, di Ketapang ada petugas yang standby di luar pintu gerbang sebelum masuk lajur antrian menuju kapal fery. Petugas tersebut dengan ramah menanyakan apakah kami sudah menyiapkan tiket online. Karena belum tahu peraturan terbaru dan tak punya tiket, kami disarankan membeli tiket di agen yang ditunjuk sebagai mitra ASDP dalam penjualan tiket.
Kelar urusan tiket, sekitar 1 jam antri masuk fery. Bingunglah mau sholat dhuhur di mana, udah berusaha nyari mushola ngga ketemu juga. Kalau menyeberang jalan dan sholat di masjid di seberang khawatir ketinggalan antrian. Akhirnya sholat jama qashar di mushola kapal yang mungil.

Di dalam kapal ada ruang khusus penumpang, ber AC dan ada televisi yang memutar film. 
Tapi kami memilih duduk di dek, memandang ke laut lepas.
Tiba di Gilimanuk Bali sekitar jam 14 WITA. Sempat beli ayam geprek di Pekutatan Tabanan untuk bekal berbuka. Lanjut mampir kakak ipar di Tabanan. 
Sampai di penginapan Grey Boutique Hotel, bersih-bersih diri, sholat jama Maghrib_Isya'sekitar jam 22 WITA'. Lalu tidur sampai menjelang subuh. 
Sholat Idul fitri di Lapangan Korem Wirasatya. Lanjut ziarah ke makam ibu di Denpasar dan ayah mertua di TMP Tabanan.
Ke Bali kemana aja? karena tujuannya silaturahim dan hanya 2 malam bermalam, maka hanya beberapa tempat menarik yang kami kunjungi.
1. Tol Bali Mandara
Tol yang membelah laut sepanjang 13 km. Biaya 13 Ribu. Dari sini terlihat patung Garuda Wisnu Kencana yang megah. Tapi kami nggak ke GWK, sayang duit bo' HTMnya 125 ribu hahaha

2. Pantai Pandawa
Cakeep banget viewnya. HTM per orang 8 ribu rupiah plus mobil 5 ribu. Fasilitas cukup lengkap karena terlihat ada mushola selain toilet tentunya.

2. Bedugul (Danau Beratan)
Senang berada di sini. Udaranya sejuk, pemandangannya khas Bali dengan pura-pura. Uniknya lagi ada masjid besar berada pas di seberang jalan. Banyak spot foto yang ciamik. Waktu kami berkunjung kebetulan sedang ada upacara keagamaan. Gamelan juga terdengar merdu menyambut wisatawan. HTM 30 ribu per orang.

3. Kebun Raya Bedugul
Seperti layaknya kebun raya, pemandangan pepohonan yang rindang, hijau menyenangkan untuk dipandang. Sayang waktu ke sana ramai pengunjung. Hffft pemandangan pohon rindang berganti mobil-mobil berjajar.
Tapi ini lokasi yang tepat untuk kumpul keluarga. Sambil piknik dan bawa makanan sendiri.
HTM per orang 35 ribu (mungkin ini HTM di Hari Libur Nasional dan Weekend, karena kalau googling, HTM di weekdays 20 ribu/orang)

4. Pantai Kuta
Nggak lama sih di Pantai Kutanya, kami sekadar mampir untuk mengabadikan laut di pagi hari, dalam perjalanan ke Bedugul. Berangkat dari penginapan di H2 Lebaran sekitar jam 7 WITA dan putar balik dulu ke Kuta. Ngga pakai bayar nih masuk lokasi.



Alhamdulillah meski tanggal 4 Mei pagi sudah harus kembali ke Jawa, perjalanan kilat ini sangat mengesankan. Apalagi sepanjang perjalanan kami menemui pemandangan pantai indah di sepanjang jalan.



Semoga kelak ada rezeki dan kesempatan untuk bertamu lagi ke Pulau Bali


Share:

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.