catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Menikmati Vibes Ramadan di Jogokariyan

Jogokariyan dalam kenangan, Dokpri

"Selamat datang di kampung kami, semoga kampung yang dirahmati Illahi" nasyid itu menggema beberapa saat setelah sholat jamaah sholat ashar ditunaikan di masjid Jogokariyan Yogyakarta, Sabtu 1 April 2023. Nasyid yang menyemarakkan suasana usai hujan deras, seolah menyemangati para pedagang makanan dan minuman menyiapkan lapak di Kampung Ramadan Jogokariyan.
Hotel tempat kami menginap dan salah satu kios yang memeriahkan Kampung Ramadan Jogokariyan, Dokpri

Hadir di Masjid Jogokariyan adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Sudah lama sekali saya ingin menyaksikan langsung geliat masjid peradaban yang terkenal dengan manajemen keuangan masjid NOL persen karena pemasukan langsung didistribusikan ke pihak yang berhak.
Allah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkunjung ke Jogokariyan melalui jalan tak terduga. Ketika si sulung menuntaskan pengabdian di Gontor Magelang, tiba-tiba terbesit rencana mampir ke Jogokariyan untuk menjemputnya sekalian mengangkut barang-barangnya. 
Rencana menjemput juga terancam gagal karena kami bergantian sakit. Namun, bismillah menjelang hari H sudah merasa baikan, meski perjalanan dalam kondisi berpuasa terasa lebih berat.

Berangkat dari Sidoarjo bada subuh, sampai pondok Darul Qiyam (Gontor 6) Magelang sekitar jam 11. Kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Jogokariyan kurang lebih jam 12 siang. Istirahat siang di penginapan cukup untuk meredakan lelah dan terbangun menjelang Ashar, Saya segera bergegas bersiap untuk jamaah Ashar di Masjid Jogokariyan yang berada sekitar 100 meter saja dari tempat kami menginap.

Sampai di masjid saya bingung, muslimah lewat sebelah mana nih? Karena buru-buru sebab sudah menjelang iqomat jadilah saya salah masuk melalui pintu untuk jamaah laki-laki. Harusnya jamaah perempuan masuk dari arah timur, berjalan di depan kios suvenir milik masjid.

Barisan shaf perempuan di Masjid Jogokariyan mengikuti hadits Rasulullah, yaitu berawal dari bagian belakang. Sebab menurut hadits, sebaik-baik barisan shaf bagi wanita adalah bagian belakang. Karena saya datang belakangan jadilah saya di shaf paling depan hehehe.

Usai sholat hujan deras mengguyur, jadilah saya nggak bisa langsung balik ke penginapan. Tapi momen berdiam sebentar di masjid ini malah jadi pengalaman unik karena saya bisa menyaksikan langsung bagaimana Masjid Jogokariyan menyiapkan ribuan piring untuk jamuan berbuka puasa Kurma dan air minum juga berlimpah. Menurut keterangan takmir masjid melalui speaker tiap hari masjid menyediakan 3000-3500 piring untuk berbuka puasa. Oiya, menurut keterangan salah seorang penjaja makanan di luar masjid, takmir juga menyediakan 1000 porsi untuk santap sahur.
3000 porsi berbuka setiap harinya, Dokpri


Karena hujan sudah mulai reda dan tinggal gerimis, saya memutuskan untuk kembali ke penginapan. Dan sepanjang jalan itu saya dibuat takjub oleh meriahnya Kampung Ramadan Jogokariyan. Di sepanjang jalan, kiri dan kanan berjajar outlet dan kios makanan dan minuman yang menjajakan aneka hidangan takjil. Beberapa kios permanen adalah unit usaha masjid, seperti Brownies Cinta. Harga makanan dan minumannya juga sangat terjangkau. Jajan pasar dijual mulai harga 2500. Minuman kekinian dijual mulai 5000 rupiah per cup, Kenyang dan menyegarkan saat berbuka puasa.
Browniesnya enak banget, Dokpri
Vibes Ramadan di Jogokariyan memang beda. Jam 3 dini hari terdengan suara adzan dari Masjid Jogokariyan. Mungkin ini Adzan untuk membangunkan umat, mengajak tahajud dan mengingatkan santap sahur di bulan Ramadan.


Penuhnya jamaah subuh, Dokpri
Jamaah subuhnya luar biasa. masjid penuuh baik shaf pria maupun perempuan. Usai jamaah subuh setiap Ramadan ada kajian. Kami sempat mengikuti jamaah subuh dan kajia dari Ustadz Gita Welly.
Daftar kajian para ustadz selama Ramadan di Jogokariyan, Dokpri


Setelah kajian, beberapa jamaah tak langsung pulang. Sebagian membentuk lingkaran untuk tadarrus Al Qur'an dan sebagian lainnya tilawah sendiri. Seperti yang saya perkirakan mereka menunggu waktu syuruq untuk mendirikan sholat Isyra', sholat sunnah sekitar 15 menit usai matahari terbit yang pahalanya setara dengan umroh dan haji.
Suasana bada subuh, Dokpri

Semalam saja di Jogokariyan saat Ramadan rasanya kurang. Namun saya sangat bersyukur, impian untuk berkunjung ke masjid fenomenal dengan program pemberdayaan umat ini akhirnya terwujud.
Sebagai pengingat bahwa sebagai insan dan makhluk Tuhan kita memang tak boleh lelah berdoa dan berharap serta berupaya mewujudkan impian. Sebab kita tak pernah tahu kapan waktu yang tepat agar doa tersebut dikabulkan
Hidup memang butuh petunjuk arah agar tak tersesat. Dokpri

Share:

1 comment:

  1. Menarik juga Jogokariyan, dari masjidnya yang menarik tidak seperti desain masjid lainnya malah terkesan unik dan ramai. Yogya memang selalu punya ciri khas, jadi pengin ke sana. Terima kasih informasinya!

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.