catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Ketika si Kecil Beranjak Remaja

 

“Nak, jangan cepat besar yaah, Bunda masih ingin mencium aroma minyak telon dan bedak bayimu. Masih ingin menggendongmu dalam buaian” Begitu sering terdengar ungkapan para ibu yang seolah tak ingin kehilangan masa-masa menggemaskan buah hatinya. Maklum, seiring bertambahnya usia si anak, biasanya tak bisa diperlakukan sama seperti ketika ia masih bocah. Konon, jadi orang tua ABG itu gampang-gampang susah.

Ketika buah hati masih kecil, mengajarkan sesuatu hal dan mendidik terasa lebih mudah. Mayoritas anak-anak patuh dan taat kepada orang tuanya ketika dilarang melakukan sesuatu atau menurut ketika diajak beraktivitas yang menarik hatinya. Namun ketika si anak beranjak remaja, memasuki masa pubertas, si ABG tak lagi bertingkah laku layaknya anak kecil.

Dia yang dulu lengket seperti perangko dengan ayah bundanya, kini memilih menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Dia yang dulu patuh, kini sering membantah dan beradu argument jika tak sepakat tentang suatu hal.

Dia yang dulu tak pelit bercerita tentang keseruan hari-harinya, kini sering bungkam seribu bahasa.

Saya pun merasa demikian dengan si anak kedua. Dahulu dia sangat dekat dengan saya, bahkan tidur jika tidak ditemanin nggak bakalan bisa tidur. Pernah suatu malam saat dia yang waktu itu masih usia empat tahunan belajar tidur dengan si ayah, eh tengah malam membangunkan saya di kamar sebelah minta diantar ke kamar mandi. Sepulang sekolah ceritanya nyaris tiada henti. Kini boro-boro cerita pengalamannya di sekolah, ada tugas yang harus dikumpulkan keesokan hari aja dia baru ngomong malam harinya. Duh ya, ada apa dengan si ABG kami?

Suatu hari di Pantai Muaro Lasak, Dokpri


Saya merenung, bagaimana caranya agar komunikasi orang tua dengan si remaja tidak terputus begitu saja? Seiring berjalannya waktu, saya coba uraikan masalahnya dan berupaya menemukan solusinya. Begini cara kami menjalin komunikasi dengan si ABG:

1.       Daddy’s role

Mungkin, saat anak lelaki beranjak remaja peran ayah akan lebih besar. Sedekat apapun dengan sang ibu, anak lelaki butuh ayah sebagai role model. Akhir-akhir ini pak suami lebih sering ngobrol dengan anak kedua kami. It’s work!

2.       Cari penyebab kurang fokus

Kenapa sih kok sampai dia lupa ada tugas sekolah. Kemungkinan besar adalah karen keasyikan ngegame. Apalagi kalau udah ngegame Hp si kakak ikutan jadi sasaran. Baiklah, mau tak mau kami memutuskan untuk melarangnya ngegame sampai kecanduan. Eh udah nggak ngegame malah sibuk scroll medsos buat nonton konten satu ke konten lainnya. OK, resikonya meski kuota data dia habis, tak ada kuota tambahan. Jika ia tidak bijak mengelola kuota data maka harus bersiap numpang wifi di sekolah atau masjid perumahan. Saya katakan padanya bahwa mengelola kuota internet di handphone, mengelola uang jajan adalah pembelajaran bagi pengelolaan finansial ketika ia kelak telah mampu mencari nafkah sendiri. Apakah berhasil? Belum sepenuhnya, setidaknya dia sudah mulai merasakan resiko harus numpang wifi kesana kemari, semoga semakin bijak suatu hari nanti.

3.       Memperlakukannya sebagai teman

Ketika anak telah beranjak menjadi ABG sudah waktunya memperlakukannya sebagai teman. Kadang saya mentraktir minuman es cao kesukaannya dan bahkan pernah nonton film di bioskop bertiga bareng si ayah juga.

Foto bareng ABG, Dokpri

Semakin hari saya semakin menyadari bahwa berperan sebagai orang tua si ABG layaknya bermain layangan. Tarik ulur dan harus pandai mengukur arah angin, tidak bisa terlalu kencang atau terlalu lunak. Jika terlalu lunak dia tak akan bisa terbang. Jika terlalu kencang bisa jadi saat terbang tinggi, diadu dalam kompetisi dia malah menghilang.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa sebagai orang tua,, kami berdua jauh dari kata sempurna. Namun hidup layaknya bangku sekolah, belajar tiada pernah berakhir hingga menutup mata, meski saatnya anak-anak kita kelak menjadi orang tua.

Bagaimana kisah kalian dengan ABG  di rumah?

 

Share:

1 comment:

  1. Kalau anak sudah besar ini ada kesedihan tersendiri ya memang, yang dulunya masih harus marahin kalau makan dan mandi sekarang sudah tidak perlu diperhatikan se-intens itu. Malah mereka sudah bisa melakukan apa pun sendiri.

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.