catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Ulama dan Nilai Kehidupan yang Ditanamkannya

September 13, 2020 Masyarakat Indonesia diguncang berita : Syaikh Ali Jaber ditikam saat berdakwah. Prihatin, penikaman ulama kembali terjadi di negeri ini, untuk kesekian kali. Entah apa motif para pelaku. Namun akhir-akhir ini kejadian tragis ini sering terjadi.

Jika disebut muatan politis, sepengetahuan saya Syaikh Ali Jaber tak pernah bersinggungan dengan politisasi. Aktivitas beliau berkisar di dunia Islam pada umumnya. Pesan-pesan beliau adalah tentang menjadi muslim yang baik, jangan pernah meninggalkan sholat, cintai Al Qur'an dan berbagai tausiyah yang sangat mendasar.

Berharap tindak kekerasan terhadap ulama tak akan pernah terulang lagi.

Tugas ulama, kyai, pemuka agama memang tidak mudah. Mendidik akhlak, menegakkan tauhid di muka bumi. Lalu ingatan saya tertuju pada sosok-sosok ulama, para kyai di kawah candradimuka tempat putra sulung saya ditempa. Beribu pondok pesantren berdiri di nusantara, namun hanya beberapa yang mampu bertahan dalam usia lebih dari 90 tahun. 

Bisa dibayangkan, betapa kuatnya doktrin yang melekat pada para santri, yang ditanamkan sebuah pondok pesantren yang tetap berdiri tegak hingga beberapa generasi.

Salah seorang alumninya, Ustadz Ahmad Habibul Muiz, Lc adalah pemuka agama di perumahan kami. Beliau adalah pengasuh sebuah pondok pesantren, pendidik di Sekolah Tinggi Dakwah, juga aktif memberikan ceramah di berbagai kota terutama di Jawa Timur, baik secara langsung maupun di radio dan televisi. Di masjid perumahan, setiap ba'da subuh hari Sabtu diadakan kajian Fiqih yang diasuh beliau. Pernah suatu hari beliau bercerita tentang kehati-hatian kyainya saat masih mengenyam pendidikan di pondok pesantren.

"Kyai saya dulu, para Trimurti sangat berhati-hati dengan uang yang disimpan di bank. Dahulu belum ada bank berdasarkan syariah seperti sekarang. Padahal menyimpan uang di bank bisa jatuh ke dalam riba karena bunganya. Sementara uang perputaran aset pondok dari berbagai unit usahanya harus disimpan di tempat yang aman. Maka beliau menyisihkan "bunga" dari simpanan itu dan digunakan untuk keperluan lain, selain makan bagi para santri dan keluarga pondok. Uang itu digunakan untuk membayar tagihan listrik, pembangunan, perbaikan lain-lain"

Saya tertegun. Begitu kuatnya para kyai Gontor menanamkan doktrin syariah hingga santrinya, yang telah menjadi pengasuh pondok pesantren, menjadi pemuka agama selalu ingat dengan ilmu dan pendidikan yang diberikan selama dahulu menimba ilmu di pondok pesantren. Betapa bijak Trimurti, mencari jalan keluar terbaik yang insyaAllah membawa kebaikan bagi pondok pesantren agar tetap berada di jalan yang Allah ridhoi.



Lain hari, saya mendengarkan ceramah seorang ustadz, saya lupa namanya. Beliau mengisi khotbah di malam bulan Ramadhan. Di antara waktu jeda sholat Isya' dan sholat Tarawih/Witir di masjid Al Ukhuwwah di perumahan kami.

"Mendidik anak yang baik bukan dengan memanjakan mereka dengan berbagai fasilitas. Tetapi biarkan mereka menjalani hidup dengan berbagai tugas. Kyai Imam Zarkasyi, pendiri pondok Gontor selalu menugaskan putranya untuk memanjat pohon kelapa, mengambil buahnya yang sudah waktu dipetik dan menjualnya ke pasar. Padahal beliau seorang kyai besar. Bisa saja menyuruh orang atau mengupah orang lain untuk melakukan. Tetapi tidak. Beliau menugaskan sang putra bukan tanpa sebab. Namun sedang mengajarkan arti bekerja keras, tanggung jawab dan kesungguhan. Dan putranya kemudian melanjutkan perjuangan beliau, mengasuh pondok pesantren yang termasuk terbesar di Indonesia"

Saya kemudian membaca kisahnya tentang "pohon kelapa" ini di buku Ajaran Kyai Gontor 72 Prinsip Hidup KH Imam Zarkasyi.

Di kesempatan lain, saya mendengar tausyiah Kyai Hasan Abdulah Sahal. Saya agak lupa, apakah saya mendengarnya langsung saat acara pengumuman seleksi santri baru atau saya melihat potongan videonya di media sosial yang dikelola para alumni di Instagram.

Kira-kira narasinya berbunyi begini "tidak ada barokah kyai karena kalian sowan setelah menjadi alumni, namun kebarokahan itu datang karena kalian menjalin silaturahim. Tidak ada namanya barokahnya pondok, namun kebarokahan itu timbul karena niat kalian yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, keluar dari kenyamanan rumah"



Sebuah tausyiah yang syarat makna. Betapa kadang kita bisa terpeleset dengan kurang tepat dalam memaknai "barokahnya pondok dan kyai" Teringat ustadz di kelas tarjim pernah bertanya "Apakah di masa sekarang umat muslim sudah benar-benar menegakkan tauhid?" Kami menjawab "sudaah, kan nggak ada yang menyembah pohon dan berhala" Beliau berkata lagi "tapi kenapa masih ada yang sowan ke kyai, bawa air untuk disuwuk, didoakan untuk berbagai keperluan" lalu kami pun terdiam.

Teringat cerita tetangga saya, kalau putra/putrinya yang sedang mondhok di sebuah boarding school milik seorang kyai, jika usai liburan merasa enggan kembali ke pondok, langsung dibawa menghadap kyainya untuk di"suwuk" Sementara di pondok Gontor, jika ada kasus yang sama, yang dilakukan pihak pondok adalah pendekatan persuasif. Ustadz pengasuhan atau alumni yang kebetulan dikenal pasti akan memberikan pendekatan persuasif, bicara dari hati ke hati pada santri yang berniat ingin "melarikan diri" Saya sendiri pernah mengalami, ketika putra saya sakit parah dan minta izin pengobatan di pengasuhan santri. 

Ketika ustadz memberikan izin hanya lima hari, putra saya mulai menangis, terbaca bahwa dia seakan tak berniat untuk kembali ke pondok. Ustadz menghiburnya dan menguatkan mentalnya. Beliau juga rajin memantau perkembangan pengobatan melalui WA. Sebuah pendekatan persuasif untuk mengarahkan agar santri bertekad menuntaskan menuntut ilmu di pondok, tidak putus di tengah jalan.

Tentang keutamaan menuntut ilmu, bukankan Allah yang menjanjikan bahwa ketika seseorang keluar dari pintu rumahnya dengan niat menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang. Inilah letak kebarokahan itu.

Sebagai orang awam dalam dunia pendidikan pondok pesantren, saya menarik kesimpulan jika minat wali santri/ santri untuk memilih pondok pesantren sebagai sarana menuntut ilmu didasarkan pada 3 hal :

1. Karomah kyai dan sejarah pondok

Pondok-pondok pesantren besar dan berusia lebih dari puluhan tahun sebagian besar bisa bertahan karena nama besar kyai pendiri dan pengasuhnya. Namun Gontor mampu membuktikan bahwa nama pondoknya lebih dikenal dari pada nama kyai pengasuhnya. Di Gontor juga jarang terdengar kisah-kisah "karomah kyai" yang mengandung mistis. Justru yang menggema adalah pesan-pesan singkat, tausiyah para kyai, mulai dari Trimurti sebagai pendiri hingga generasi kedua sebagai pengasuh pondok. Pesan-pesan yang sarat makna dan mengandung nilai-nilai kehidupan yang begitu berharga.


2. Visi dan misi pondok pesantren

Kesamaan visi dan misi wali santri/santri dengan pondok pesantren sangat menentukan ketika hendak menjatuhkan pilihan. Kami bersyukur, Panca Jiwa PMDG (keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwwah islamiyah dan kebebasan berpikir) adalah visi yang sangat tepat untuk mendidik putra kami.



3. Fasilitas

Saat ini terjadi pergeseran nilai. Bisa jadi memilih pondok pesantren sebagai tempat menimba ilmu berdasar pada fasilitas yang diberikan, dengan alasan agar santrinya krasan dan bisa menuntut ilmu dengan nyaman.


Tak ada yang salah dengan alasan terkuat dalam penentuan memilih pondok pesantren. Namun yang salah adalah jika sebagai wali santri bersimpangan jalan dengan nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan pondok pesantren. Di pondok dididik mandiri, saat berlibur di rumah dimanjakan berlebihan. Di pondok diajarkan sholat tepat waktu, di rumah dibiarkan lalai sholat subuh dengan alasan kasihan.

Semoga sebagai umat muslim kita mampu berupaya menjadi sebaik-baik insan. Dan semoga nilai-nilai Islami yang diajarkan Rasulullah, para ulama bisa kita terapkan dalam kehidupan.



Share:

1 comment:

  1. Manatap..semoga para pengasuh senatiasa diberikan kesehatan..aamiin

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.