"Dunia yang menipu"
Sholat dhuha dan berinfak sedekah demi harapan diganjar rezeki harta berlipat ganda.
Berziarah ke tanah suci berharap ongkosnya diganti...
..sah-sah aja..
Hanya...
Kita nggak bisa protes jika nanti di akhirat..zonk.. tabungan amalan kita kosong. Saat kita bertanya, "Mana hasil amalanku di dunia dahulu? Aku rajin melaksanakan semua perintahMu"
Lalu Allah menjawab, "Bukankah sudah kukembalikan, kontan di dunia, berlipat ganda, sesuai janjiKu..seperti harapanmu?
Apakah dilarang berharap sesuatu kepada Allah? Tentu tidak..bahkan Allah yang berseru " mintalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan".
Hanya saja..sudah sepatutnya niat utama kita adalah berharap Allah ridho' dan menghujani kita dengan rahmatNya..hingga kita selamat dunia dan akhirat..
Bahkan dalam dunia tasawuf, beribadah karena berharap pahala tanda keikhlasannya kurang..sulit dong ya.
Maka..lebih aman ambil yang pertengahan..
Melakukan kebaikan itu tujuannya Allah dulu..luruskan niat nomor satu..masalah lain-lain anggaplah bonus, bisa kita "tagih" kalau perlu. Kalau ngga perlu-perlu banget ya biarlah menjadi tabungan di akhirat.
Seperti itu nikmatnya khouf dan roja'
Berharap-harap cemas..
Seperti saat berharap turun hujan di musim kemarau atau saat memandang langit kelabu, hembusan angin yang mulai dingin usai terpapar hari-hari dalam teriknya matahari..
No comments:
Post a Comment