Saat menulis artikel ini,
saya tiba-tiba teringat guyonan di media sosial “tenang, buatan China kan selalu nggak awet, gampang rusak, nah virus
corona ini juga pasti begitu adanya” Guyonan yang sebenarnya nggak lucu,
cenderung satir dibalut rasa khawatir. Betapa tidak, sudah setengah tahun
pandemi corona menimpa bumi, tapi tak kunjung ada tanda segera berakhir. Terutama di Indonesia..duh..ternyata virusnya
awet..
Dan….pandemi ini mengubah
segalanya. Hidup tak lagi normal seperti sebelumnya. Kemana-mana pakai masker,
bawa bekal hand sanitizer, lebih sering cuci tangan dengan sabun, mengurangi hang
out bareng. Bahkan sekolah, seminar, meeting dan ngaji berubah jadi daring.
Sekolah daring sekarang disebut sebagai penyebab darting alias darah tinggi. Kok
bisa darah tinggi? Heheeehe emak-emak di media sosial curhat masalah naiknya
tensi karena harus ngajarin anak di rumah dengan berbagai materi yang
seharusnya diajarkan di sekolah.
Apa saja keluhan sekolah
darling hingga menyebabkan darting?
1. Butuh
biaya ekstra
Tak
pelak lagi, sekolah di rumah dengan cara daring butuh biaya ekstra. Gadget dan
jaringan internet jadi barang wajib. Sedihnya, tidak semua walimurid punya
penghasilan dan anggaran ekstra. Apalagi di zaman pandemi yang berimbas pada
krisis ekonomi. Anak ART tetangga saya setiap jam sekolah akhirnya pinjam HP
sekalian numpang Wi-Fi di rumah majikannya. Qodarullah ada yang bersedia beramal
sholeh untuk membantu sekolah daring.
2. Materi
pelajaran yang njelimet
Well, tidak semua orang
dikaruniai kemampuan memahami materi dan mengajar dengan baik. Saya bersyukur si bungsu mampu
memahami materi dengan baik, jadi saya nggak ikutan darting..lha tapi kan ngga
semua siswa bisa lekas memahami materi saat belajar daring. Apalagi emak bapak di rumah harus ikut "sekolah" lagi. Padahal sudah banyak yang lupa hehe.
3. Jenuh
Pastilah
kejenuhan itu muncul. Baik bagi si murid maupun pengajar dadakan, alias emak
atau bapak di rumah. Lha kalau sudah jenuh mau dipaksa seperti apapun malah
mendatangkan mudharat. Asli, mantengin materi pelajaran via laptop atau hape ngebosenin
banget. Beda dengan keseruan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Jadi
gimana dong? ((sabar))
4. Kurang
fokus
Hmmm belajar di rumah banyak
gangguannya. Televisi, game, teman yang bosan sekolah dan ngajak bermain. Mudah-mudahan
sih gangguannya nggak terlalu sering.
5. Faktor
X
Misal nih, gadget ada
internet sudah pakai Wi-Fi. Tapiii tiba-tiba listrik padam, Wifinya ikut mati,
lebih susah lagi jika baterai Hp dan laptop lowbat karena lupa ngisi. Hmm
..daring yang bikin darting dah
Tapi…di sisi lain kita juga
pasti was-was jika sekolah dibuka kembali di tengah pandemic. Apalagi di daerah
merah dan tingkat penularan Covid-19nya tinggi. Jadi, ada baiknya untuk
sementara berupaya menekan emosi agar tak darah tinggi. Sambil menanti pemerintah
berhasil menemukan solusi terbaik dari semua ini. Namun yang terpenting, tak
lelah berdoa dan berharap semoga Allah berkenan untuk segera mengakhiri pandemi.
No comments:
Post a Comment