“Jika Allah Maha Pemurah, Maha Memberi Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia, mengapa kita harus tetap berdoa? Toh Allah Maha Tahu apa yang kita butuhkan?” Begitu pertanyaan ustadz tahsin kami beberapa tahun lalu kepada kami, emak-emak belajar tahsin dari nol lagi, mengenali huruf hijaiyah dan belajar ilmu tajwid agar bisa membaca AL Quran dan melafadzkan doa, dzikir dengan baik dan benar. Saya menjawab sebatas kemampuan : “agar kita tidak lupa bahwa kita hanya seorang hamba, hidup karena belas kasihNya sehingga tak muncul rasa sombong di dalam dada”
Doa
dan dzikir tak bisa dipisahkan. Dzikir berasal dari kata dzakara, yaitu
mengingat. Para ulama mengartikan dzikir sebagai ingatan yang dipraktikkan
dengan lisan maupun hati, yaitu dengan memperbanyak kalimat tayibah, menyebut
Allah dan memujiNya dengan Asmaul Husna.
Doa
berasal dari kata da’an artinya menyeru. Ulama mengartikan doa sebagai seruan
yang mempengaruhi kita untuk berbuat kebenaran.
Dzikrullah
adalah mengingat Allah, dan doa adalah salah satu cara mengingat Allah. Doa
juga bisa diartikan sebagai cara kita berkomunikasi dengan Allah. Yang
membedakan dzikir dengan doa pada dasarnya adalah Bahasa yang digunakan. Dzikir
(yang diucapkan dengan lisan) lebih kepada mengingat Allah dengan melantunkan
kalimat-kalimat tayibah yang diajarkan Rasulullah. Sedangkan doa, selain doa
yang diajarkan Rasulullah (dalam Bahasa Arab) juga bisa dipanjatkan dengan bahasa
sehari-hari yang kita kuasai.
Perintah untuk memperbanyak dzikir banyak terdapat dalam AL Qur’an antara lain"
1. QS AL Ahzab 41-42
2. QS Al Baqarah 152
Begitu
istimewanya para ahli dzikir di hadapan Allah, Rasulullah menyebut para ahli
dzikir tersebut baik pria maupun wanita sebagai Al Mufarridun
“Dari
Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW bersabda: Telah mendahului al-mufarridun
(orang-orang yang menyendiri dalam ibadah) Para Sahabat bertanya, siapakah al-mufarridun
itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab, “Laki-laki dan perempuan yang banyak
berdzikir kepada Allah” (HR Muslim no. 2626)
Tujuan Berdzikir adalah:
1. Tazkiyatun Nafs: menyucikan jiwa
2. Membersihkan hati dari segala penyakitnya
3. Memunculkan keimanan dan ketaqwaan
Sehingga
dengan memperbanyak dzikir diharapkan bisa membantu mengurangi berbuat maksiat,
hati (seharusnya) merasa lebih tenang dan manusia tidak lalai dengan tujuan
dzikir itu sendiri. Hikmahnya, jika dzikir itu dilantunkan untuk mengiringi doa
maka hendaknya manusia berupaya keras dalam berikhtiar mencapai apa yang
dipinta dalam doanya.
Begitu
mulianya kedudukan doa di hadapan Allah, hingga dalam sebuah riwayat hadits
dituliskan:
“Sesungguhnya seorang hamba
terhalangi dari rizkinya karena dosa yang dilakukannya, sesungguhnya takdir itu
tidaklah berubah kecuali dengan doa. Sesungguhnya doa dan takdir saling berusaha
untuk saling mendahului hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya perbuatan baik
kepada orang tua itu memperpanjang usia” (HR Ahmad)
Dalam kajian fiqih Ustadz Ahmad Habibul Muiz menjelaskan tentang manfaat berdoa pada dasarnya adalah dua, yaitu:
1. Pada apa yang telah terjadi: misalnya berdoa untuk diberikan kesabaran atas musibah
2. Pada apa yang akan terjadi (belum dialami) seperti yang dimaksud dalam riwayat hadits tersebut di atas, yaitu bahwa doa dan takdir saling bersaing hingga hari kiamat.
Adab Berdoa
Bagaimanakah adab berdoa yang baik? Ustadz Habib menjelaskannya dalam Kajian Fiqih Sunnah sebagai berikut:
1. Berusaha sungguh-sungguh hidup dengan cara yang halal (makanan, pakaian dan segala gaya hidup halal)
2. Menghadap kiblat
3. Berdoa di waktu mustajabah agar doa mudah dikabulkan (Hari Jumat, Bulan Romadon, 1/3 mala terakhir, Saat sujud dalam sholat, di antara adzan dan iqomat, setelah sholat fardhu, Hari Arafah)
4. Mengangkat tangan
5. Memperbanyak memuji Allah dan bersholawat kepada nabi sebelum memulai berdoa
6. Menghadirkan hati saat berdoa, tidak hanya di lisan saja
7. Saat berdoa tidak dalam keadaan berbuat dosa
8. Doa yang diucapkan adalah permohonan untuk kebaikan, tidak mengandung dosa atau memutus tali silaturahim
9. Memilih doa, kalimat yang dicontohkan Rasulullah
10. Menghindari doa yang buruk
11. Mengulangi doa hingga tiga kali
12. Ketika mendoakan orang lain, dimulai dengan mendoakan diri sendiri
13. Boleh mengusap wajah usai berdoa
14. Jangan terburu-buru minta dikabulkan
Doa-Doa Mustajabah
Bagaimanakah doa yang mustajabah itu? Yaitu doa yang tak tertolak, yaitu:
1. Doa orang tua kepada anaknya
2. Doa orang yang berpuasa
3. Doa musafir/ sedang dalam perjalanan
4. Doa orang yang teraniaya
5. Doa pemimpin yang adil
6. Doa orang yang tidak diketahui oleh orang yang sedang didoakan
Dalam
berdoa, hendaknya kita yakin bahwa bisa terjadi tiga hal dari doa tersebut:
Doa
langsung diijabah, dikabulkan Allah, doa tersebut diganti Allah dengan sesuatu
yang lebih baik dari sisi Allah atau kita terhindar dari suatu musibah atau doa
tersebut akan dikabulkan di akherat.
Maka
ketika berdoa jangan sekali-kali berputus asa ataua berburuk sangka kepada
Allah dengan menyatakan bahwa Allah tidak adil dan tidak mengabulkan doa. Sebab
Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hambaNya dari sisiNya, sedang manusia
tidak mengetahui apa-apa kecuali atas kehendakNya. Hendaknya kita muhasabah,
barangkali ada dosa atau sesuatu yang haram yang kita lakukan sehingga menjadikan
doa kita terhalang. Atau adab berdoa kita yang kurang, atau Allah telah
menggantikannya dengan sesuatu yang lain. Atau sebagaimana diriwayatkan dalam hadits, takdir telah "memenangkan persaingan atas doa yang kita panjatkan'
No comments:
Post a Comment