Rutinitas pagi di hari libur tanpa sengaja saya dan Raditya menyaksikan cara menanam padi. Di dekat perumahan memang masih ada lahan sawah produktif. Namun baru kali ini kami mendapat kesempatan mengamati aktivitas petani. Biasanya saya hanya bertujuan menunggu momen matahari terbit. Senang saja melihat bulatan raksasa kemerahan yang menyembul dari horison langit. Perlahan meninggi dan mengubah warna langit dari kuning, merah menjadi keemasan lalu terang benderang. Meski hari ini sang mentari (lagi-lagi) bersembunyi di balik awan.
Jadi, sebelum ditanam benih padi, lahan dibajak dan dibiarkan dulu beberapa hari. Saya ngertinya karena pekan lalu lahan ini masih kosong dan terlihat tanah yang dibalik serta diairi. Asyiknya melihat petani yang sedang menanam padi. Sejumput bibit padi diletakkan di satu titik. Kemudian si petani menanamnya dengan berjalan mundur. Duh gak kebayang lelahnya pinggang karena harus membungkuk dalam waktu lama. Tak mengherankan jika kata orang-orang di daerah saya tinggal, mencari buruh tani sekarang sulit. Yang muda-muda lebih suka menjadi buruh pabrik. Tidak heran jika makin susah juga menemukan orang yang mengerti bagaimana cara menanam padi. Tapi ibu-ibu yang sudah berumur ini juga masih gesit. Kerjanya cepat tanpa banyak cakap meski bekerja dalam rombongan beberapa orang. Hanya sesekali menyapa dengan riang.
Pengalaman pagi ini seperti mengandung filosofi. Bahwa pagi hari adalah saat menanam. Kelak ada saat panen. Ada saat menanam harapan, kelak ada saat hasilnya dirasakan. Benih buruk atau baik yang disemai, ada saatnya buahnya akan ditunai. Namun menanam padi tak hanya berhenti pada aktivitas tanam. Petani harus telaten merawat tanaman. Memberikan pupuk sesuai takaran. Menghilangkan gulma, hama dan tumbuhan yang mengganggu. Menghalau burung pipit yang berusaha "mencuri" bulir padi menjelang panen agar hasil panennya sesuai harapan
Mengamati cara menanam padi juga memberikan nasihat yang merasuk ke dalam hati. Apalagi, ini 6 Januari, harinya Raditya ketika pertama kali menikmati bumi. Menanam padi seperti menasihati tentang masa muda dan masa hidup di dunia. Kualitas bibit iman dan taqwa menentukan bagaimana menikmati hidup di hari tua. Hingga kelak di alam berikutnya, apakah kita akan ditempatkan di surga atau neraka.
Nak,
Semoga pagi ini kamu (dan aku) mendapat pelajaran
Tentang bagaimana menanam kebaikan
Menikmati hidup sebagai suatu kebahagiaan
Ikhlas menunaikan kewajiban
Serta berharap kelak kita dipandang Allah sebagai insan yang berhak atas secercah kemuliaan.
Saya juga ikut ter inpirasi bunda :)
ReplyDeleteBenar banget bunda kita dapat mengambil pelajaran dari menanam padi :)
ReplyDeleteMakasih bunda atas pembelajarannya
ReplyDeleteBisa dibuat pembelajaran bunda :)
ReplyDeleteBunda bener banget :)
ReplyDelete