catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Ketika Ujian Hidup Yang Berat Menimpa ABG

"Salahku apa ditimpa ujian hidup yang berat seperti ini" keluh si sulung saat pulang liburan pondok tempo hari. Sudah sekitar enam bulan ia menderita penyakit gatal-gatal di kaki hingga meradang, keluar nanah dan darah. Waktu liburan 10 hari dihabiskan untuk berobat. Hingga kembali ke pondok pun harus mundur 3 hari dan kami terpaksa mengantarkannya. Tetapi kakinya tidak kunjung benar-benar sembuh.

Hingga hari Ahad pekan lalu dia menelepon dua kali. Menangis, merajuk minta pulang, cuti mondhok karena kakinya mulai "berair" lagi. Kami jadi bingung, khawatir dan tak tahu harus bagaimana. Padahal baru beberapa hari sebelumnya ia menelepon dengan riang mengabarkan kakinya sudah mulai mengering.

Tak sabar akhirnya saya nekad berangkat sendiri menempuh 5,5 jam perjalanan dengan bus antar kota menuju pondok tempat si sulung menuntut ilmu. Jujur, saya berangkat dengan kebingungan dan keraguan. Apa yang harus saya lakukan setiba di sana? Apakah mengabulkan permohonannya untuk cuti mondhok yang artinya bakal mengulang tahun depan? Apakah memaksanya untuk sekali lagi berobat ke klinik milik pondok (yang menurutnya dia sudah pernah mencoba berobat ke sana tetapi tidak sembuh) Lalu saya harus menginap di mana?  niat saya semula mengajukan agar ia bisa dirawat inap di klinik pondok dan saya tidur di lantai kamar menunggunya hingga sembuh.  Saya pasrahkan saja kepada Sang Kuasa segala urusan yang tak pernah tahu kemana muaranya.

Akhirnya saya memilih memaksanya berobat di klinik pondok. Meski harus berjalan kaki cukup jauh dan dalam kondisi berpuasa sunnah. Dokter tidak mengizinkan untuk rawat inap atau santri dibawa pulang untuk berobat karena penyakitnya bukan penyakit "berat" Jika ingin dibawa pulang sekalian cuti,katanya. Wah ini pilihan yang sangat berat karena sama dengan membuang setengah perjalanan mondhok dan harus mengulang tahun depan. 

Bismillah, saya mengikuti saran dan rujukan dokter untuk memeriksakan si sulung di rumah sakit atau klinik spesialis kulit di dalam kota tempat ia mondhok. Transportasi bisa ikut ambulan klinik atau naik ojek karena sudah dapat surat izin keluar untuk periksa. Akhirnya ia bersama temannya yang sama-sama harus periksa ke rumah sakit berangkat dan pulang dengan ojek. Dan hasilnya, diagnosa penyakitnya sama sekali berbeda dengan diagnosa dokter saat perawatan di masa liburan. Ganti obat, ganti salep. Dan harus bersabar menunggu hasil ikhtiar.
Ujian hidup yang berat

Bukan hal mudah untuk meyakinkan anak usia ABG bahwa ujian hidup yang berat itu ada hikmahnya. Ia selalu berpikir bahwa penyakit yang ia derita gara-gara mondhok. Jika tidak mondhok tak akan terserang penyakit yang menjijikkan yang ia derita. Kehadiran saya di sana tak hanya sebagai ibu yang merawat lukanya tetapi juga harus mampu menjadi teman, psikolog yang mampu membesarkan hatinya.

Qodarullah, dalam beberapa hari kemudian ikhtiar kali ini membawa hasil. Lukanya mulai mengering, rasa gatalnya berkurang, keluhan sakit ngilu, perih yang dideritanya hilang. Jauh di dalam hati saya bersyukur, sangat bersyukur karena di balik ujian hidup yang berat, ABGku dan kami sekeluarga mendapatkan hikmah yang bermanfaat.

Ujian hidup yang berat


Pertama, ia semakin yakin bahwa Allah tak pernah ingkar janji. Sang Kuasa memerintahkan kita untuk berdoa dan berjanji untuk dikabulkan. Meski harus bersabar tetapi doanya, doa kami dikabulkan. Ini pelajaran tauhid yang pastinya lebih tertanam dalam dan mengakar dalam hati karena bukan sekadar teori. Ia juga belajar menyelesaikan permasalahan dan memahami birokrasi, sebab perizinan berobat baik di klinik pondok maupun di RSUD ia lakukan sendiri. 

Kedua, bagi kami ada hal-hal menarik yang menjadi hikmah. Adiknya belajar mandiri. Membereskan jemuran, membersihkan rumah dan belajar membuat dadar serta menggoreng kentang sendiri hihii. Tak bisa saya bayangkan betapa kacau dapurnya. Saya belajar hidup seperti santri karena tidur beralaskan kasur busa tipis standard pondok di penginapan khusus wali santri lengkap dengan nyamuk yang menemani serta tanpa fasilitas AC, kipas angin atau televisi. Tak perlu khawatir tidak bisa terbangun dini hari karena alarm HP mati sebab jam 3.15 menara masjid pondok telah mengalunkan ayat-ayat kitab suci yang dilagukan oleh salah seorang santri. Ditingkahi tepukan tangan santri yang bertugas membangunkan santri-santri lain sambil berhitung dalam bahasa Arab atau Inggris. 

Ketiga, Saya dan si sulung sama-sama menemukan "kesenangan" Dia senang saat periksa ke RSUD bisa keluar pondok naik ojek melihat pemandangan di luar dan tak lupa mampir jajan bakso di kantin RS karena saking lamanya menunggu antrian obat. Saya senang karena punya banyak waktu luang untuk membaca Al Quran dan sholat syuruq. Lah biasanya sholat syuruq/israq sebulan antara 2-3 kali karena harus buru-buru segera turun masjid bada' jamaah subuh sebab rutinitas emak-emak sudah menunggu. Qodarullah pas jadi "perawat" santri di pondok saya kan nggak ada kegiatan lain. Jadi ya nunggu sampai waktu syuruq untuk sholat sunnah dua rokaat baru bergerilya beli nasi bungkus buat sarapan hehehe.

Seringkali ujian hidup yang berat membuat kita merasa paling menderita. Seolah hanya kita yang paling sengsara. Padahal di balik itu semua pasti Allah punya pesan tersembunyi untuk membuat kita lebih kuat dan semakin pandai mensyukuri. Salah satu rasa syukur saya adalah sempat mengabadikan pemandangan yang jarang saya temui: pesona langit senja dengan menara masjid nan indah ini yang saya abadikan setelah sholat Maghrib di mushola lantai dua klinik pondok mas santri.



Share:

No comments:

Post a Comment

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.