catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Musibah Bencana Alam, Antara Fenomena dan Teguran


Misi, mau curhat dikit. Tempo hari saya jadi ga enak sama seorang teman Fb, dia dulu teman sekantor saya juga. Saya merasa agak gimana dengan postingnya tentang bencana Palu. Dalam posting yang dia share dari postingan antah berantah dituliskan: Palu sedang dibersihkan ...bla bla bla (isinya : kompleks pelacuran tenggelam, rumah simpanan pejabat hancur dll dll dengan foto penghias masjid di tepi pantai yang berdiri tegak). Saya mengingatkannya bahwa postingan itu bisa menimbulkan pro kontra. bagaimana jika ada yang mengingatkan bahwa Tsunami Aceh yang lebih dahsyat berarti azab bagi Aceh sarang maksiat? Lau dia menghapus postingan itu.....mudah-mudahan dia gak marah ya.

Duh ya, membaca postingan seperti itu hati saya perih. Membayangkan kalau yang dianggap mereka yang terkena bencana SELALU SEDANG MENDAPAT AZAB. Lah itu yang bikin tulisan apa ga tau karena sebagian yang hancur karena Bencana Palu adalah pondok pesantren tahfidz Quran lengkap dengan kisah hafidzah yang meninggal satu persatu karena pertolongan alat berat tak kunjung datang (mata saya berembun mengingat kisah para hafidzah ini, membayangkan kesakitan yang mereka derita terhimpit reruntuhan tetapi tetap berupaya murojaah hingga ajalnya tiba), apa yang menulis postingan itu lupa ada muadzin di masjid kampus yang meninggal karena memilih menuntaskan adzan sehingga tertimpa bangunan masjid yang runtuh karena gempa. Mungkin yang menulis artikel bencana Palu sebagai azab bagi masyarakat Palu lupa ada anak-anak yang sedang belajar mengaji lenyap ditelan likuifikasi. Atau mungkin dianggapnya para korban (selain para pelaku maksiat) adalah korban Collateral Damage. Lalu bagaimana dengan bencana Tsunami Aceh yang jauh lebih hebat dan menewaskan ratusan ribu orang di Serambi Mekah, bukankah di sana hukum Islam ditegakkan dengan tanpa pandang bulu? Ah entahlah...




Saya sadar sebagai manusia memang tak pernah bisa menghindari takdir Tuhan. Dan tidak sepantasnya bagi yang tidak ditimpa bencana berdebat mengenai masalah penyebab terjadinya bencana. Korban jiwa berjatuhan, jutaan orang hidup di pengungsian inilah yang perlu diperhatikan. Bagi mereka yang selamat dari bencana tetapi tak lagi memiliki harta benda tentu hidup dalam kesengsaraan. Di awal-awal pengungsian tak jarang para korban bencana tidur beralas tanah beratap langit dengan perasaan tak karuan, khawatir terjadi bencana susulan. Ketika sudah didirikan tenda-tenda bantuan pun bukan berarti hidup mereka nyaman. Keterbatasan makanan, pakaian hingga kebutuhan ke kamar mandi harus antri.

Dalam sebuah riwayat diceritakan tentang gempa yang melanda Madinah di masa kekhalifahan Umar Bin Khattab. Khalifah Umar kemudian mengingatkan agar rakyatnya meninggalkan maksiat dan memperbanyak sedekah. Tidak diragukan lagi, bahwa gempa (dan bencana) adalah bagian dari teguran Allah. Tetapi teguran itu (di mata saya) bukan hanya berlaku bagi mereka yang ditimpa bencana. Melainkan berlaku bagi seluruh negeri. Kita yang sedang merasa aman-aman saja padahal sebenarnya tak luput dari maksiat harusnya mawas diri. Jangan-jangan mereka yang tertimpa bencana menderita karena perilaku kita. Sebenarnya kitalah yang ditegur tetapi merasa woles dan bersikap seolah tak ada apa-apa.....Astaghfirullah.

Di sisi lain saya membaca juga tentang kearifan lokal. Bahwa bencana akibat likuifikasi itu telah diingatkan oleh nenek moyang dengan sebutan Nalodo. Artinya secara ilmiah dan menurut sejarah di daerah Palu itu sebelumnya, ratusan tahun lalu pernah terjadi bencana serupa. Menurut kajian ilmiah memang daerah rawa-rawa rawan ditelan bumi ketika terjadi gempa. Lalu saya bergidik membayangkan....apakah rumah yang saya tinggali ini aman dan kuat menghadapi gempa?

Marilah berharap yang baik-baik...berdoa yang baik-baik...semoga kita bisa memperbaiki diri dan terhindar dari bencana serupa.

Share:

2 comments:

  1. Semoga saja kita selalu diberi perlindungan ya mbak. Berdo'a saja yang terbaik :)

    ReplyDelete
  2. Sebuah bencana bismillah semoga bisa menjadi bahan renungan yaa mba. Semoga kita semua dilindungi aamiin..

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.