Indahnya Hidup Dibawah Naungan Al-Quran
Sabtu 20 Maret 2021, saya berkesempatan mengikuti kajian online Ustadz Budi Ashari, Lc di kursihikmah. Kajian bertajuk Indahnya Hidup Dibawah Naungan Al-Quran benar-benar memberikan pencerahan. Gaya bertutur Ustadz Budi Ashari yang mengalir tenang, layaknya air mengisi gelas-gelas kosong.
Banyak hal baru yang belum pernah saya dengar. Saya merasa wajib menulis beberapa poin (kisah) penting yang mengandung hikmah tentang betapa Al Qurán secara nyata menebarkan keindahan, memberikan naungan dalam kehidupan.
1. Kisah Al Ma’mun dan pemilik tulisan tangan nan indah
Al Ma’mun adalah salah seorang pemimpin muslim berpengaruh di zamannya yaitu Kekhalifahan Abbasiyah. Ia dikenal sebagai pecinta keindahan dan ilmu pengetahuan. Suatu hari ia menemukan tulisan tangan seseorang yang indah sekali. Saat itu tulisan tangan sangat dihargai dan memiliki nilai seni tinggi. Orang itu kemudian dia tawari kedudukan dalam pemerintahan. Sebab orang tersebut belum memeluk agama Islam, sang khalifah menawarkannya untuk masuk Islam (menawarkan tanpa memaksa, dan andai tidak diterima pun tidak ada hukuman) Namun orang tersebut menolak dan memutuskan pergi dari istana.
Setahun kemudian Al Ma’mun bertemu kembali dengan orang yang sempat
ditawari untuk masuk Islam dan hendak dijadikan pejabat itu. Tetapi Al Ma’mun
merasa heran sebab orang yang dulu menolak masuk Islam (padahal yang
menawarinya adalah seorang pemimpin tertinggi) ternyata telah memeluk Islam.
Al Ma’mun bertanya, “Bukankah kamu dulu aku pernah menawarimu memeluk
agama Islam namun kau tolak, tetapi kenapa malah kini engkau telah masuk Islam?”(Ustadz
Budi Ashari menggarisbawahi bahwa di sinilah keajaiban hidayah. Al Ma’mun yang
sangat berkuasa, seorang pemimpin kekhalifahan tak mampu membuat seseorang
memeluk agama Islam dengan kekuasaannya)
Lalu orang tersebut menceritakan kisah tentang bagaimana ia kemudian memeluk agama Islam. Usai meninggalkan istana Al Ma’mun, ia melanjutkan hidupnya dengan menjual hasil tulisan tangan. Ia menuliskan kembali isi kitab Taurat yang ia ubah sedikit-sedikit sesuai kemauannya, pemuka agama Taurat mengagumi dan membelinya tanpa mengetahui isi kitabnya telah diubah. Begitu juga yang ia lakukan dengan kitab injilnya kaum nasrani, pemuka agamanya mengagumi tanpa mengetahui bahwa isi kitabnya telah diubah. Kemudian ia menulis Al Quran dan mengubah isinya, tetapi ia tak mampu menjualnya kepada pemuka agama Islam, sebab pemuka agama tersebut berkata “ini bukan Al Qurán, sebab isinya tidaklah sama dengan yang biasa kami baca” Si pemilik tulisan indah itu takjub, bagaimana bisa ulama tersebut mengenali bahwa ayat Al Qurán telah diubah?
Ustadz Budi Ashari mengingatkan bahwa ini adalah janji Allah, bahwa Allah sendiri yang akan menjaga kemurnian Al Qurán. Berbeda dengan kitab-kitab terdahulu, Allah memerintahkan Bani Israil dan kaum Nasrani untuk menjaga kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, namun mereka pun berkhianat.
MasyaAllah…
2. Kisah Pemuka Suku Quraisy dan indahnya Al Quran
Pada suatu masa, ketika Nabi Muhammad mulai mencuri perhatian orang-orang Quraisy dalam dakwahnya yang menyitir ayat-ayat Al Quran, Abu Jahal mulai khawatir. Ia menemui pamannya Wahid Bin Muhiroh, seorang pemuka Quraisy yang kaya raya. Ia meminta sang paman untuk mengeluarkan pernyataan yang mengingkari Al Qurán, menjelekkannya sehingga tak ada yang tertarik memeluk agama Islam. Sang paman berkata, “Aku bingung bagaimana caraku menjelekkan Al Quran. Sebab jika aku mendengar Muhammad membacanya terasa isinya begitu manis, indah, bagai pohon yang ranum buahnya kokoh akarnya, menghunjam dan di bawahnya ada mata air yang jernih"
Abu Jahal memaksa sang paman untuk mengeluarkan pernyataan apapun asal tak semakin banyak orang tertarik memeluk agama Islam. Sang paman kemudian menyanggupi namun membutuhkan waktu beberapa hari. Selang beberapa hari kemudian, Wahid Bin Muhiroh menyatakan pengingkaran dengan berkata bahwa ayat-ayat Al Quran hanyalah mantra sihir belaka. Kisah ini diabadikan dalam surat Al Mudatstsir.
3. Penelitian ilmuwan Jepang
Ustadz Budi Ashari juga menceritakan tentang
penelitian seorang ilmuwan Jepang. Kepada seseorang yang menjadi responden, ia memperdengarkan
beberapa rekaman lagu dari berbagai genre musik, dan ia juga memperdengarkan
kutipan bacaan tilawah Al Qurán. Responden ini bukanlah seorang muslim. Ketika ditanya
kepadanya mana yang menjadi favoritnya dari berbagai rekaman tersebut, orang
itu berkata “semua yang kau perdengarkan itu indah-indah, tapi yang satu itu
(ia menunjukkan rekaman bacaan tilawah Al Qur’an) terasa sangat indah dan
menyentuh perasaan begitu dalam, itu lagu apakah?
MasyaAllah…bahkan seorang non muslim pun mengakui keindahan Al Qurán
sungguh merugi jika kita sebagai muslim tidak meluangkan waktu untuk tadabbur
Qurán
Sebagai penutup, Ustadz Budi Ashori mengingatkan kembali perintah Allah bagi umat muslim untuk tadabbur quran. Untuk membaca, memahami isi-isi ayt Al Quran. Agar menjadi pengisi hati dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat-ayat tentang perintah tadabbur Qurán tersebut adalah:
1. QS Shad ayat 29
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”
2. QS. Al Mu’minun 68-70
(68) Maka tidakkah mereka menghayati firman (Allah), atau adakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka terdahulu
(69) Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?
(70) Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila". Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.
3. QS. An Nisa 82
No comments:
Post a Comment