Usai subuh suatu hari, saya terkesan dengan lukisan alam yang terbentang di langit yang mulai merona. Membentuk garis-garis horisontal di cakrawala. Pengen mengabadikan sendiri dengan kamera Hp seperti biasa tetapi waktu pagi adalah saat sibuk-sibuknya emak rumahan seperti saya. Walhasil si bungsu jadi andalan. Qodarullah, mungkin ia sudah paham bakal diminta emaknya motret lukisan langit seperti saat memotret awan berbentuk kapas kecil-kecil alias Cumulus tertimpa sinar mentari yang baru terbit temp hari. Maka sebelum keluar perintah eeh dia sudah melakukan isi hati si emak.
Bagus kan?
Garis-garis horisontal di cakrawala ini bagi saya adalah pengingat bahwa kelak yang dihisab bukan hanya kualitas dan kuantitas interaksi kita dengan Sang Pencipta, tetapi juga dengan lingkungan di sekitar dan sesama manusia.
Apa jadinya jika kita menyakiti perasaan, berkomentar tentang sesuatu yang tak berkenan di qalbu seseorang yang akan diingatnya sepanjang masa. Padahal kita lupa, tak merasa bahwa kita telah melukai hati bahkan tak sempat meminta maaf kepadanya?
Jungkir balik sholat wajib tepat waktu ditambah sunnah-sunnah, rajin tilawah dan menghafalkan Al Quran, tetapi sedekah infaq zakat dan qurban susaaahnya karena eman-eman, bukan karena nggak punya duit simpanan.
Sebaliknya, rajin membantu sesama, ringan tangan dan nggak kehitung kalau bersedekah. Tetapi ibadah sesuai syariat diabaikan begitu saja. Sayang sekali bukan?
Begitulah, Islam mengingatkan bahwa manusia hidup berinteraksi secara vertikal dan horisontal. Ada interaksi dengan Sang Pencipta, tetapi tak boleh abaikan interaksi dengan lingkungan dan sesama manusia.
Semoga kita tak pernah lupa.....
No comments:
Post a Comment