Ramadhan sudah berlalu, Lebaran pun mulai beranjak pelan-pelan. Arus mudik perlahan tapi pasti telah berubah menjadi arus balik. Muncul guyonan di media sosial bahwa mulai H+3 ditengarai keramaian pindah ke mesin cuci dan tumpukan baju kotor sementara yang sepi adalah kantong dan dompet ☺☺☺☺☺☺❤
Yup nggak salah deh, lebaran adalah hari rayanya anak-anak yang menerima angpau lebaran tetapi hari *kiamat* bagi orang tua yang tak bijak mengelola keuangan.
Memberikan angpau atau bingkisan lebaran memang tidak diwajibkan. Namun sudah menjadi bagian dari tradisi di Indonesia jika anak-anak yang lebih muda berhak mendapatkan angpau lebaran ketika bersilaturahim ke yang lebih tua. Besarannya? terserah yang memberikan, bisa lima ribu, sepuluh ribu hingga seratus ribu atau bahkan lebih.
Bayangkan jika punya keponakan tiga puluh orang. Kalau harus menyiapkan 10 ribu rupiah dikalikan tiga puluh sudah membutuhkan 300 ribu rupiah. Ngga heran kalau nggak siap-siap dan bijak mengelola keuangan bisa tekor usai lebaran.
Tapi nggak perlu baper abis lebaran asal mampu mengelola keuangan sebijak mungkin. Mau menyimak tips saya mengelola keuangan pasca lebaran, begini nih:
1. Mengajarkan anak-anak menabung
Jika dicermati sebenarnya uang yang dikeluarkan para sesepuh berputar saja. Tidak benar-benar *keluar dari dompet* sebab masuknya ke dompet anak-anak. Anak-anak kaya, bapak ibu merana hahaha. Hempaskan pemikiran demikian, gantilah dengan pemikiran yang lebih konstruktif yaitu lebaran nggak membuat merana kok, malah menjadi saat yang tepat untuk mengajarkan anak menabung angpau lebaran. Ajak anak menyisihkan sebagian penghasilannya selama lebaran untuk infaq dan menabung di bank. Cara demikian sama halnya dengan mengajarkan pentingnya menabung untuk akherat dan juga menabung untuk biaya-biaya selama hidup di dunia. "mengapa harus menabung Ma?" pertanyaan yang sering muncul. Rasa ingin tahun si anak bisa dijawab dengan mengemukakan berbagai fakta, bahwa sekolah butuh biaya, jajan butuh duit, lebaran pun butuh uang yang tak sedikit bukan?
2. Rajin mencari uang tambahan
Yaelah mau lebaran nyari uang tambahan, abis lebaran kudu nyari uang tambahan lagi? Yee kan ikhtiar jalan terus, apalagi nyarinya sambil senang-senang. Mau tau bagaimana ikhtiar nyari duit sambil senang-senang? kalau saya sih caranya melalui ngekuis. Coba deh buka twitter, facebook dan instagram. Selusuri fan page produk atau institusi tertentu. Biasanya lebaran gini ramai ngadain kuis mulai dari kuis foto hingga lomba nulis. Salah satunya lomba foto selfie lebaran bersama LPS - BPR. Hadiahnya lumayan banget loh, 250 Ribu untuk dua orang. Lomba foto LPS kali ini nggak sekedar mensosialisasikan LPS tetapi juga BPR. Mungkin masih belum banyak masyarakat yang tahu bahwa menabung di BPR aman-aman saja. Andai terjadi likuidasi pada BPR tempat kita menyimpan uang maka simpanan kita akan kembali sesuai dengan saldo terakhir menurut catatan di buku rekening. Sebab BPR telah menjadi peserta LPS, sehingga simpanan uang nasabah pun telah dijamin oleh LPS. Maka ngga perlu khawatir menyimpan uang di BPR. Apalagi BPR kan biasanya ada di desa-desa, pelosok yang jarang ditemui bank konvensional gede. Bisalah menabung di BPR daripada uang disimpan di rumah yang resikonya lebih gede.
3. Kurangi anggaran cemilan
Tiap belanja bulanan selalu menganggarkan cemilan. Lebaran kan masih punya banyak stok cemilan Maak. Jadi ngga usahlah beli cemilan lagi. Syukuri dan nikmati yang ada. Habiskan dulu jajan-jajan lebaran baru beli lagi, hemat dan bisa menyelamatkan sebagian anggaran keuangan keluarga. Kalau bosan ngemil kue mending ngemil buah deh, biar hemat cari buah yang lagi musim sekarang. Saya malah ngga perlu beli, tinggal memetik buah mangga depan rumah yang sedang berbuah. Eh ya..biar makin hemat sekalian lanjutkan dah puasanya dengan puasa sunnah bulan Syawal selama enam hari, eits tapi ingat niat puasanya Lillahi ta'ala. Hemat anggaran itu bonusnya hehehe.
Itu tiga tips mengelola keuangan pasca lebaran ala saya. Teman-teman pasti punya tips yang berbeda. Share yuuuk
No comments:
Post a Comment