catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Do and Don't di Gontor

Hari ini, 5 Juli, 11 Syawal lapangan di depan aula BPPM (Balai Pertemuan Pondok Modern) Darussalam Gontor Upacara Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyyah dipenuhi ribuan santri dan caon santri. Seperti yang dirilis gontor.ac.id sebanyak 3173 santri kelas 1 hingga kelas 6 ditambah 2675 calon santri mengikuti upacara pembukaan tahun ajaran baru 1438/1439 H.

Alhamdulillah biidznillah, tahun kemarin si sulung mengikuti apel serupa sebagai capel (calon santri) dan tahun ini mengikutinya sebagai santri kelas dua. Tahun lalu ananda dinyatakan lulus seleksi penerimaan santri baru gontor dan ditempatkan di Gontor 5 Rogojampi. Biidznillah saat kenaikan kelas dia dinyatakan naik positif dan pindah ke pusat (semoga mampu mengemban amanah dan istiqomah) Mudah-mudahan kami bukan type orang tua yang terlalu menuntut dengan berharap ananda bisa istiqomah bertahan sebagai santri Gontor dan kelak lulus dengan husnul khotimah sebagai alumni yang mampu mendarmabaktikan ilmu dan pengetahuan bagi kemaslahatan umat.

Test masuk Gontor memang tidak mudah, tetapi bertahan di Gontor lebih tidak mudah. Tidak mengherankan jika ada yang merasa tak mampu bertahan dan memutuskan mengundurkan diri sebagai santri. Padahal agar bisa *memiliki* ijazah Gontor haruslah bertahan hingga 4 tahun pendidikan (untuk santri lulusan SMP sederajat) dan 6 tahun untuk santri lulusan SD sederajat ditambah masing-masing satu tahun masa pengabdian sebagai ustadz.

Banyak kisah haru, seru, lucu selama setahun ananda melewati masa-masa sebagai santri baru. Psst menurutnya (dari kisah yang diceritakan ustadz dan para mudabbirnya) masa paling sulit di Gontor adalah kelas 1 (karena harus beradaptasi dengan cepat), kelas 3 karena saringan ke tingkat lebih tinggi dan kelas lima karena saringan ke kelas 6 yang kelak menjadi calon ustadz plus dibebani tugas sebagai mudabbir dan panitia-panitia acara.

Bagaimana bertahan di Gontor? setidaknya ada list Do and Don't

Do
1. Patuhi peraturan, mengenai barang yang dilarang dibawa santri monggo silahkan dipatuhi. Mengenai kewajiban kode etik berpakaian (training yang dilengkapi karet di bagian bawah, tidak mengenakan baju dengan merk tertentu atau berbau kedaerahan seperti batik, kaos polos dan tidak berwarna mencolok, kemeja warna polos dll) monggo dipatuhi

2. Bersikap sopan dan hormat pada senior, ustadz dan pak kyai serta wali santri lain

Don't

1. Jangan membantah perintah ustadz. Ustadz adalah salah satu sosok yang harus dihormati. Dan jangan tertidur saat pelajaran di kelas.

2. Jangan membawa uang cash terlalu banyak. Lebih baik disimpan di tabungan santri (sebaiknya tabungan santri berisi nominal yang cukup, jangan dibiarkan kosong sebab tabsis adalah *penolong* santri di masa sulit)

hmmm itu sih intinya ya. Kalau tidak tahu sama sekali seluk beluk Gontor pada awalnya pasti kaget kalau barang-barang tiba-tiba ilang di jemuran karena disita. Atau mendapat hukuman yang cukup melelahkan. Maka doanya hanya satu: semoga Allah menguatkan dan memudahkan perjuangan.
Share:

2 comments:

  1. Masyaallah..senangnya mbak dwi..saya juga ingin anak saya di Gontor. Semoga Allah mudahkan :)

    ReplyDelete

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.