Tugas dan kewajiban utama umat manusia diciptakan Allah adalah untuk beribadah kepadaNya. Ibadah terus ih, nah kapan kerjanya emang duit bisa datang sendiri, kapan bersosialisasi? kapan ketemu jodoh dan membangun rumah tangga? Sabar....inilah pemikiran yang salah.
Adalah sebuah kekeliruan jika kita menganggap ibadah itu hanya sholat, membaca Al Qur'an, berdzikir, berinfaq sedekah, umroh, haji, zakat, dan ibadah-ibadah yang diperintahkan secara nyata, ibadah yang berkaitan langsung dengan Allah. Jika kita renungkan, segala amal kebaikan yang kita niatkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah bisa terhitung sebagai ibadah. Misalnya bekerja, mencari nafkah jika kita niatkan sebagai bentuk ibadah, rasa syukur karena telah dikaruniai kehidupan, kesehatan dan panca indera maka kita mengoptimalkan untuk berkarya dan bekerja. Contoh lain, jika kita menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan agar tidak mencelakai orang lain sebagai bentuk mentaati perintah Allah untuk berbuat kebaikan maka tindakan yang tampaknya sederhana itu juga terhitung ibadah, dalam semuah hadits bahkan disebutkan bahwa menyingkirkan aral melintang di jalanan itu dapat dikategorikan sebagai sedekah.
Jika kewajiban makhluk adalah beribadah dan kelak di hari akhir dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, maka muncul pertanyaan apakah ibadah kita selama ini diterima Allah?
Ustadzah Lina Ariani dalam taklim MT. Al Maratus Shalihah pada taklim 30 Mei 2023 mengulas tentang 7 Hal yang bisa menjadi bahan introspeksi apakah ibadah di bulan Ramadan kita diterima Allah. Ustadzah mengkhususkannya sebagai ibadah di bulan Ramadan, sebab taklim saat itu adalah taklim pertama usai rehat selama Ramadan. Namun poin-poinnya bisa kita anggap sebagai ibadah pada umumnya.
7 Hal yang bisa menjadi bahan introspeksi apakah ibadah (di bulan Ramadan) kita diterima Allah adalah:
1. Berlanjutnya ketaatan yang kita lakukan di bulan Ramadan (istiqomah)
Jika kita istiqomah dalam taat beribadah meski bukan di bulan Ramadan, insyaallah inilah bentuk ketaatan secara ikhlas dan pertanda bahwa ibadah kita diterima Allah
2. Terus menerus melakukan amal sholeh, menjaga interaksi dengan Allah dan sesama manusia.
Salah satu manifestasi dari ibadah adalah senantiasa menjaga interaksi yang baik dengan Allah dan sesama manusia.
3. Munculnya buah ibadah dalam perbaikan akhlak (lebih sabar, mudah beristighfar, mampu menahan amarah, ringan berinfaq)
4. Tumbuhnya mahabbah / rasa cinta untuk melakukan kebaikan
5. Membenci kemaksiatan dan kemungkaran
6. Tumbuhnya rasa roja' dan khauf (berharap-harap cemas dan khawatir) jika ibadahnya tidak diterima Allah sehingga ia lebih berhati-hati dalam bertindak.
7. Menganggap amal ibadah yang dilakukan masih sangat sedikit sehingga terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya.
Dalam kesempatan taklim berikutnya, Ustadzah Lina membahas tentang Tadabbur QS An Nahl : 97 Ayat ini berkaitan dengan hasil dari ibadah yang dilakukan secara ikhlas. Yaitu bahwa Allah menjanjikan kebaikan di dunia dan akherat bagi wanita dan pria beriman yang melakukan kebajikan.
Masjid An Nuur, Dungus |
Kebaikan yang Allah janjikan berupa:
1. Merasakan nikmatnya ketaatan
2. Menikmati kesehatan dan kekuatan fisik
3. Mendapat rezeki yang halal, lapang dan barokah
4. Dimudahkan dalam berbagai urusan
5. Diijabah doanya
6. Merasakan kebahagiaan di dunia, di akherat kelak mendapat nikmat surga
Saling memaafkan adalah buah dari ibadah dan ketaatan |
Kebajikan yang dilakukan dalam rangka berharap ridho Allah hendaknya dilakukan secara ikhlas.
Tiga unsur ikhlas dalam beribadah adalah:
1. Menghadirkan niat, murni beribadah karena Allah
2. Itqan al amal. Amal ibadah yang dilakukan terjaga agar terus bisa dilakukan.
3. Segala nikmat yang diterima, dimanfaatkan di jalan kebaikan (misalnya dikarunai rezeki maka digunakan untuk berinfaq sedekah)
#almaratusshalihah
No comments:
Post a Comment