23 November 2019, adalah hari yang sibuk bagi Pondok Modern Darussalam Gontor. Dalam sehari kedatangan tamu penting. Pagi-siang ada kunjungan menteri kesehatan, sore hari ulama yang paling dinantikan umat Islam, Ustadz Abdul Somad hadir di PMDG memenuhi undangan pondok untuk acara tabligh akbar 24 November 2019 dan dilanjutkan Kuliah Umum di Universitas Darussalam.
Tema Tabligh Akbar Ustadz Abdul Somad kali ini adalah "santri sebagai generasi khoiru ummah".
Saya tidak dapat hadir di acara sholat subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan Tabligh Akbar, tetapi alhamdulillah berkesempatan nonton Streaming melalui Gontor TV.
UAS dengan lugas memberikan tausyiah, diselingi humor segar seperti biasa. Saya mencatat beberapa poin penting berikut:
Ciri-ciri (santri sebagai) Khoiru Ummah:
1. Ta'muruna bil ma'ruf
Mengajak pada kebaikan. Tak hanya melalui ceramah dan khotbah tetapi di segala sendi kehidupan.
2. Wa tanhauna anil munkar
Bicara lantang menolak kemungkaran.
Dengan cara yang ma'ruf, konstitusional
3. Wa tu'minuna billah
Mengupayakan akhir hidupnya husnul khotimah dengan senantiasa menjaga keimanan.
Menguji batu dengan api, menguji manusia dengan uang. Maka khoiru ummah harus berjuang agar istiqomah beriman kepada Allah, tidak silau oleh duniawi.
.
"Abdul Somad, Ke Gontor apa yang kau cari? Apakah ketenaran, puja-puji. Abdul Somad ke Gontor hanya berharap barokah dan doa dari orang-orang shalih"~ Ustadz Abdul Somad, Lc, MA.
.
MasyaAllah tabarakallah saya kok menangis berkali-kali mendengar tausyiah beliau pagi ini. Bergetar pula dada ini ketika UAS mengisahkan pertemuannya dengan alumni-alumni Gontor: dokter yang membuka pengobatan gratis bagi kaum dhuafa, pemilik rumah makan yang tak segan mendirikan masjid dan mengumandangkan adzan di masjid di tengah kawasan wisata kuliner yang bahkan muslim menjadi minoritas, Anak-anak muda dengan pakaian "gaul" tetapi berdakwah dengan gaya khas generasi milenial dan memiliki jiwa entrepreneur.
.
Larut dalam air mata ketika meng-aamiini doa-doa pak kyai pagi ini. Yang mengingatkan untuk selalu istighfar, betapa saya sering melakukan yang seharusnya ditinggalkan, meninggalkan yang seharusnya dilakukan, mengungkapkan yang seharusnya ditutupi.
Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah...
No comments:
Post a Comment