catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Perkembangan Batik Sebagai Wastra Nusantara Bagi Masyarakat Jawa


Perkembangan Batik Sebagai Wastra Nusantara Bagi Masyarakat Jawa
            Setiap wastra nusantara memiliki makna khusus di daerahnya. Bahkan setiap tahapan kehidupan erat kaitannya dengan kain tradisional warisan kebudayaan. Tak terkecuali batik yang sangat melekat dengan kehidupan masyarakat Jawa.

            Batik merupakan warisan kebudayaan yang tak pernah lekang oleh zaman. Berdasarkan peninggalan sejarah di pulau Jawa, batik diyakini berkembang pesat pada masa kejayaan kerajaan Mataram kuno. Setelah Mataram runtuh kebudayaan batik dilanjutkan oleh Kerajaan Surakarta dan Ngayogyakarta. Batik kemudian semakin berkembang di Pulau Jawa dan berasimilasi dengan kebudayaan lain. Maka di beberapa wilayah dikenal motif dan corak khusus yang tidak ditemui di daerah lain. Beberapa pusat kerajinan batik yang dikenal memiliki corak khusus adalah:
1.      Solo. Motif batik Solo sangat beragam. Yang paling populer adalah Sidomukti
2.      Pekalongan. Tekstur batiknya lebih halus dan berani bermain warna
3.      Cirebon. Seperti batik Solo, batik Cirebon kaya motif. Salah satu yang paling populer adalah motif Megamendung
4.      Banten. Motif batik Banten cukup unik. Motifnya didominasi warna abu-abu
5.      Lasem. Motif batik Lasem merupakan hasil asimilasi budaya Jawa dan Cina. Hal in tampak pada perpaduan corak fauna yang merupakan ciri khas China dengan motif geometris khas seperti yang tampak pada ornamen candi di Jawa
6.      Betawi. Batik betawi dikenal dengan warna-warna cerah.

Masyarakat Jawa, terutama Jawa bagian Solo dan Yogyakarta dikenal sangat memegang teguh filosofi batik dalam kehidupannya. Bisa dikatakan bagi masyarakat Jawa batik sangat melekat dalam hidup dan mati mereka. Dalam setiap tahapan kehidupan, batik yang dikenakan berbeda motif dan memiliki filosofi yang mendalam. Batik dan filosofi tersebut adalah:
1.      Batik yang dikenakan kedua mempelai saat acara pernikahan.
Di malam pernikahan mempelai wanita biasa menjalani prosesi midodareni. Batik yang dikenakan biasanya bermotif sidoluhur yang memiliki filosofi berupa harapan agar kedua mempelai meraih keluhuran dalam segi materi maupun non materi. Saat acara pesta atau resepsi pernikahan kedua mempelai dianjurkan mengenakan batik motif Sidomukti sebagai kain bawahan.  Filosofi batik ini adalah agar kedua mempelai bisa meraih masa depan cerah (mukti wibawa)
2.      Batik yang dikenakan saat prosesi siraman tujuh bulanan bayi dalam kandungan
Salah satu tujuan menikah adalah mendapatkan keturunan. Ketika bayi masih dalam kandungan berbagai harapan dan doa dipanjatkan. Masyarakat Jawa mengenal acara siraman mitoni, saat kandungan berusia tujuh bulan. Dalam prosesi ini filosofi “ganti nyamping batik tujuh kali” mengandung makna yang sangat mendalam. Motif wastra nusantara yang dikenakan dalam prosesi ini adalah:
a.       Sidoluhur: harapannya adalah bayi dalam kandungan kelak menjadi insan yang berbudi luhur.
b.      Sidomukti: mengandung filosofi sang bayi diharapkan menjadi insan mukti wibawa, disegani karena kewibawaannya
c.       Truntum: mengandung harapan agar keluhuran budi orang tua menurun kepada jabang bayi
d.      Wahyu tumurun: mengandung doa agar si jabang bayi kelak menjadi sosok yang religius, selalu mendapatkan rahmat dan perlindungan dari Sang Kuasa
e.       Udan Riris: harapannya si jabang bayi menjadi insan yang menyenangkan dalam pergaulan
f.       Parangkusumo: mewakili harapan agar sang bayi tumbuh menjadi insan yang cerdas, tajam dalam berpikir dan tangkas dalam bergerak
g.      Semen rama: mengandung harapan sang bayi kelak menjadi sosok yang welas asih
h.      Cakar ayam: mengandung filosofi harapan agar sang bayi kelak mudah dalam mencari nafkah
Selain kedelapan motif tersebut sebagian masyarakat Jawa untuk acara siraman tujuh bulanan bisa memilih motif lain seperti babon nglubuk (mengandung filosofi agar kelak jaban bayi lahir tepat waktu dan selamat), sido asih (mengandung harapan agar si bayi menjadi sosok penuh kasih dan dikasihi), lasem (harapan agar kelak menjadi insan bertaqwa), grompol (diharapkan agar sang bayi menjadi pemersatu dalam keluarga) dan dringin (filosofinya agar sang byai menjadi insan yang mudah bergaul dan berguna bagi sesama). Saat bayi lahir, masyarakat Jawa juga terbiasa membuat ayunan atau gendongan dari kain batik. Meski tidak ada motif khusus, terkadang kain yang digunakan saat siraman tujuh bulanan digunakan kembali sebagai gendongan.
3.      Saat meninggal dunia
Perjalanan hidup manusia berkisar antara pernikahan, kelahiran bayi dan kematian. Masyarakat Jawa tak pernah lupa menyertakan wastra batik dalam setiap tahapan perjalanan hidupnya. Tidak hanya prosesi pernikahan dan kelahiran, batik juga menjadi bagian dari kematian. Ketika seseorang meninggal, suku Jawa biasa menutupi jenazahnya dengan kain batik. Motif batik yang biasa dipakai sebagai penutup jenazah atau alas peti jenazah adalah motif slobog. Yaitu motif segi empat kecil yang diberi dua garis sehingga motifnya tampak seperti empat potong segitiga. Filosofi dari motif slobog adalah agar perjalanan arwah di alam sesudah kematian bisa lancar kembali ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Jika di zaman dahulu wastra nusantara dengan motif tertentu hanya dikenakan para bangsawan untuk acara-acara khusus, saat ini pemakaian wastra nusantara lebih bersifat umum. Bahkan para perancang busana seringkali menyertakan unsur wastra nusantara dalam busana hasil rancangannya. Namun filosofi yang terkandung dalam setiap motif wastra nusantara tersebut hendaknya dipahami masyarakat luas. Akan terlihat menggelikan jika hadir di tengah pesta pernikahan mengenakan batik motif slobog yang biasa dipakai sebagai alas jenazah. Sebaliknya kesyahduan suasana duka karena kematian bisa menjadi aneh jika jenazah ditutupi menggunakan wastra batik motif babon nglubuk yang biasanya dikenakan saat prosesi tujuh bulanan bayi dalam kandungan. (Dwi Aprilytanti, dwi.aprily@yahoo.co.id)
Daftar Pustaka
3.    Koran Tempo 30 Desember 2010
8.    Tempo.co 18 Oktober 2016

Share:

6 comments:

  1. Sangat bermanfaat sekali isi blognya, Terimakasih sudah membuat.

    ReplyDelete
  2. Sangat Bermanfaat sekali informasi dalam blognya.

    ReplyDelete
  3. Saya baru sadar kalau proses kelahiran bahkan sampek kematian kita yang dari adat jawa tidak yang pernah meninggalkan kain batik.

    ReplyDelete
  4. Saya setuju sekali dengan kain batik yang di gunakan dari proses kelahiran sampai proses kematian.

    ReplyDelete
  5. Dari prosesi pernikahan yang pernah saya alami dengan adat jawa Batik yang dikenakan kedua mempelai saat acara pernikahan, ternyata ada jenisnya dan artinya masing-masing ya.

    ReplyDelete
  6. Ternyata jenis- jenis batik itu banyak sekali ya, dan ada fungsi kegunaanya masing-masing, sangat bermanfaat sekali isi dalam blognya.

    ReplyDelete

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.