Membaca koran, membuka media sosial belakangan makin tak nyaman, Berita kriminalitas, kekerasan, kekejian kian meraja lela, sedihnya lagi jika kejahatan-kejahatan itu dilakukan para remaja.
Masih belum hilang dari ingatan berita-berita kriminalitas tentang anak muda yang tega membunuh orang tua kandungnya karena berbagai alasan, karena memaksa minta dibelikan ponsel baru, karena tidak bosan dinasihati, karena ingin menguasai harta warisan dan berbagai alasan yang membuat mata terbelalak.
Beruntun kemudian berita kriminalitas yang dilakukan anak-anak usia belasan yang kini tidak bisa lagi disebut anak ingusan. Bagaimana mungkin anak ingusan usia 13 tahunan bisa melakukan bullying terhadap teman sekolah hingga berujung kematian. Bagaimana bisa anak usia SMP melakukan tindakan keji memperk*sa teman sekolahnya dan membunuhnya untuk menghilangkan jejak. Sungguh mengerikan jika ada seorang anak remaja sekolah menengah tega menghabisi nyawa teman yang juga bendahara kelas hanya karena sakit hati akibat ditagih iuran.
Faktor Pemicu Kejahatan yang Dilakukan Remaja
Di era 1970 - 1980 an kenakalan remaja "hanya" berkutat dengan tawuran/perkelahian antar remaja, bolos sekolah namun di era tahun 2000-an kenakalan remaja semakin mengerikan karena sudah mengarah ke tindak kejahatan yang semakin mengkhawatirkan karena berujung pada kejahatab seksual dan pembunuhan berencana.
Apa yang memicu kejahatan yang dilakukan remaja? Beberapa faktor berikut ini ditengarai menjadi faktor pemicunya:
1. Dampak negatif globalisasi dan derasnya arus informasi
Internet telah menjadi salah satu kebutuhan pokok di zaman globalisasi. Selain dampak positifnya dalam membantu kemudahan dalam berkomunikasi dan berbagai aktivitas digital, internet juga membawa dampak negatif dengan kemudahan masyarakat mengakses situs pornografi dan situs-situs yang menginspirasi untuk berbuat kejahatan.
|
Internet dalam Kehidupan, Pixabay |
Salah satu yang pernah menjadi korban dampak negatif adalah anak saya. Waktu masih duduk di bangku sekolah dasar dia pernah mengambil uang di dompet tanpa izin hanya karena ingin membeli perlengkapan game online agar bisa naik level. Diamond, skin dan sebagainya yang bisa dibeli dengan mudah di mart-mart dan kios pulsa. Ketika ketahuan saya pun bertindak tegas, menghapus unduhan semua game dari ponselnya serta memotong uang sakunya sebagai ganti uang yang telah diambilnya tanpa izin.2. Kekosongan peran orang tua
Kebutuhan hidup yang kian melesat menyebabkan orang-orang dewasa yang telah berkeluarga bekerja lebih keras agar tidak jatuh melarat. Hal ini menyebabkan kekosongan peran orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya sehingga menyebabkan kekosongan jiwa. Sebuah dilema, ketika harus memilih antara mencari nafkah dan memastikan kondisi psikologis anak-anak tidak dalam kondisi mengkhawatirkan karena dalam bimbingan dan pengawasan sesuai kebutuhan.
3. Lingkaran pergaulan
Pergaulan bebas menjadi salah satu faktor penyebab mudahnya anak-anak muda tepengaruh untuk berbuat kejahatan. Ibarat penyakit menular, kejahatan juga bisa terjadi karena pengaruh kejahatan yang dilakukan orang lain.
Penggunaan Internet yang berlebihan dapat menyebabkan konsekuensi negatif seperti masalah psikologis sehingga kehidupan pribadi menjadi terganggu.
Penggunaan Internet berlebihan dapat menyebabkan kurang tidur di kalangan remaja, yang dapat menyebabkan insomnia dan kelemahan fisik. (Ira Nurmala, S.KM., M.PH., PhD dalam artikel Problematic Internet Use)
Bagaimana Mencegah Remaja Berbuat Kriminalitas
Fenomena kriminalitas remaja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Remaja adalah generasi harapan bangsa dan membawa pengaruh bagaimana negeri ini kelak melaju di tengah masyarakat dunia.
Berikut adalah langkah-langkah agar kriminalitas remaja dapat dicegah dan diatasi:
1. Penegakan hukum
Salah satu hal yang menyebabkan kejahatan remaja kian menjadi adalah lemahnya hukum atas kejahatan yang dilakukan anak yang dianggap di bawah umur. Produk hukum ini harus direvisi agar menjadi rambu bagi remaja sehingga muncul rasa takut masuk penjara
2. Pembatasan situs-situs berdampak negatif
Pemerintah harus berupaya lebih keras dalam menangkal situs porno, judi dan game online yang mengarahkan remaja untuk berbuat kejahatan
|
Waspadai situs berbahaya, Pixabay |
3. Pemberdayaan perempuan dan optimalisasi peran ayah
Perlu dipikirkan langkah agar ibu-ibu rumah tangga tetap bisa mencari nafkah tanpa meninggalkan rumah dan bisa memberikan pendidikan dan bimbingan bagi anak-anaknya. Peran ayah harus lebih besar, bukan sekadar mencari nafkah, tetapi ayah juga harus hadir dalam kehidupan anak sebagai role model dan teman berbagi cerita.
4. Pembatasan penggunaan ponsel
Idealnya anak dianggap bijak ketika menggunakan ponsel adalah ketika sudah berusia minimal 14 tahun. Namun di zaman sekarang hal ini sulit diterapkan, sebab menurut pengalaman anak-anak usia sekolah dasar sudah dituntut menggunakan ponsel terutama saat masa belajar daring di kala pandemi. Whats App grup untuk pembagian tugas di kelas juga membutuhkan akses ponsel. Jika penggunaan ponsel pada usia minimum sulit diterapkan, jalan terbaik untuk memantau kesehatan psikologis anak pengguna ponsel adalah dengan menginstall aplikasi yang menautkan akun orang tua dengan si anak. Misalnya Family Link, orang tua akan mendapat pemberitahuan jika si anak mengunduh aplikasi tertentu sehingga dapat memantau apakah aplikasi tersebut berbahaya bagi kejiwaan atau aman untuk perkembangan psikologis.
Penggunaan internet sangat dibutuhkan di zaman serba digital. Tetapi penyaringan terhadap penggunaan internet lebih penting agar masyarakat, terutama generasi muda mampu mengoptimalkan dampak positif dari pemanfaatan internet dan dapat mencegah dampak negatif agar tidak menjadi faktor pemicu terjadinya kriminalitas.
Anak-anak muda adalah aset bagi keluarga, bangsa dan negara. Ibarat tunas yang bertumbuh, jika dalam pertumbuhannya terserang hama dan gagal panen maka kesalahan tidak dapat dibebankan hanya pada bibit yang buruk, tetapi juga bagaimana perlakuan lingkungan sekitar ketika mengiringi pertumbuhannya.
Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI
No comments:
Post a Comment