27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Blogger Nasional. Sebagai bentuk pengakuan
atau pengingat sih? Mungkin tepatnya peringatan Hari Blogger adalah pengingat. Bahwa sebagai blogger sepatutnya terus ngeblog, menulis di
blog. Berbagi inspirasi, informasi dan bahkan afirmasi.
Apa sih asyiknya ngeblog? Hmm menulis adalah salah satu cara bagiku
mengikat ilmu dan menjaga kewarasan. Kewarasan? Betul. Serangkaian aktivitas di
rumah, atau bahkan waktu senggang berlebihan yang kita nggak tau mau diisi dengan ngapain bisa mengganggu kewarasan.
Sesibuk-sibuknya orang pasti ingin menepi sejenak dari keriuhan. Waktu senggang
yang tak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi penyebab menurunnya kualitas
kesehatan. Itulah alasan mengapa saya tetap menulis, ngeblog meski di blog
gratis. Merekam jejak kehidupan dengan cara yang minimalis.
Menulis di blog gratis. Bagai seberkas sinar minimalis |
Ketika teman blogger hampir semuanya menjadikan blognya Top Level
Domain, saya merasa menjadi kaum minoritas dengan blog gratisan hehehe. Ada teman
yang penasaran, kok saya nggak ikutan memiliki blog TLD. Blog dengan domain
lebih dihargai klien, lebih menunjukkan keseriusan kita ngeblog. Ya sih,
monetize blog gratisan sekarang makin susah. Tapi saya punya alasan mengapa
tetap memilih setia dengan blogspot gratisan, padahal saya ngeblog sejak 2011
di platform Kompasiana. Kemudian di blog pribadi sejak 2012 hingga kini.
Alasan pertama karena saya khawatir kelak ketika saya tiada, blog saya
nggka ada yang bayarin untuk perpanjang domain. Lalu seluruh tulisan saya “ilang”
dong. Seperti yang menimpa blog salah seorang almarhum blogger, blognya kini
berubah menjadi blog judi online karena domainnya berubah jadi milik web casino. Aduh membayangkannya sedih banget aku tu. Susah
payah nulis, berharap pahala jariyah lalu lenyap begitu saja.
Alasan kedua karena saya gagap teknologi. Mungkin ada cara bagaimana
menghindari blog yang domainnya tak lagi terbayar bisa otomatis kembali menjadi
blog gratisan. Nah itu saya tak paham caranya. Saya juga gaptek masalah SEO,
mengoptimalkan DA/PA dan semacamnya. Bagi saya menulis ya menulis saja. Tak direpotkan
masalah teknis aneka rupa. Mungkin saya blogger yang ketinggalan zaman, gaptek
dan malas belajar. Woy! kan itu semua bisa dipelajari. Ya sih. Tapi sejauh ini
bagi saya, ngeblog di blog gratisan masih memberikan kenyamanan, meski tidak
dengan berlimpahnya penghasilan.
Menulis layaknya bercocok tanam. Kelak menuai apa yang ditanam |
Alasan ketiga karena saya, hmm apa lagi ya … entahlah karena saya mungkin memang
ogah ribet hihihi. Sebab saya tuh perhitungan banget orangnya. Kalau keluarin
duit buat TLD pasti mikirnya harus balik modal, harus menghasilkan biar nggak
rugi. Lalu menghabiskan waktu ngoprek blog, padahal saya gaptek.
Jujur, kadang pengen nyoba ber TLD juga. Lalu pikiran saya kembali ke
alasan pertama. Walhasil nggak jadi beli domain. Blog gratis atau berbayar tak
jadi masalah, asal saya bahagia dengan menulis dan berbagi yang diharapkan
kelak menjadi amal jariyah. Di lingkungan blogger saya mungkin tak dikenal,
bukan siapa-siapa. Menang lomba blog pun hanya sesekali. Di Kompasiana empat
kali. Menang lomba blog menggunakan blog pribadi baru dua kali. Tetapi melalui tulisan
dan blog sederhana ini saya bisa mencurahkan isi hati, menumpahkan opini,
mencatat poin-poin penting yang saya peroleh ketika mengaji, merangkum
pengalaman dan ilmu ketika mengikuti kelas investasi. Ah ternyata meskipun
gratisan, blog ini bisa dimanfaatkan.
Asyiknya menulis di blog itu jika sewaktu-waktu ada yang butuh informasi tentang sesuatu yang kebetulan saya pernah mencatatnya, tinggal bagikan link saja. Seperti saat wali santri baru bertanya cara membaca rapor santri yang semuanya tertulis dalam bahasa Arab (putra sulung saya kebetulan mondhok di Gontor), maka saya tinggal share artikel Esensi Raport Gontor yang beberapa tahun lalu saya tulis. Ketika ada seorang teman bertanya cara membuat bawang goreng (karena saya berjualan bawang goreng) saya tinggal sodorkan link artikel dari blog tentang tips membuat bawang goreng renyah. Saat seorang teman berkonsultasi mengenai investasi mana yang harus ia pilih, saya memintanya membaca artikel di blog ini mengenai investasi emas, reksa dana, SUKUK yang saya miliki sekaligus membandingkannya agar mendapat pencerahan. Sesekali ada teman pengajian yang menanyakan materi kajian fiqih atau meminta diingatkan kembali hikmah surat Al Kahfi, maka tulisan yang telah bertahun-tahun usianya itu bisa saya bagikan lagi.
Maka di sinilah saya. Yang terus berupaya untuk konsisten merangkai aksara. #Sayamasihmenulis dan masih ingin terus menulis untuk waktu yang lama. Agar mampu berbagi dengan dunia, dengan sedikit catatan yang saya punya. Biarpun blog saya gado-gado ada label untuk parenting, investasi dan Islami. Tapi saya bahagia dengan cara sederhana ini bisa istiqomah berbagi.
Hemm mantap ini, untuk pejuang job yang sudah mulai dari awal memang sayang banget meninggalkan blog walaupun itu bukan pekerjaan yang akan dibayar mahal, tapi manfaatnya banyak.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlasan yang bagus, masuk akal, dan patut dicontoh. Selamat malam, Mbak.
ReplyDeleteHmm...bener sih mbak, kalao blognya TLD terus ahli warisnya nggak ada yang tau cara perpanjangan blog, susah juga ya. Salah-salah domainnya di-klaim pihak lain yang value-nya 180 derajat sama value kita, nauzubillahi min dzaliik.
ReplyDelete