catatan seorang ibu, wanita, hamba sahaya yang ingin berbagi pikiran dengan dunia

Renungan Pemilu 2019

Sebelum Pemilu saya sempat rasan-rasan dengan seorang teman "duh, sampai kapan ini ribut-ribut selama kampanye, mbok ndhang 17 April"
"Iya yaaa ndang Pemilu ndang wis"
"Eh tapi apa yakin setelah Pemilu keadaan jadi lebih nyaman?"
Dan kekhawatiran itu pun terbukti. Pemilu sudah berlalu dengan segala kekurangannya namun keributan masih membersamai.

Mengapa saya hanya menyebut kekurangan tanpa kelebihan? sebab hanya gara-gara Pemilu 2019 ini para ulama direndahkan, putus tali persaudaraan dan memakan korban jiwa hingga ratusan dari petugas maupun relawan yang kelelahan.
Tengok-tengoklah Instagram Ustadz Yusuf Mansur yang penuh caci maki dan ujaran kebencian. Tengoklah beranda FB yang menghujat ulama-ulama yang menyatakan dukungan di satu pihak lainnya. Bahkan saya mensnooze satu akun FB yang menulis"haha mana itu ulama yang punya bashiroh, kalah toh dengan dukun nusantara" Kalimat ini membuat saya bergidik. Apalagi sebelumnya dia, sosok yang hobi bersemedi di tempat-tempat yang"begitulah" sempat mengeluarkan statement sedang berada di lokasi yang terkenal "wingit dan digunakan untuk mencari pesugihan" dan menulis"ayo kita satukan kekuatan supranatural untuk coblosan besok"
Astaghfirullah...ini apa-apaan. Saya tidak paham benar maksudnya kekuatan supranatural itu apa, dan apa kaitannya dengan bashiroh ulama serta pemilu. Tapi mengaitkannya dengan praduga saya sendiri jadi merinding bulu roma.

Tak cukup sedih melihat umat menghina para ulama, menyusul kemudian jatuh korban jiwa dari petugas dan relawan pemilu yang kelelahan. Bahkan menurut berita ada yang sampai taruhan harta kekayaan demi kebanggaan jika paslon yang didukungnya menang, bertarung dengan tetangga atau teman karena beda pilihan.

Setelah quick count muncul keributan. Yang biasa diam tiba-tiba menepuk dada dan mengolok kubu yang berseberangan. Yang akun sudah lama non aktif lalu aktif hanya untuk mengumbar kebencian. Maunya apa coba...(lalu saya jadi ikutan berdosa kan menyimpan rusuh dalam hati ini)

Astaghfirullah ..

Sebelum Pemilu saya sempat menulis di laman FB

Jangan karena benci dan marah
Di dalam pertarungan satu lawan satu di sebuah perang , Amr bin Abd Wad al-Awiri berhasil dikalahkan Ali Bin Abi Thalib. Dalam keadaan terdesak ia meludahi wajah sahabat Nabi ini. Sebenarnya dalam satu sabetan pedang Ali bisa membunuhnya. Tetapi Ali memilih menyingkir hingga kemarahannya reda "Aku tunggu hingga kemarahanku reda sehingga jika aku harus membunuhnya itu semata karena Allah"
Jangan terlalu cinta
.
Seorang mujahid, Abdah bin ‘Abdurrahiim tak ada yang tak mengenalnya sebagai orang shalih, hafidz quran, rajin berpuasa sunnah. Namun dalam suatu kesempatan ia jatuh cinta, tergila-gila pada wanita romawi dan meninggalkan agama Allah demi menikahinya. Peringatan Allah datang ditandai dengan lenyapnya seluruh hafalan dan hanya dua ayat yang tersisa yaitu QS Al Hijr 2-3.
Maka jangan memilih melakukan sesuatu karena kemarahan atau karena terlalu cinta. Termasuk memilih presiden.
Lakukan karena Allah semata, memohon ridho'nya agar Allah membimbing pemimpin yang kita pilih dan terpilih nanti mampu mengemban amanah, sebaik-baik khalifah. Agar kita tidak kufur, takut kehilangan nikmat dunia atau berharap berlebihan pada sosok yang kita percaya. Ingatlah, semua karena Allah bukan 01 atau 02.

Mungkin kekacauan yang terjadi ini karena masih banyak yang memilih karena terlalu benci atau terlalu cinta. Mendahulukan jagoan daripada Tuhan, mendahulukan ego daripada persatuan. Mungkin tidak banyak yang mau merenung seperti yang saya tuliskan:
Melalui korban-korban jiwa petugas dan relawan itu, bisa jadi Tuhan menitipkan pesan:
Ketika waktumu tiba, yang mengurus jenazahmu adalah kerabat dan tetangga yang bisa jadi berbeda pilihan saat pencoblosan.
Bukan capres atau timses.
Jadi mengapa masih terus berbantah-bantahan?
Hingga memutus tali persaudaraan dan pertemanan?
Saling mengunggul-unggulkan berlebihan
Menepuk dada pertanda kemenangan?
Menang atas apa?
Bukankah kemenangan sejati itu tatkala mampu mengendalikan amarah?
Kemenangan sebenarnya adalah ketika kembali kepada Rabb-mu dengan husnul khotimah?
Share:

No comments:

Post a Comment

BloggerHub

Warung Blogger

KSB

komunitas sahabat blogger

Kumpulan Emak-emak Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Powered by Blogger.

About Me

My photo
Ibu dua putra. Penulis lepas/ freelance writer (job review dan artikel/ konten website). Menerima tawaran job review produk/jasa dan menulis konten. Bisa dihubungi di dwi.aprily@gmail.com atau dwi.aprily@yahoo.co.id Twitter @dwiaprily FB : Dwi Aprilytanti Handayani IG: @dwi.aprily

Total Pageviews

Antologi Ramadhan 2015

Best Reviewer "Mommylicious_ID"

Blog Archive

Labels

Translate

Popular Posts

Ning Blogger Surabaya

Ning Blogger Surabaya

Labels

Labels

Blog Archive

Recent Posts

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.