Pernah dikecewakan seseorang karena tak bisa menepati janji? saya pernah. Kekecewaan itu sangat membekas di hati. Tapi bukan berarti saya memblacklist sosok yang ingkar janji dan tak mau berinteraksi dengannya lagi. Berbaik sangka, itu yang selalu diajarkan guru ngaji saya sejak kanak-kanak hingga dewasa.
Ingkar janji tapi tidak dienyahkan dari dalam hati? apa pertanda cinta sejati? Psst ini bukan masalah cinta dan kasih sayang. Sosok ingkar yang saya maksud bukan pria yang mengingkari janji untuk menikah tetapi JNE Express sebagai perusahaan jasa layanan pengantar barang yang berjanji mengantarkan paket dengan selamat sampai tujuan.
Gambar milik http://www.jne.co.id/
Kisah bermula di bulan September tahun 2012 ketika saya mendapatkan hadiah voucher belanja sebesar 500 ribu rupiah dari sebuah online shop terkemuka. Voucher itu kemudian saya gunakan berbelanja jam tangan pria, niatnya buat kado suami. Tepatnya kado ulang tahun pernikahan di bulan Desember.
Konfirmasi CS Online Shop |
Menurut perjanjian barang tersebut akan saya terima antara 4-9 hari kerja. Pengalaman menerima paket hadiah kuis dan lomba sebelumnya 4 hari saya sudah menerima barang. Kali ini saya dilanda kecemasan karena di hari kesembilan barang saya tunggu tak kunjung datang. Maka melayanglah pertanyaan saya ke CS online shop tersebut.
Dalam kebimbangan |
Pihak Online shop cukup kooperatif dengan berupaya menyelesaikan masalah. Sayangnya sistem informasi teknologi saat itu mungkin masih perlu berbenah sehingga penelurusan terkesan manual dan butuh waktu cukup lama untuk mendapatkan jawaban tracking barang kiriman.
Bantuan yang dinanti |
Melalui chit chat dan sambungan telepon dari pihak CS Online shop akhirnya saya mendapatkan nomor resi dan nomor telepon JNE Express di area terdekat untuk tracking kemana perginya kiriman untuk saya. Jangan dibayangkan area terdekat itu satu kilometer saja jauhnya. Suami saya harus menanyakan langsung ke JNE Express Surabaya pusat di daerah Juanda, sekitar 15 kilometer dari rumah kami. Akhirnya ditemukan slip kiriman paket saya tersebut. Di copy-an slip tersebut tertulis alamat rumah No.20 dan penerimanya tertanda Nuke. Padahal jelas orderan kami untuk alamat No.26. Pihak JNE Express meminta maaf dan mengakui hal ini terjadi karena human error, kesalahan sang kurir.
Baiknya lagi setelah urusan internal JNE Express diselesaikan, si kurir kemudian menghubungi kami dan meminta maaf via sms. Dia berjanji akan mengambil barang tersebut dari pemilik rumah No.20. Situasi ini cukup rumit. Saat itu notabene kami baru pindah, kurang mengenal tetangga satu persatu. Saya pun harus bertanya kepada tetangga sebelah rumah mencari tahu siapa "Nuke" yang dimaksud sebagai penerima barang kiriman.
Kami tak menunggu si kurir datang. Berbekal informasi bahwa kiriman tersebut diserahkan pada penghuni rumah No.20 suami saya pun bertamu ke tetangga tersebut. Rumah kosong karena penghuninya sedang keluar kota. Ternyata Nuke yang dimaksud adalah tetangga depan rumah No.20. Beliau mengakui menerima paket dan menyerahkan kepada pemilik rumah No.20 sesuai permintaan kurir saat pemilik rumah tak berada di tempat.
Untung kerumitan ini berakhir happy ending. Keesokan hari suami kembali bertamu ke rumah No.20 berharap mereka telah kembali dari luar kota. Si pemilik mengakui menerima paket. Meski paket telah terbuka bungkus bagian luarnya barang berupa arloji pria tersebut kami terima dalam kondisi baik tanpa cacat.
Happy Ending Story |
Tetangga saya yang sempat mengetahui peristiwa tersebut sempat berceloteh. "Ah ogah pakai JNE kalau begini, kok bisa paket salah alamat tidak sesuai dengan order yang tertera" Saya hanya tersenyum dan tetap berbaik sangka. Tak ada yang sempurna, bahkan pelayanan dari perusahaan kurir sekelas JNE Express sekalipun.
Saya jarang menggunakan layanan kirim barang seringnya menerima paket hadiah kuis dan lomba menulis. Sebagian besar paket tersebut memanfaatkan layanan JNE, apakah karena satu pengalaman buruk harus memblacklistnya sedemikian rupa?
Ketika tiba saatnya saya harus mengirimkan barang untuk Mama di luar kota, pilihan saya juga jatuh pada JNE. Counter terdekatnya hanya beberapa meter saja dari perumahan. Selama ini aman-aman saja. Paket selalu datang tepat waktu sesuai janji. Hingga pengalaman paling mengesankan terjadi beberapa waktu lalu.
Anak sulung kami sejak pertengahan tahun 2016 menuntut ilmu di pondok pesantren di Rogojampi Banyuwangi. Lokasinya sangat terpencil. Untuk mengunjunginya kami harus ngojek sejauh 11 kilometer dari stasiun Rogojampi. Santri pondok bisa digolongkan manusia yang paling butuh camilan. Maka setiap berkunjung tiga tas ransel penuh cemilan.
Camilan tiga tas besar ini pun paling banter bertahan dua minggu sebelum habis tak bersisa. Biasanya si sulung sabar menanti kunjungan bulan berikutnya. Namun kali ini dia menyempatkan menelpon khusus minta dikirim paket cemilan.
"aku laper terus nih Ma, butuh energi buat teman belajar, kan ujian akhir sebentar lagi" rengeknya disusul mendiktekan daftar makanan yang ia pesan untuk dikirimkan
"duh sabar lah Mas, tempo hari ada wali santri curhat di grup WA gara-gara kiriman untuk anaknya sudah dua minggu nggak sampai. Kabarnya kalau lewat pos harus diambil ustadz di kantor terdekat atau menunggu barengan beberapa paket dulu baru diantar ke pondok"
"temanku banyak yang barangnya cepet datang Ma, katanya pakai JNE"
Lalu Papanya nyelonong ikut ngomong, "OK OK malam ini juga Papa kirim. tunggu paling hari Kamis nyampai. Papa pakai service reguler"
Jangan dibuang sebelum paket datang |
Ah saya baru ingat diskusi di grup WA walisantri. Bahwa paket kiriman untuk anak-anak mereka bisa dikirimkan hanya melalui dua pilihan: pos atau JNE. Mungkin karena lokasi terpencil atau pertimbangan-pertimbangan khusus seperti trackrecord perusahaan menjadi pertimbangan pihak pondok pesantren (untuk saat ini) membatasi hanya dua perusahaan kurir tersebut yang bisa mengantarkan kiriman hingga ke dalam lokasi pondok.
JNE memang terkenal sebagai perusahaan layanan kurir yang jangkauan pelayanannya luas dan inovatif. "Pelanggan adalah raja" bukan semboyan biasa. Salah satu bukti kepedulian dan penghargaan JNE terhadap para pelanggan setianya adalah dengan diselenggarakan Hari Bebas Ongkos Kirim pada 26 - 27 November 2016, dalam rangka ulang tahun JNE ke-26.
Sistem tracking paket saat ini sudah lebih inovatif dan canggih. Hanya berbekal nomor e-connote kita bisa menelusuri posisi paket kiriman. Hebat! per tanggal 20 November paket tersebut sudah tiba di gudang JNE di Jember.
Saya pikir, ah tak mengapalah si Mas baru bisa ngemil hari Kamis, hari pertama ujian akhirnya. Tetapi sungguh di luar dugaan ketika Kamis siang 24 November usai ujian hari pertama dia menelepon dan mengatakan bahwa Rabu malamnya dia sudah bisa belajar sambil ngemil sebab paket sudah ia terima dalam kondisi baik. "terimakasih paketnya Ma, jadi semakin semangat belajar nih apalagi tinggal hitungan hari waktu liburan tiba dan aku bisa pulang ke rumah" katanya menutup perbincangan siang itu membuat mata berkaca-kaca.
Saya bisa membayangkan kebahagiaannya ketika menerima paket. Bagi para santri pondok yang jauh dari rumah hadirnya paket kiriman dari orang tua bagai pengobat rindu. Pertanda jika jarak yang jauh tidak memutuskan tali kasih sayang. Bisa dibayangkan jika paket yang dinanti tak kunjung tiba. Kecewa, patah hati, berharap-harap cemas mungkin menghantui mereka dan mengurangi semangat belajarnya.
Foto milik FB dmtgraphy.
Anandaku tercinta memegang poster tulisan arab bersama santri-santri lainnya
Ternyata benar apa kata guru ngaji saya, baik sangka itu berbalik pada diri sendiri. Bahagia, ananda tercinta nun jauh di sana mendapatkan paket tanda kasih sayang tepat pada waktunya karena kami selalu berbaik sangka .
Terimakasih JNE Express. Selamat Ulang Tahun ke -26 semoga tak lelah berinovasi dan mengantarkan titipan kami dengan amanah secara pasti.