Gara-gara sering upload foto hadiah lomba, saya pernah ditanyain teman : "mbak, rahasianya apa, kiatnya apa, jurusnya apa biar bisa sering menang ?"
Lha ini pertanyaan yang saya susah jawabnya : pertama : kata SERING itu loh, kalau diitung dari prosentase saya ngelomba, NGGA MENANG lebih sering daripada DAPAT HADIAH tapi kalau saya nyetatus kegagalan demi kegagalan yang ada diri sendiri ngga berkembang plus membuat yang baca jadi eneg tiada kepalang. Kedua, saya juga ga punya kiat apa-apa karena memang ngga punya rahasia, lha asal punya ide, ada waktu ya udah maju aja, kalau ga punya ide, ga ada waktu (emang saya ngapain aja lha wong cuma emak rumahan) apa bisa ikutan lomba ? tentu tidak bukan ?.
Tapi yang pengen saya tulis di sini bukan masalah KALAH dan MENANG trus bagaimana kiat biar bisa MENANG.
Sesuai judulnya saya hanya ingin menyoroti managemen KALAH dan MENANG itu sendiri, ternyata rawan penyakit hati. Bisa ya dari dua sisi ? Bisa banget
Penyakit hati yang mana saja sih :
1. Sombong. Yang menang maupun yang kalah rawan terserang sombong alias takabur. Hah ? Kalah kok sombong.
OK jadi gini (halah mirip iklan). Tiap kali ada pengumuman lomba pasti ada yang menang dan ada yang kalah, bagi yang menang kalau ngga hati-hati bisa terserang bisikan setan "panteslah aku menang kan karyaku lain daripada yang lain, ada nilai plus yang beda dari peserta lainnya, juri ngga salah pilih"
Sementara yang kalah sambil ngedumel (karena ngga puas kemakan bisikan setan : heran deh sama selera juri, karya saya kayaknya lebih bagus deh kok bisa orang lain yang cuma seperti itu yang menang ?).
Bener nggak , bener nggak ? kalau salah berarti ntar saya masuk penjara...
2. Tak pernah puas. Ngikut lomba itu mirip judi, bikin nagih. Ha yang bener ? bener, yang menang atau yang kalah sama-sama ketagihan.
Yang udah menang pulsa 5 ribu pengen menang 50 ribu, pernah menang duit seratus ribu pengen dapat sejuta. Yang udah menang gadget pengen menang gadget terbaru, Yang menang netbook pengen notebook, menang umroh pengen haji heehhehe. Lha yang kalah, namanya juga belum menang pasti pengen menang dooong.
Lha ya ngga usah jauh-jauh contohnya saya sendiri, apalagi sejak gak bekerja dan punya gaji, penghasilan saya cuma dari hadiah kuis dan sok-sok belajar nulis di media, pengennya sering bisa menang gadget yang bisa dijual, menang duit rutin setiap bulan lha wong kewajiban saya menafkahi Mama dan membayarkan infak atas nama para ahli kubur ke yayasan emang tiap bulan :). Kalau menang bulan ini, hadiahnya terima bulan depan, pengennya ya terus-terusan hihihii..
3. Suudzon alias berburuk sangka, Yang menang dan yang kalah bisa lho terserang penyakit hati yang sangat berbahaya ini. Aneh kok bisa sih, bisa banget.
Yang kalah seringnya gini nih : ih kok bisa menang, pasti kenal sama juri, halah kemaren ada deal di mana gitu, ah paling juga Jurinya ngawur, itu karya ngga dibaca semua, mungkin biar cepet diundi aja.
Yang menang bisa juga suudzon kalau pas ada pihak yang nanya ke juri masalah kriteria kemenangan (ya maklum, kadang ada pihak penyelenggara lomba yang ngga konsisten bikin peraturan, kadang S & K jadi ga berlaku, awalnya berupa penilaian tiba-tiba berubah jadi undian itu sah-sah aja, coba dicermati kadang di poin lomba ada pasal : peraturan bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya), nah yang menang tentu merasa eksistensinya dan kemenangannya dipertanyakan, awalnya udah merasa senang, hebat lha kok ada yang usil, sirik deh ni orang...hayo ngaku pernah gitu khan (karena saya pernah jadi korban baik sebagai pihak yang menang dan yang kalah). Sampai paling parah suudzon sama Tuhan, yaelah Tuhan udah tau saya lagi butuh kok ga dikasih menang hadiah yang itu #gubraaax. That's me, don't try this at home >_<.
Pernah lo saya kebetulan menang di kontes foto batik, yang saya sendiri heran kok bisa terpilih menjadi salah satu pemenang :
Nah ini fotonya yang di kanan atas dan hadiahnya juga "hanya" stok pewangi selama paling banter 3 bulan.
Lha pas pengumuman lha kok banyak yang komentar : ih jurinya ngga salah tuh foto cuma begitu aja kok menang, eh masih banyak yang lebih bagus kok yang begini yang menang.
Hahaha padahal saya sendiri juga mbatin lha ya kok bisa menang hihihi.
Trus pernah juga karena "gak menang" saya juga pernah nanya ke akun sang penyelenggara ini lomba diundi apa dinilai ya (ya karena pengen tau aja, lha emang penyelenggara ini suka-suka dia, kadang diundi mo dinilai terserah dia aja) ternyata yang menang sakit hati dan bersuudzon ria sampe nulis di statusnya (dulunya ada saya tulis si sini, tetapi seorang sahabat saya mengingatkan untuk tidak mengungkap aib orang atau melakukan keburukan yang sama terhadap kita jadi saya hapus saja). Terimakasih mbak AA , saya harus banyak belajar lagi menjernihkan pikiran :)
Sebenarnya kalau nuruti emosi saya pengen menyerang
balik seperti yang pernah seorang teman saya lainnya (yang kebetulan pernah
berkonflik masalah beginian dengan orang yang sama) tapi mengingat saya sendiri
sadar lha sumbernya dari "keusilan" saya sendiri pakai KEPO ke Juri
saya log off saja trus ambil wudhu dan dhuha lalu ngaji seperti biasa.
Buka FB Masih diserang lagi ? ya saya sudah sudah gak
punya nafsu untuk berkelahi, jedanya sudah cukup lama heheheee akhirnya
insyaallah semoga aja gak berbuntut panjang.
Kalau ada yang nanya trus bagaimana tipsnya memanage
hati agar ngga penyakitan ?
Lha justru itu yang mau saya tanyakan ^_^
Saya sendiri masih belajaran, seperti firman Tuhan
dalam Al Quran , Al Maarij : 19 "memang manusia itu diciptakan bersifat
keluh kesah lagi kikir" maka penolongnya ya di ayat berikutnya :
mengerjakan sholat dengan khusyu, menafkahkan sebagian hartanya bagi yang
membutuhkan, yang percaya hari pembalasan.
Karena diharapakan dengan begitu hati menjadi lembut,
dan ingat kelak ada hari hisab dan pembalasan.
Paling ampuh, menangkal penyakit hati gara-gara rezeki
lomba itu kembalikan ke bunyi QS. Huud : 6
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh)".
Jadi sodara, sebenarnya rezeki kita udah ditulis jauh
hari dan tempatnya tersembunyi, ikhtiar itu kewajiban untuk mengungkap di mana
rezeki tersimpan. Trus kenapa saya kadang masih kesengat penyakit hati, lha ya
itu tadi karena masih belajar memahami firman Tuhan :)
Satu lagi tapi yang paling penting, mengikuti lomba
seringkali menggiring kita ke konotasi kata : saingan, kompetitor, lawan, rival
aduh ngeri ya bacanya...rasanya semua yang bersaing bareng kita itu
"musuh" , tipsnya jangan anggap mereka musuh tapi rekan satu tugas
kelompok untuk menyelesaikan PR dari guru...makanya kalau nyari lomba cari yang
pesertanya sedikit kalaupun terserang penyakit hati menganggap semua lawan kan
"dosa"nya berbanding lurus dengan jumlah "musuh" tadi :D.
#Ngawuuur.
Ah sudahlah...itu teori pengendali utama adalah hati
kita masing-masing, terserah mo diapain
tapi begitu ingat hadits nabi :
"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada
bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati kalian..!."
"Ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah
(segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia
rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu
adalah hati. [1] (HR. Bukhari dan Muslim)"
Dijamin deh hati yang keras bakal luluh dan kita yang
sedang murka pun insyaallah duduk tersimpuh...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Catatan Kaki:
DELETED